Jumat, 03 April 2020

Ketika Rangkaian Kegiatan Pertanian Tradisional Tergerus Zaman

Sabtu, 4 Maret 2020

Saya tinggal di kampung, jadi akrab dengan rutinitas yang ada di kampung. Dimana mayoritas mata pencaharian warga adalah sebagai petani. Ayah dan ibu saya petani. Sejak kecil saya akrab dengan dunia pertanian.

Karena kemampuan finansial terbatas, lahan pertanian digarap sendiri. Sementara warga lain mengerjakan lahan pertanian mengupah orang lain untuk menangani rangkaian proses bahuma. Karena sering ikut mengambil upah, jadi saya tahu dari awal hingga akhir proses pertanian di kampung saya.

Biasa di kampung saya memulai bahuma dengan menggelar mahalarat. Selamatan memulai bahuma tahun ini, dilaksanakan di Langgar Al Kautsar. Setelah itu manaradak, kemudian membuka lahan  sawah dengan manabas mengunakan tajak, bapuntal, babalik, baampar, bawiwih, mancabut taradak / ampakan, batanam, marumput, mangatam, bairik, padi dibawa pulang ke rumah.

Sebelumnya saat menunggu beberapa minggu padi akan dicabut untuk diampak di pahumaan. Padi di jemur untuk kemudian dibuat ke karung. Padi digumba sampai bersih. Kalau sampai zakat bisa berzakat. Padi disimpan atau sewaktu-waktu bisa dijual.

Tahun 2000 - an ke atas alat pertanian modern masuk ke kampung saya. Ada traktor, mesin  rontok, obat-obatan. Sehingga rangkaian kegiatan pertanian tradisional mulai hilang.

Bahkan tahun 2018 ke atas sudah ada alat pertanian untuk menanam padi dan memanen padi. Sehingga tenaga kerja manusia bisa diminimalisir.

Ada kekurangan dan kelebihan dengan adanya teknologi dalam dunia pertanian di kampung saya. Kelebihannya tidak membutuhkan tenaga manusia yang banyak, lebih cepat untuk menangani hasil pertanian. (ahu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aktivitas Selama di Aceh

 Sabtu, 23 November 2024 Dari Diary Akhmad Husaini, Ahad (21/08/2022)  Semua akan abadi setelah diposting Dugal ke blog pribadi, tentu denga...