Senin, 14 Maret 2022

Cerpen Akhmad Husaini : Pertemuan Awal Cukup Mengesankan

 Selasa, 15 Maret 2022

 


Asal-usul hubungan akrab Dugal dengan Hj Fatma hingga sekarang ini, ternyata berawal dari pengalaman manis cukup mengesankan. Dimana saat itu Dugal mau shalat Dzuhur ke Masjid Agung Riadhusshalihin Barabai, untuk shalat Dzuhur sendirian, karena shalat Dzuhur berjamaah baru saja usai dilaksanakan.

Dugal tiba di Barabai dari rumahnya di Angkinang Selatan, beberapa puluh menit setelah Azan Dzuhur selesai berkumandang. Jadi ia agak tadudi shalat Dzuhur. Usai memarkir sepeda motor lalu menuju tempat wudhu laki-laki di samping kiri, berjarak sekitar 20 meter dari lokasi parkir sepeda motornya.

Tiba-tiba di tengah jalan tepat dekat taman, di antara rerumputan ia melihat ada benda menarik perhatiannya. Lantas didekatinya, ternyata sebuah dompet. Mungkin dompet itu dompet perempuan karena agak besar. Tapi semua itu ia abaikan dulu sementara. Terus pergi ke pauduan. Setelah itu balik menuju masjid, lalu shalat Dzuhur.

Usai shalat Dzuhur dan berdo’a, Dugal kembali ke tempat di mana ia melihat dompet tadi. Sudah diniatkan dalam hati, tak akan mengambil isinya, dan akan mengembalikan ke pemiliknya dengan segera. Dengan membaca Basmalah Dugal membuka dompet itu. Di dalamnya ada berbagai macam kartu. Uangnya diperkirakan mencapai puluhan jutaan rupiah karena pecahan Rp 100 ribu semua cukup tebal.

Satu kartu ia ambil berisi pemberitahuan kalau menemukan dompet ini hubungi alamat dan nomor telepon yang tertera. Lantas Dugal menghubungi nomor telepon yang tertera di kartu. Tak lama, terhubung, lalu Dugal menyampaikan soal penemuan  dompet itu. Apakah diantar ke alamat atau bagaimana. Dalam jawabanya Hj Fatma, dompet itu akan akan mengambilnya, dan mengatakan tunggu sebentar.

Sekitar 10 menit menunggu, datang mobil kecil warna putih. Dari daam mobil keluar perempuan cantik berhijab. Lalu mendatangi di mana Dugal berada. Dugal mengembalikan dompet itu serta memohon maaf karena telah membuka dompet itu, dengan alasan ingin mengetahui identitas pemiliknya. Hj Fatma mengatakan tidak apa-apa. Lalu Dugal menunjukkan di mana lokasi dompet itu ditemukan.

Kata Hj Fatma sekitar pukul 10.00 WITA ke Masjid Agung Riadhusshalihin, mau buang air kecil saat itu bersepeda motor. Mungkin karena tergesa-gesa dompetnya terjatuh dari saku pakaiannya. Saat berada di toko emas, tempat usahanya, mau ambil dompet tak ada. Lantas ia kembali ke masjid, tapi takuliling mencari tak juga ketemu.

Setelah itu ia pergi ke Tuan Guru kenalan keluarganya, yang sudah akrab, minta untuk bisa mengetahui keberadaan atau posisi dompetnya saat ini. Kata Tuan Guru itu, dompet itu masih aman, dan ditemukan oleh orang yang baik-baik. Tuan Guru itu berpesan kepada Hj Fatma, agar tak melupakan jasa-jasa penemu dompetnya, sampai kapan pun. Setelah itu Hj Fatma kembali ke toko emasnya.

Hingga akhirnya mendapat telepon dari Dugal soal penemuan dompet itu. Ia amat senang dan bahagia sekali. Entah kalau yang menemukan bukan dugal, tak tahu nasibnya. Karena di dalam dompet itu ada banyak harta berharga, mungkin nilainya ratusan juta rupiah.

Karenanya setelah mengambil uang yang ada di dompetnya lalu diberikan kepada Dugal. Tapi Dugal menolak. Dengan mengatakan, ia ikhlas dan tanpa pamrih membantu menemukan dompet itu. Selain itu Dugal mengatakan semoga ada hikmah atas kejadian itu. Juga mendo’akan Hj Fatma sukses dalam usahanya, untuk menunjang dunia dan akhirat.

Karena ditolak Hj Fatma, lantas mengucapkan  terima kasih banyak atas bantuan menolongnya. Ulun kada akan malupaakan kabaikan pian. Lantas Hj Fatma meluncur dengan mobilnya. Sementara Dugal menuju parkiran sepeda motor pergi ke Labung Anak, kampung keduanya.

Istirahat di rumah yang ia beli, dan pergi ke kebunnya, berjarak sekitar 1 kilometer dari rumahnya. Usai shalat Ashar Hj Fatma datang ke rumah Dugal di Labung Anak. Ia tahu rumah Dugal, karena sebelumnya lewat WA bertanya kepada Dugal posisi rumahnya. Ternyata Hj Fatma sering ke Labung Anak. Baurut di tempat Nini Ipan. Lantas disebut Dugal rumahnya dekat dengan rumah Nini Ipan, tahalat kios Hariadi Halimah.

Hj Fatma datang bermobil kecil warna putih. Membawa kantongan plastik besar. Isinya nasi kotak lima buah. Ia minta dibacakaan Do’a Selamat kepada Dugal, atas kejadian tadi. Karena dompetnya berhasil ditemukan utuh, tidak ada yang hilang. Usai membaca Do’a Selamat Dugal menikmati sajian nasi kotak itu. Sementara Hj Fatma menemani di sampingnya.

Tak lama setelah itu Hj Fatma pamit pulang. Nasi kotak sisa empat untuk Dugal. Setelah Hj Fatma pulang, sudah tidak ada di hadapannya, Dugal membuka kantongan plastik, ternyata ada amplop putih besar. Dibuka Dugal uang, pecahan Rp 100 ribu sebanyak 10 lembar.

Ada tulisan gasan Kanda Dugal, terima kasih atas kebaikan Pian. Hanya ini nang bisa Ulun berikan. Salam hormat Ulun Hj Fatma. Merasa tak nyaman, lantas Dugal menghubungi Hj Fatma lewat WA. Karena saat di masjid Dugal menolak diberi imbalan, Karena ia ikhlas tanpa pamrih membantu. Tapi di rumahnya malah uang itu diberikan Hj Fatma secara diam-diam, setelah pulang baru diberitahu.

Ambil saja Kanda, Ulun ikhlas memberi Pian, andai kada Pian yang menemukan, mungkin lain kisahnya. Dugal tak bisa menolak lagi pemberian Hj Fatma itu. Tapi ia sudah berniat baik menolong orang, untuk itu uang itu sebagian akan ia sumbangkan ke tempat ibadah atau orang yang membutuhkan.

Beberapa bulan setelah perkenalan awal itu, ada sekitar lima kali Hj Fatma bertandang ke rumah dan kebun Dugal di Labung Anak. Untuk di rumah Dugal di Angkinang Selatan ada satu kali Hj Fatma ke sana. Sementara Dugal satu kali bailang ke rumah Hj Fatma di Mandingin, dan satu kali ke toko emas Hj Fatma di Pasar Barabai.

Uang melimpah, tentu akan melancarkan dan kemudahan dalam menjalankan amal ibadah. Seperti halnya Hj Fatma. Kepada Dugal Hj Fatma mengaku sudah dua kali haji jamaah, serta lima kali umrah. Sungguh luar biasa. Sementara Dugal tak sekalipun ia ke Tanah Suci, tapi niat ke sana sudah tertanam sejak lama. Semoga jadi kenyataan.

Baru-baru tadi Hj Fatma kembali menjalankan ibadah umrah. Beberapa hari setelah kepulangan ia datang kembali ke rumah Dugal di Labung Anak. Tepatnya sore Sabtu setelah shalat Asahar, kebetulan saat itu dua teman Dugal di Angkinang Selatan, Rizal dan Utuh Yadi datang ke rumah, bermalam, untuk membantu Dugal panen sayur besok harinya.

Hj Fatma datang bermobil kecil warna  putih. Membawa bungkusan berisi nasi kotak beserta oleh-oleh Tanah Suci. Saat datang langsung ke halaman rumah Dugal. Di teras rumah ada teman Dugal sedang berbincang. Sementara Dugal di belakang rumah mengurus ternak unggasnya.

Keluar mobil melangkah menuju rumah Dugal. Bertanya kepada dua teman Dugal apakah Dugal ada. Lantas mereka katakan sedang ada di belakang rumah maumpani hayam. Hj Fatma menuju belakang rumah.

Dugal kaget, saat tengah asyik memberi makan ayam, tiba-tiba di sampingnya sudah ada perempuan cantik berhijab. Bau Mekkah kata Dugal bercanda. Hj Fatma tersenyum mendengarnya. Tunggu sebentar kata Dugal. Inggih ujar Hj Fatma.

Setelah itu Dugal masuk rumah. Sementara Hj Fatma menuju mobilnya mengambil bungkusan banyak sekali lantas masuk rumah. Lalu mengeluarkan nasi kotak dan membuat air minum berupa satrup hangat.

Setelah itu Dugal memanggil dua temannya di teras rumah, masuk ke rumah untuk mengikuti pembacaan Do’a Selamat atas keselamatan kembali ke Tanah Air, Hj Fatma setelah menunaikan Umrah beberapa waktu lalu. Usai Do’a Selamat, Dugal dan dua temannya menikmati sajian nasi kotak berupa lauk bebek goreng, sambal, dan sayur.

Sementara di piring kecil ada kurma dan oleh-oleh khas Arab lainnya. Kemudian ada sebotol kecil air zam-zam. Di tempat lain, Hj Fatma sudah menyerahkan beberapa buting tasbih dan minyak harum, Hj Fatma berpesan agar dua temannya juga diberi.

Setelah Dugal dan temannya selesai makan. Hj Fatma pamit pulang. Karena hari menjelang senja dan di Langgar sedang maayat. Setelah Hj Fatma pulang dan tak ada dihadapan, Dugal memberi Rizal dan Utuh Yadi tasbh dan minyak harum, serta bungkusan kecil berisi kurma dan kacang arab.

Sementara untuk air zam-zam, karena terbatas, diminum seadanya, dengan diniatkan untuk kesehatan tubuh, nyaman dan kuat dalam menjalankan amal ibadah. Azan Maghrib berkumandang, Dugal dan dua rekannya beranjak pergi ke Langgar.

Karena suka menghargai dan menghormati orang lain, saat berada di manapun Dugal juga dihormati dan dihargai orang, walau penampilan sederhana, kada kaya urang. Ia banyak kawan dan sahabat.

Bukti itu terlihat dan disaksikan dua temannya, Rizal dan Utuh Yadi, saat menuju Labung Anak, Sabtu sore. Rencananya Rizal dan Utuh Yadi mau bermalam di rumah Dugal di Labung Anak, karena besoknya, rencananya mereka ingin membantu memanen sayuran di kebun Dugal.

Saat singgah di sebuah POM Mini, Rizal isi BBM motornya, sementara Dugal sudah isi BBM di Angkinang Selatan. Saat mau membayar Rizal kepada penjaga POM Mini, ditolak, mengatakan ulun bariakan kepada pian wan Dugal. Ternyata pemilik POM Mini itu teman Dugal, dan Dugal sering isi BBM di sana bila ke Barabai, jadi saling kenal.

Yang kedua saat singgah di tepi jalan untuk menikmati pentol goreng dan es anu Paman Pentol. Saat asyik menikmati pentol itu singgah sebuah mobil kecil warna merah. Ternyata Hj Azizah bersama anak perempuannya yang masih berusia empat tahun. Mau beli pentol basanga.

Hj Azizah guru di MTsN tempat Dugal bekerja. Tapi jarang bertemu, Karena Dugal di Tata Usaha sementara Hj Azizah sebagai guru. Tapi masih barawaan saat bertemu di manapun. Saat itu Hj Azizah ingin menengok ibu dan ayahnya di Birayang, jadi lewat Jalan Lingkar Walangsi.

Ternyata Dugal dan dua temannya dibayarakan Hj Azizah semua yang sudah dinikmati, berupa pentol basanga dan es. Lagi-lagi Rizal dan Utuh Yadi kagum dengan Dugal, ternyata selalu membawa kepada kebajikan dan parajakian. ***

 

Angkinang Selatan, 9 Maret 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Didatangi Tokoh Nasional

 Sabtu, 23 November 2024 Dari Diary Akhmad Husaini, Senin (13/02/2023)  Guru Ibad perkenalkan Maulid Habsyi di Martapura tahun 1960-an. Sela...