Minggu, 25 Mei 2014
Ini adalah kelanjutan novel Sang Pemimpi.
Berkisah tentang perjalanan hidup Ikal dan Arai di Eropa dan Afrika. Menyusuri
perbedaan budaya, petualangan, cinta, dan impian lama yang masih terpendam.
Seorang bayi terlahir dengan nama Aqil Barraq Badrudin. Dia adalah anak kelima
dari orangtuanya. Sebenarnya saat mengandung ibunya sangat mengharapkan anaknya
ini seorang wanita. Karena keempat anak sebelumnya laki-laki. Walau menyandang
nama indah tetapi ternyata Ikal menjelma menjadi seorang anak yang sangat nakal
dan sering membuat keonaran. Karena kenakalannya tersebut, Ikal sempat beberapa
kali berganti nama, mulai dari Aqil, Wadudh, dan Andrea. Tapi dari semua nama
itu tidak mempengaruhi kenakalannya.
Maka akhirnya orangtua Ikal memutuskan untuk menjadikan Arai sebagai anak
angkat. Lalu tiba-tiba Ikal berubah total dengan hadirnya seorang gadis bernama
A Ling. Semua orang merasa terkejut dengan perubahan pada diri Ikal. Dia
bertingkah laku seperti orang yang sedang dimabuk asmara setelah bertemu A
Ling. Sekarang Ikal menjadi anak baik. Dia jadi rajin beribadah. Sikapnya
menjadi santun dan berakhlak mulia.
Setelah
itu Ikal dan Arai menjalani masa bersama di Belitong sampai tingkat SMA. Lalu
Ikal kuliah di Bandung dan Arai kuliah di Kalimantan. Setelah itu mereka
bersama lagi setelah sama-sama ikut tes beasiswa ke Eropa. Tanpa disangka,
mereka berdua ternyata sama-sama mendapatkan beasiswa dai Uni Eropa untuk
melanjutkan S2 di Universitas Sorbonne, Paris, Perancis. Mereka berdua diantar
oleh ayah dengan berat hati di Tanjung Pandan. Waktu Ikal dan Arai berpamitan
ayah mereka menyerahkan bungkusan yang harus dibuka jika telah sampai disana.
Mereka lalu sampai disana, di bandara Schippol dijemput oleh Famke Somers. Di
Belanda saat itu sedang turun salju. Di Belanda mereka menuju Brugge di Belgia
dengan kereta. Famke menyuruh mereka menemui Simon van der Wall yaitu seorang
pemilik kos. Beberapa waktu kemudian Ikal dan Arai pun berangkat ke Paris,
Perancis. Arai berjalan di depan dan seketika berucap Subhanallah. Mereka
terpana melihat menara Eiffel, lalu menyentuhnya. Mereka masih seolah tak
percaya bahwa sebuah mimpi telah menjadi kenyataan. Ikal dan Arai pun mulai
kuliah di Universitas Sorbonne Paris. Tingkah laku mengagumkan ditunjukkan orang-orang
tuan rumah Prancis yaitu Charlotte, Laborde, Jean Minot, dan Sebastian. Juga
ada orang-orang dari Tionghoa, Eugene Wong, Heidi Ling, Deborah Oh dan Hawking
Kong. Disana Ikal dan Arai merasakan saripati hidup. Mereka pun ingin
menghabiskan musim panas dengan hal yang tidak terduga. Mereka ingin berkelana.
Tak disangka, banyak yang ikut bertaruh. Sehingga perjalanan diikuti oleh 4
kelompok. Satu kelompok wanita telah menemukan pujaan hatinya. Dan tidak
meneruskan perjalanan dan satu kelompok tidak sanggup melanjutkan perjalanan.
Tak disangka, demi menemukan A Ling, Arai, Ikal telah menjelajahi Eropa. Hingga
ke Milan. Disudut Milan, Ikal menemukan pemilik nama Andrea yang dibacanya di
majalah. Dari hal itu, Ikal menemukan sepotong kecil mozaik hidupnya. Dia
semangat mencari A Ling. Hingga tempat terakhir yang dihuni oleh orang yang
bernama A Ling adalah Afrika. Mereka berhasil menjelajahi setengah Afrika dan
menemui setiap orang yang bernama Njoo Xiang Ling. Namun tidak ditemukannya A
Ling pujaan hatinya. Karena liburan musim panas berakhir. Mereka terpaksa
kembali ke Perancis. Setelah mereka berbagi pengalaman, semua tak percaya bahwa
Ikal dan Arai berhasil menjelajahi Eropa hingga Afrika. Tanpa mereka tahu,
semua didasari cinta. MVRC Manooj dan Gonzales yang kalah, mereka pun terpaksa
menjalani sanksi yang dijanjikan.
Setelah
itu Arai dan Ikal kembali sibuk dengan tesisnya agar cepat lulus dan kembali ke
kampung halaman. Setelah beberapa waktu, kesibukan Ikal terpecah saat Arai
sakit. Arai harus kembali ke Indonesia. Ikal sangat sedih karena kini dia
sendiri. Diapun terjun ke dalam tesisnya tanpa Arai disisinya. Sayangnya, dosen
yang memegang tesisnya, profesor Turnbull harus pensiun dan kembali ke
Sheffield, Inggris dan bekerja disana. Demi tesisnya, Ikal pindah ke Sheffield
Hallam University. Pada saat Ikal datang ke rumah Professor Turnbull, ternyata
beliau dipanggil ke kampus. Ikal harus menunggu selama 2 jam. Akhirnya, Ikal
berkeliling Sheffield dan akan kembali ke rumah Professor Turnbull selama 2
jam. Ikal menaiki bus desa yang dipenuhi petani kumal yang hanya berdiam. Bus
menaiki bukit yang landai. Ketika bus melewati sebuah tikungan, dedaunan cemara
tersibak dan seketika itu pula tersaji pemandangan yang mengingatkan Ikal pada
sesuatu. Perjalanan bus makin dekat dengan desa yang dipagari tumpukan batu
bulat berwarna hitam. Ikal terpesona melihat rumah-rumah penduduk
berselang-seling. Ikal merasa menebus lorong waktu dan terlempar dalam negeri
khayalan yang telah lama hidup dalam hatinya. Masih terperanjat, Ikal meminta
sopir bus untuk berhenti. Ikal kembali mengenang dan mengingat keindahan tempat
ini selama belasan tahun yang selama ini menjadi impian. Dia masih terkesima
bahwa impian tersebut sudah dapat dia lihat dengan mata kepala sendiri. Seolah
tak percaya, Ikal lalu bertanya pada seorang ibu untuk memberitahu nama tempat
ini. Seketika sang ibu itupun menjawab. “Sure lof, it’s EDENSOR.......” Inilah EDENSOR,
sebuah tempat yang dulu hanya dilukiskan keindahannya oleh A Ling, seseorang
yang telah memberi kekuatan dalam perjalanan hidup Ikal. Sekarang Ikal sudah
berada di Edensor, bukan mimpi tapi kenyataan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar