Senin, 27 Juni 2011
Pemilik warnet yang ada di Hulu Sungai Selatan mengeluh. Pasalnya, pengunjung yang datang setiap harinya mulai berkurang. Akibatnya, omset yang diharapkan dapat menjadi penunjang kebutuhan tidak bisa diandalkan lagi.
" Beban operasional yang dikeluarkan cukup besar dan penghasilan yang didapat tidak mencapai target. Karena operasional lebih besar sementara pendapatan tak bisa menutupi. Maka jalan satu-satunya adalah mengurangi jumlah boks warnet," tutur Rifky, seorang pemilik warnet di Kandangan.
Menurut Rifky, ia mengurangi koneksitas dan memutus sebagian jaringan pemakaian yang digunakan. Dengan kata lain, separuh boks warnet terpaksa harus diistirahatkan.
Sehingga beban yang harus dibayar dapat berkurang, namun warnet yang dimiliki masih bisa beroperasi kendati hanya beberapa buah boks. Menurut Rifky, menurunnya penghasilan warnet karena adanya hotspot di beberapa kantor yang ada di HSS.
Selain itu, penyebab kurangnya pengunjung juga diakibatkan menjamurnya handphone (HP) yang dapat mengakses internet. Sehingga pemilik HP mudah untuk membuka jejaring sosial tanpa harus ke warnet.
" Hotspot yang mudah diakses dan HP yang dapat membuka internet merupakan salah satu penyumbang kurangnya pengunjung warnet ," ujarnya.
Dikatakan Rifky, ketika pertama kali buka penghasilan dari warnet cukup lumayan. Bahkan, ia dapat bertahan hingga beberapa tahun. Tapi setelah keluarnya HP yang dapat mengakses internet dan adanya hotspot akhirnya kunjungan pengguna warnet menurun.
" Dulu pertama kali buka dalam sehari kita dapat keuntungan sekitar Rp.300 ribu hingga Rp.400 ribu sehari. Kondisi ini sempat bertahan selama 8 bulan," ujar lelaki yang hobi fotografi ini.
Setelah adanya penurunan seperti saat ini, menurut Rifky, maka penghasilan yang didapat hanya berkisar antara Rp.25.000 hingga Rp.50.000. Sementara target yang didapat dalam sehari harus diatas Rp.150.000. Karena tidak mencapai target yang diharapkan maka beberapa buah boks terpaksa di rumahkan. Walaupun pengunjung menurun namun masih tetap diharapkan dapat menutupi kerugian yang ada," pungkasnya.***
" Beban operasional yang dikeluarkan cukup besar dan penghasilan yang didapat tidak mencapai target. Karena operasional lebih besar sementara pendapatan tak bisa menutupi. Maka jalan satu-satunya adalah mengurangi jumlah boks warnet," tutur Rifky, seorang pemilik warnet di Kandangan.
Menurut Rifky, ia mengurangi koneksitas dan memutus sebagian jaringan pemakaian yang digunakan. Dengan kata lain, separuh boks warnet terpaksa harus diistirahatkan.
Sehingga beban yang harus dibayar dapat berkurang, namun warnet yang dimiliki masih bisa beroperasi kendati hanya beberapa buah boks. Menurut Rifky, menurunnya penghasilan warnet karena adanya hotspot di beberapa kantor yang ada di HSS.
Selain itu, penyebab kurangnya pengunjung juga diakibatkan menjamurnya handphone (HP) yang dapat mengakses internet. Sehingga pemilik HP mudah untuk membuka jejaring sosial tanpa harus ke warnet.
" Hotspot yang mudah diakses dan HP yang dapat membuka internet merupakan salah satu penyumbang kurangnya pengunjung warnet ," ujarnya.
Dikatakan Rifky, ketika pertama kali buka penghasilan dari warnet cukup lumayan. Bahkan, ia dapat bertahan hingga beberapa tahun. Tapi setelah keluarnya HP yang dapat mengakses internet dan adanya hotspot akhirnya kunjungan pengguna warnet menurun.
" Dulu pertama kali buka dalam sehari kita dapat keuntungan sekitar Rp.300 ribu hingga Rp.400 ribu sehari. Kondisi ini sempat bertahan selama 8 bulan," ujar lelaki yang hobi fotografi ini.
Setelah adanya penurunan seperti saat ini, menurut Rifky, maka penghasilan yang didapat hanya berkisar antara Rp.25.000 hingga Rp.50.000. Sementara target yang didapat dalam sehari harus diatas Rp.150.000. Karena tidak mencapai target yang diharapkan maka beberapa buah boks terpaksa di rumahkan. Walaupun pengunjung menurun namun masih tetap diharapkan dapat menutupi kerugian yang ada," pungkasnya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar