Itulah enaknya jadi penulis. Bila ada
masalah sedikit, kalau tidak bisa diatasi secara nyata, cukup dituliskan saja,
hati jadi plong. Seperti saya alami hari ini.
Ketika berada di warung depan tempat
saya bekerja, mendengar warga yang menyebutkan ada siswa di tempat saya bekerja,
sedang berkeliaran pada jam pelajaran, sejak kemarin hingga hari ini, warga itu
membicarakan dengan penuh emosi.
Entah sengaja atau tidak, dia tidak tahu
kalau saya bagian dari sekolah yang sedang ia bicarakan. Mendengar hal itu saya
tidak karuan rasa. Minuman yang saya pesan, saya tinggalkan.
Langsung kembali ke tempat bekerja,
memberitahu pada rekan guru yang bersangkutan atau menangani masalah kesiswaan.
Hati masih tak tenang, lalu saya menuju ruang kerja saya, menuliskan segala
ketidaknyamanan ini.
Berharap masalah ini segera selesai, bisa
diatasi rekan yang lain. Agar saya tak disemprot lagi oleh warga, ketika berada
di warung depan, tentang siswa yang berkeliaran, atau bahkan tak masuk kelas saat
jam pelajaran sedang berlangsung.
Sedikit demi sedikit dengan menuliskan
ketidaknyamanan ini, saya bisa bersabar, untuk tidak meluapkan emosi secara
berlebihan. Cukup diungkapkan lewat kata-kata saja. Itulah untungnya saya punya
bakat menulis. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar