Redup
Waktu Menghela Napas Ambisi
Kecamuk rindu di malam keramat
hujan lebat di malam Jumat
kau kira apa arti semua ini
agar kau tak menjadi sombong
nikmat hidup jadi orang biasa
raih rejeki dari mengais segala rasa
Redup waktu menghela napas ambisi
terus merubung rutin setiap sendu
berbuat kebajikan sepanjang hari
jangan terlena dengan keadaan ini
berpetualang menyisi isi hati
rentan kecamuk rusak siapa bersalah
Kadong menikam segera meresah
sahabat perangai wajah purnama
memintas harapan di ujung sempana
menikmati sunyi dalam keadaan yang pasti
semua berawal dari tanah yang menyisi
kau sangka apa ini sekarang meniti
Aku ingin terus menulis sepanjang hari
dari penjelmaan waktu berkelindan sebanyak
senyuman
memaknai cahaya rindu mendera sempurna
beradu pandang merinai hari-hari berperi
jauh dari kolaborasi sunyi ketentuan
nyata
rasa cair bersua pendam kentara mengada
Kandangan,
23 Desember 2016
Semampai
Rindu Mendera Beribu Wacana
Sunyi meratap malam yang jalang
aku harus jadi penulis hebat katanya
ini kesenangan yang sungguh luar biasa
akulah sang juara katanya lagi
ketika hujan lebat di malam merindu
fokus pada banyak kesunyian diri
Semampai rindu mendera beribu wacana
sunyi merangkai jejak meredam
aku akan terus menulis sepanjang harapan
kau cerna diri yang melankolis
terus memberi arti kepada semua orang
seloka waktu menuju harapan tentu
Sungguh ini hal yang teramat
membahagiakan
menjaga keutuhan umat beragama
rangkai kebijakan yang prestisius
memugar rentak kemudian diri yang tegas
lelakon diri yang terus berserah
jompak waktu merampas arti
Dari bujuk rayu hidup yang kentara
terus menulis sepanjang manfaat
mimpi merindu serpihan gejolak
tajam akal pikiran menikmati canda
aku tidak kepikiran seperti itu
batas kembara semangat tinggi
Yakin semua berlangsung aman dan damai
senyum sunyi ketidaknyamanan itu
sekarang
jaman sudah canggih semua termudahkan
ingin berbeda dengan yang lain
peninggalan menakjubkan di bawah kalut
menjaga waktu sepanjang malam
Kandangan,
25 Desember 2016
Gebalau
Waktu Kian Menghimbau
Bersua nyata di ujung jelita menyerta
tangguh menanti terawangan janji seksama
punya ide gemilang langkah berkelit
merona
berharap hadir mimpi-mimpi indah bersua
wujud sunyi menimbang sepenuh diri
mendera
Gebalau waktu kian menghimbau
akan datang tabiat musim yang lalu
menulis dengan sepenuh kebijakan
tahun ini galau meredakan budak
apa penyebab semua itu kian tersedak
Biar menepis jalan saling meninggi
sungguh ini hal yang teramat lumrah
pejam suara menakdir ambisi
derai ketentuan memagut segala mesti
Banyak puisi yang harus aku tuliskan
tak ada respon yang bagus
jadilah pemenang yang rendah hati
satu tujuan ikatan yang lantang
ajak aku dengan suasana dinamis
Apa keharusan yang menyisi hati
jangan meretas janji bersisian
kebulatan tekad janji masyarakat
aku harus tahu dengan hal itu
siapa yang memberi pengharapan
kepada aku di tahun ini yang mapan
Saat kegagalan menimpa diri
bila semua memang sudah nyata
situasi kekinian dan modern
menyumpah sunyi dalam habitat legam
tercetus kala mengalami kekalahan dan
kegagalan
kepak sayap musim di ujung kelindan
Kandangan,
28 Desember 2016
Gempita
Lirih Mengatur Sengketa Layu
Bebas berpantang di tambatan meniti
bidik impian lajang memburu laku
terbuai perasaan tinggi batin memantau
sebuah kepastian yang teramat bijak
jangan pernah menebar rindu seteru
aku harus bangga dengan keadaan ini
Toleransi menguji derai gerimis
berpaduan
peningkatan ekonomi masyarakat sekitar
jauh menebar jangkauan penghantar
selalu ada hilir mudik penerapan
kisah kasih teramat indah bersampiran
Gempita lirih mengatur sengketa layu
lerai candaan hakikat berpasrah
lantas paduan dendam menuju ragu
hidup dari sandera keinginan sejahtera
ada rencana hasil menulis nyata
rejeki awal akan dibagi-bagi
Dengan orang lain aku teramat kenal
senalar waktu dalam alun yang menjalin
itu arti yang tulus dan ikhlas
teruslah jadi orang yang baik-baik
berkumpul menebar arti yang bermakna
Kandangan,
22 November 2017
Rintih
Pilu Menegas Aturan Seksama
Ada banyak keinginan menyerta perjalanan
selalu ingin bersamanya kapan dimanapun
saja
beredar seraya memapah bijak berperi
berarak lecut menikmati jalan berpantang
sampiran diri piasat berbimbangan
Rintih pilu menegas aturan seksama
aku ada arah sepi yang terus mengerling
seiring waktu yang terus berjalan
igau lirih tambatan hati yang pasti
pengaruh alur waktu yang tandas
Tertatih menepi jejak sengkarut perdaya
sungguh tertanam alur jelas menimpa
prasangka naluri bersisian ketetapan
kapan saja bisa mengaku suka
bersyukur atas segala nikmat yang ada
mengemas suasana saling berbeda
Kita selangkah menanti bersama
ajak kehendak tafakur rindu yang syahdu
menulis apa saja yang kau suka
tebar senyum dan kebaikan dimana saja
pengaruh nyata dalam nalar membias
ketika semuanya berhasil saling
bersinergi
Kandangan,
26 Desember 2017
Meniku
Sembilu Merayu Lagu Bersatu
Warnai hari-hari dalam gejolak cumbu
merayu
status restu saling menangkis kemalasan
lajur yang sama melintas penjuru tentu
kehendak yang dihadapi remang membius
jemu waktu beradu arah yang meramu restu
Meniku sembilu merayu lagu bersatu
perdaya sentosa menanda arti yang sama
nyanyian angkuh semburat menata gebalau
datang meringkih tepian irama sembilu
Niatkan untuk silaturrahmi dan ibadah
kepada Allah
nikmat diberi hidup sehat dan berkhidmat
lirih sentimen mengajarkan terpaan
tabiat
terpana sungguh beradu langgam kemaruk
menoreh ragam kemelut selalu sangkut
Cerita syahdu lakuan akut melambai rakat
tajam pengaruh pantauan senarai sempit
bayang kenangan silam memindai himpit
dulu memang sering itu yang aku rasa
sekarang merenda kenyataan yang dihadapi
Kandangan,
26 Desember 2017
Terpaan
Kalut Nyanyian Rindu Membelit
Meramu tuju hentak usia berlanjut
bangga sendu semu menuju akut
ingin selalu lebih dari yang lain
terus berlari seiring janji menanti
selalu ada hal baru yang didapatkan
hutan dan hujan satu ikatan kepastian
Jalan pengaruh menanti sapaan bertalian
aku kadang merasa malu sendiri dengan
hal itu
pencapaian hebat yang pernah ada menimpa
jalinan kepastian harapan menyerta tepi
kepada mereka kita bisa saling memberi
Terpaan kalut nyanyian rindu membelit
taruhan upaya menggayut sendu berkelit
bertemu banyak orang adalah kepastian
sungguh
bentangan Meratus merajam angkuh Banua
saling memantau arus gemulai wibawa
menyerta
tali temali menjalin piranti multiguna
Deru prasangka menubir cahaya irama
senyap merayap upaya mendedah ratap
tinggi lamunan berbalik arah hampa
tatapan
berbenah kenalan akrab merajut padanan
tuntas memburu lautan semangat kekuatan
untuk terus memberi tatanan pengaruh
rentan
Kandangan,
26 Desember 2017
Akhmad
Husaini
: lahir di Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, 18
November 1979. Aktif menulis sejak tahun 1996, saat masih duduk dibangku MAN 2 Kandangan.
Karyanya berupa puisi, cerpen, artikel, dsb pernah dipublikasikan di media
cetak terbitan lokal Kalsel. Juga di media online / daring, baik yang ada di Kalsel maupun nasional.
Puisinya termuat dalam beberapa buku kumpulan puisi sastrawan Kalsel. Sekarang
bekerja sebagai Staf Tata Usaha MTsN 3 HSS dan berdomisili di Desa Angkinang
Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten HSS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar