Sabtu, 24 Mei 2014
Kalimantan Selatan secara
geografi terletak di sebelah selatan pulau Kalimantan dengan luas
wilayah 37.530,52 Km2 atau 3.753.052 ha. Sampai dengan tahun 2003
membawahi kabupaten/kota sebanyak 11 kabupaten/ kota dan pada tahun 2004
menjadi 13 kabupaten/kota karena adanya pemekaran wilayah kabupaten
Hulu Sungai Utara dengan Kabupaten Balangan dan Kabupaten Kotabaru
dengan Kabupaten Tanah Bumbu.
Merupakan provinsi terkecil
dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau kalimantan, namun memiliki
penduduk terpadat. Daerah ini memiliki kawasan rawa-rawa yang luas,
sekitar satu juta hektar, termasuk di dalamnya 200 ribu hektar kawasan
rawa-rawa pasang surut (air asin) dan 500.000 kawasan rawa-rawa air
tawar.
Dari
sisi ekonomi, wilayah Kalimantan Selatan merupakan pusat kegiatan
penambangan. Dari sisi budaya, Kalsel merupakan pusat kebudayaan
Masyarakat Banjar. Kelompok-kelompok masyarakat Dayak di Kalsel dapat
ditemui di kawasan pegunungan di bagian Selatan laut provinsi ini.
Mereka disebut-sebut sebagai keturunan asli suku Banjar yang berasal
dari sekitar kawasan Sungai Barito namun kemudian pindah ke wilayah
pegunungan menyusul masuknya Agama Islam ke wilayah itu pada abad ke 15
dan 16.
Tokoh-tokoh Banjar
Masyarakat
Kalimantan Selatan patut berbangga. Daerah ini telah melahirkan banyak
tokoh andal dan terkenal dengan kiprah serta karyanya yang membuat orang
selalu memperhitungkannya di panggung pentas politik, agama, sosial,
ekonomi, seni atau budaya. Tentu juga sangat tidak berlebihan jika
dikatakan Kalsel juga banyak melahirkan figur-figur yang dapat
mengangkat nama daerah, baik dalam skala regional Kalimantan maupun
nasional, dari masa ke masa.
Nama-nama seperti Lambung Mangkurat, Sultan Suriansyah, Sultan Adam, Pangeran Hidayatullah, Pangeran Antasari, Gusti Muhammad Seman, agaknya sudah sangat familiar kita dengar.
Selain itu juga ada nama-nama semisal, Bukhari salah seorang pejuang Perang Banjar yang memimpin perlawanan rakyat yang disebut Amuk Hantarukung. Ada Ratu Zaleha tokoh emansipasi wanita di Kalimantan, Demang Lehman, Tumenggung Jalil, panglima perang dalam Perang Banjar dengan basis pertahanan di Banua Lima, pedalaman Kalsel, Penghulu Rasyid, seorang ulama yang bangkit bergerak berjuang mengangkat senjata melawan penjajah Belanda, Tumenggung Antaludin, panglima perang dalam Perang Banjar dengan pusat perjuangan di kawasan Gunung Madang di kabupaten HSS, Aluh Idut, pejuang perintis kemerdekaan, perempuan perintis organisasi perempuan Kandangan, Kalsel, dan Panglima Batur seorang panglima suku Dayak dalam Perang Banjar yang berlangsung di pedalaman Barito.
Ada lagi P.M. Noor, pencetus pembuatan proyek Sungai Barito yang salah satu gagasannya adalah pembangunan PLTA Riam Kanan. Dr. Murjani, Syamsuddin Noor, Anang Adenansi, Anshari Saleh, Aberani Sulaiman, Budhigawis, H. Damanhuri, atau Hasanudin HM., pahlawan Ampera pertama Kalsel.
Dari sederet nama pahlawan nasional yang tertera ada dua orang pahlawan nasional yang berasal dari Banjarmasin, yaitu Pangeran Antasari dan Brigjen Hasan Basery.
Pangeran Antasari dan Brigjen Hassan Basery merupakan dua tokoh emperik
dan hero yang hidupnya berbeda masa akan tetapi memiliki kesamaan,
yaitu pelawan terhadap penjajah. Semboyan “Waja
Sampai Kaputing” terus memberi semangat kepada seluruh generasi muda di
banua agar tetap berkarya dalam bidang apapun yang digeluti.
Nama
–nama yang telah disebutkan di atas merupakan nama-nama tokoh yang
telah hadir dalam cerita dan sejarah tentang kepahlawanan dari masa
zaman Banjar kuno (sekitar abad XIV), Abad XIX, sampai zaman
kemerdekaan.
Dari deretan para ulama dan tokoh agama Kalsel, nama Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari menempati hati masyarakat Kalimantan dan Indonesia sebagai ulama besar dan pengembang ilmu pengetahuan dan agama.
Setelah Arsyad Al-Banjari, Muhammad Nafis a-Banjari
adalah ulama paling berpengaruh di Kalimantan. Muhammad Arsyad lebih
masyhur sebagai ulama fiqh lewat karyanya yang monumental “Sabilal Muhtadin”, sedangkan Muhammad Nafis lebih terkenal sebagai ahli tasawuf, melalui karyanya “Durr Al-Nafis” yang juga beredar luas di Nusantara.
Sederet
nama-nama besar menghias panggung sejarah bumi Kalimantan dari masa ke
masa. Nama dan dedikasi mereka tertoreh dengan tinta emas. Sebut saja di
antaranya, ada Mufti Jamaluddin al-Banjari, mufti Banjar pertama. Syeikh Sa’duddin, pelopor dakwah di Banua Anam, KH. Muhammad Kasyful Anwar, sang penggagas perubahan Darussalam yang rendah hati, Syeikh Muhammad Afif, pemancang tiang guru mesjid al-Karomah. Qadhi KH. Husein Qadri, Qadhi sekaligus penulis yang murah senyum. KH Badruddin, ulama, pendidik dan politikus ulung, KH. Muhammad Rasyad, ulama yang ulet menyampaikan dakwah Islam, KH. Zainal Ilmi, ulama yang tegas, berwibawa dan selalu merendah. KH. Muhammad Syarwani Abdan, kyai santun nan rendah hati, pencetak kader ulama. Syeikh H. Anang Sya’rani, muhaddits pertama Kalimantan. KH. Saman Jalil, ulama sang astronom. KH. Muhammad Hanafi Gobet, kyai pendidik sekaligus politikus yang berwibawa.
Sebagai gudangnya ulama dan aulia, tradisi keulamaan
di Kalsel tetap lestari kendati berpacu dengan maraknya era globasasi.
Citra Kalsel khususnya kota Martapura menembus batas regional dengan
sosok almarhum KH Muhammad Zaini Abdul Ghani. Ulama yang populer disapa Guru Sekumpul itu bisa diibaratkan sebagai maestro Bumi Serambi Mekkah Martapura.
Dalam kondisi kekinian, deretan tokoh-tokoh ulama Kalsel turut menghias dokumen historis sejarah banua Banjar. KH Asywadie Syukur Lc, KH Husin Nafarin Lc. MA, Ketua BP Masjid Raya Banjarmasin (1999-2004), Ketua Dewan
Masjid Kalsel (1999-2004), Ketua MUI Banjarmasin (1992-2002), Dewan
Hakim MTQ dan anggota LPTQ Kalsel dan Dewan Pakar ICMI Kalsel. KH Ahmad Bakri, KH Bahran Jamil, dll.
Dalam bidang politik, mantan Ketua Umum PBNU Dr. KH Idham Chalid dianggap sebagai salah satu tokoh utama dari Kalimantan selatan tempo dulu. Idham
Cholid dianggap istimewa karena peranannya dalam tingkat nasional,
bahkan internasional. Tokoh yang dilahirkan di Satui, Kabupaten Kotabaru
(kini masuk Kabupaten Tanah Bumbu), 27 Agustus 1922 itu pernah menjabat
orang penting di republik ini yaitu sebagai Wakil Perdana Menteri saat
pemerintahan Presiden Soekarno.
Di ranah politik nasional, tak pula ketinggalan, Nurtanio Pringgoadisuryo sebagai perintis industri penerbangan Indonesia. Letnan Jendral (Purn.) ZA Maulani
adalah tokoh militer Indonesia dan Kepala Badan Koordinasi Intelijen
Negara pada Kabinet Reformasi Pembangunan (September 1998-20 November
1999). Syamsul Mu’arif, Kader Golkar yang menjabat Menteri Negara Komunikasi dan Informasi Kabinet Gotong-Royong.
Drs. Saadillah Mursyid
adalah mantan Menteri Muda/Sekretaris Kabinet Indonesia pada Kabinet
Pembangunan V, Menteri Sekretaris Kabinet pada Kabinet Pembangunan VI,
dan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) pada Kabinet Pembangunan VII.
Djohan Effendi, ia sempat menjabat Menteri Sekretariat Negara pada era pemerintahan Gus Dur. KH. Hasan Basri dan KH Amidhan, mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
Selanjutnya ada Brigjen Pol. (Purn) Drs. Taufik Effendi, MBA. adalah Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara pada Kabinet Indonesia Bersatu.
H. Ahmad Makkie, BA, seorang budayawan, mantan Bupati KDH Tk.II
Tapin yang kini menjadi anggota DPD dari Kalimantan Selatan. Di samping
itu ia masih menyandang setumpuk tugas di berbagai organisasi
kemasyarakatan, diantaranya Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an,
BAZIS, Badan Kerjasama Pondok Pesantren, MUI, ICMI dan Lembaga Budaya
Banjar.
Ir. H. Muhammad Said
adalah Mantan Gubernur KDH Tingkat I Kalimantan Selatan dari tahun 1984
sampai 1995. Sekarang ini ia adalah anggota Dewan Perwakilan Daerah
dari Kalimantan Selatan bersama Drs. H. Mohammad Sofwat Hadi S.H. dan Drs. H. Muhammad Ramli.
Abdul Hafiz Anshari
adalah Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia periode
2007-2012. Sebelumnya ia merupakan Ketua KPU Provinsi Kalimantan Selatan
periode 2003-2008. Abdurrahman Mohammad Fachir adalah Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia di Republik Arab Mesir. HG Rusdi Effendi AR, Pemimpin Umum Banjarmasin Post.
Arifin Ilham, seorang dai (penceramah agama) yang sangat kondang dengan tausiyah dzikirnya.
Sejak namanya mulai dikenal, hampir setiap hari wajahnya muncul di
layar TV atau media lain. Arifin Ilham tampil dengan gaya zikirnya yang
menyejukkan. Seakan membawa jemaahnya terbang ke langit serta melupakan
dunia yang fana.
Di bidang Pendidikan dan Akademisi, tak pula ketinggalan Abdul Djebar Hapip,
seorang Guru Besar Madya dalam pengajaran Bahasa Indonesia pada FKIP
Unlam Banjarmasin. Boleh dikatakan beliaulah orang pertama yang
melakukan penelitian Bahasa Banjar dan merupakan salah seorang pakar
pada bidang bahasa Banjar, hingga kini. Drs. Mukhtar Sarman, dosen Fisip Unlam dan Kepala Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Daerah Universitas Lambung Mangkurat (PK2PD-Unlam). Taufik Arbain S.Sos M.Si
adalah staf pengajar FISIP UNLAM (sejak tahun 2003). Aktif dalam
penelitian dan pemberdayaan masyarakat di Intitute for Regional
Development and Politic Studies (IRDPoS) Kalimantan Selatan, Ceric
Unlam, PK2PD Unlam serta pegiat pengkajian kebudayaan Banjar pada Forum
Kajian Budaya Banjar (FKBB) Kalimantan Selatan.
Dr. Karyono Ibnu Ahmad, ulama, psikolog dan akademisi Unlam. Prof. Dr.H. Kamrani Buseri, Rektor IAIN Antasari Banjarmasin, Prof.Dr.HA Fahmi Arief, MA. Kepala Kanwil Departemen Agama Prop. Kalsel.
Prof.Dr. HM. Zurkani Jahja,
Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari, 1997-2000. Pernah aktif dalam
pelbagai organisasi massa seperti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII), MUI dan ICMI. Alfani Daud, M.A. adalah Guru
Besar Antropologi Budaya pada program PascaSarjana IAIN Antasari
Banjarmasin. Karyanya yang telah dipublikasikan, antara lain: Islam dan
Masyarakat Banjar; Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar.
Siapa sekarang yang tidak mengenal seorang Lihan.
Seorang yang sosoknya sangat sederhana. Dulunya ia hanyalah seorang
guru honor di sebuah pondok pesantren. Saat ini dia menjadi begitu
fenomenal sejak beberapa waktu lalu menghebohkan dengan transaksi
pembelian intan Putri Malu seharga Rp. 3 miliar itu.
Namanya langsung melejit dalam jajaran konglomerat
papan atas Indonesia. Perusahaannya bertaburan dimana-mana. Mulai dari
Balikpapan, Jakarta, Bogor, Bandung, Malang, dan Lampung. Bahkan di luar
negeri, ia juga punya kantor cabang, di China. Cakupan perusahaannya
pun mulai meluas, dari perdagangan intan, franchise makanan, rental
helikopter, bahkan yang terbaru, ia menggandeng perusahaan penerbangan
Merpati Airlines untuk kembali membuka kembali jalur penerbangan ke
Kalimantan Selatan.
Dari kalangan budayawan, sastrawan, tersebutlah nama para
penyair yang mencuat namanya pada periode 1980-1990 antara lain adalah
Ahmad Fahrawi, Ali Syamsuddin Arsi, Arifin Noor Hasby, Burhanuddin Soebely,
Hermansyah Kawie, Maman S. Tawie, M. Rifani Djamhari, Radius Ardanias,
Noor Aini Cahya Khairani, Rustam Effendi, Syamsuni Sarman, Tajuddin Noor Ganie, Tarman Effendi Tarsyad, dan Y.S. Agus Suseno.
Sementara
itu, penyair periode 1990-an yang juga menonjol adalah Aan Maulana
Bandara, Eddy Wahyuddin S.P., Erhan Effendi, Fajar Gemilang, Jamal T. Suryanata, dan Zulfaisal Putera.
Ada juga penyair dekade 50-an dan 60-an, yaitu Hijaz Yamani, Ardiansyah M., Eza Tabri Husano, Salim Fakhry, Darmansyah Zauhidie, Andi Amrullah, Hamamy Adabi, dan Ajim Ariadi. Sementara dari dekade 70-an ialah Ajamuddin Tifani, Bakhtar Suryani, Rasyidi Umar, Ibramsyah Amandit, dan Syukrani Maswan.
Di bidang Seni ada nama Titiek Puspa, (lahir di Tanjung, 1 November 1937) adalah seorang musikus Indonesia. Iandhika Mulya Ramadhan lebih dikenal sebagai Ian Kasela adalah vokalis grup band radja. Gusti Erhandy Rakhmatullah adalah penabuh drum dari grup musik GIGI. Arul Efansyah vokalis Power Metal.
Terry Putri (lahir
di Banjarmasin, 1 Desember 1979) adalah seorang presenter televisi,
bintang iklan, aktris dan pembawa acara di tanah air. Ananda adalah runner up 1 Puteri Indonesia 2006. Amini, kontestan di KDI 5.
Ada John Tralala merupakan artis pelawak sekaligus penyanyi daerah Kota Banjarmasin. H. Anang Ardiansyah merupakan pencipta lagu-lagu Banjar yang produktif dan artis penyanyi daerah dari Kota Banjarmasin. H. Syamsiar Seman
adalah seorang budayawan dan penulis dari Kalimantan Selatan. Kecintaan
dan kegigihannya untuk mengangkat nilai-nilai budaya Banjar yang hampir
punah patut dihargai.
Melanjutkan keberhasilan dua nama dai cilik asal Kalsel, Nadia Mahfuzah (Tanjung) menjadi juara Pemilihan Dai Cilik (Pildacil) Lativi 2006 dan Muhammad Zainnur Royyan (Banjarmasin), Juara Pildacil 5 tahun 2007, Fahmi dari Kandangan berhasil menyabet gelar juara II dalam ajang pemilihan keluarga dai cilik (Dacil) Lativi.
Ada Tommy Kaganangan, model iklan Mie Sedap dan bintang sinetron cilik.
Deretan panjang nama-nama yang
penulis cantumkan di atas hanya sebagian saja dari putra-putri terbaik
Kalsel yang pernah ada dan masih berkiprah sampai hari ini. Dari dulu
sampai hari ini Kalsel telah dipenuhi oleh orang-orang jenius yang akan
terus menghiasi sejarah bangsa ini. Oleh karena itu, jangan sepelekan
orang Kalsel…
Sumber : ( Kada ) Sahibar Corat-Coret
Mantap buauhan banjar
BalasHapus