Jum'at, 30 Mei 2014
Namanya
Hamlani. Biasa disapa Lani. Wajahnya sudah tidak asing lagi bagi saya. Usianya
ditaksir masih 25 tahun ke bawah. Tentu lebih muda dari saya. Bekerja sebagai
guru di SMKN 1 Kandangan. Namun baru beberapa hari ini bisa bertemu dan
berbincang langsung dengannya.
Secara
tak sengaja bertemu di Lapangan Lambung Mangkurat Kandangan. Pas sekali. Saya
bertanya tentang apa saja kepadanya. Mulai dari Napak Tilas, sejarah perjuangan
di HSS, seni budaya HSS, dsb.
Ia
memberitahu pada bulan November 2013 lalu pernah jalan kaki dari Kandangan ke
Banjrabaru. Dalam rangka Hari Pahlawan Nasional. Menginap di tempat yang sudah
ditentukan. Seperti di daerah Rantau di Kantor Kodim Rantau. Minta izin ke
Pemkab HSS. Mereka terdiri dari gabungan DHC HSS, The Kumuh, Spooky Jungle,
dsb.
Hamlani
bercerita pula tentang Ning Bulang. Sosok dibalik peristiwa pertempuran Amuk
Hantarukung. Dimana konon kepalanya dibawa ke Belanda. Sementara jasadnya ditinggal
di Hantarukung.
Juga
tentang seni budaya seperti bagasing, kalayangan dandang, sepak raga, dsb.
Kegiatan DHC HDD dan The Kumuh organisasi yang diikuti Hamlani. Seperti
membersihkan makam pejuang di HSS (diluar makam pahlawan). Juga membersihkan
situs sejarah.
Daeng
Lajida salah satu pejuang HSS, menurut Hamlani, yang namanya mirip orang
Sulawesi. “ Ternyata asli orang HSS. Cuma nama saja. Sebagai bentuk beragamnya
pejuang di HSS,” ujar Lani.
Lewat
pertemuan dan perbincangan dengan Hamlani muncul ide untuk menginventarisasi
situs sejarah, cerita-cerita perjuangan, seni budaya di HSS, dsb. Agar tetap
lestari. Mudahan keinginan tersebut bisa terlaksana. Saatnya sekarang bergerak
untuk melakukannya. (akhmad husaini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar