Selasa, 11 Februari 2020

Ini Candi Narmada, Spirit Sumber Air Gunung Rinjani

Rabu, 12 Februari 2020
oleh Luh De Suriyani [Lombok NTB] di 15 June 2018

Keagungan Gunung Rinjani sebagai titik tertinggi di Lombok, Nusa Tenggara Barat menginspirasi Raja Lombok-Karangasem membuat replikanya. Bukan dalam bentuk patung atau artefak lain, tapi sebuah taman air yang memusatkan Gunung Rinjani sebagai sumber energi dan air bersih.

Lombok memang istimewa. Sejumlah unsur Bali bisa ditemukan di Lombok, seperti arsitektur, pura, dan makanan. Namun tidak sebaliknya. Lombok juga menunjukkan multikulturalnya tak hanya irisan dengan kebudayaan Bali, juga keyakinan dan etnis lain.

Salah satu jejak multikultural ini adalah Candi Narmada, cagar budaya warisan Kerajaan Karangasem (Bali) di Lombok Anak Agung Gede Ngurah yang dibuat pada 1727. Raja ini memusatkan tempat tinggal dan istananya di titik-titik sumber air. Termasuk di Bali, ada sejumlah cagar budaya yang serupa peninggalannya yakni Tirta Gangga dan Taman Ujung di Kabupaten Karangasem.

Dengan cara ini, di luar konteks penguasaan, juga mendorong perlindungan sumber-sumber air terbaik. Setidaknya sumber-sumber air ini sekarang bisa diakses publik sebagai obyek wisata. Mengingatkan warga yang berkunjung betapa pentingnya area hijau yang memberi keteduhan dan menjaga cadangan air bersih.

Perasaan teduh dan tenang ini langsung menyeruak saat memasuki Candi Bentar, gapura pintu gerbang kompleks Candi Narmada. Dua kolam, telaga kembar menyambut di halaman Jabelkap. Sebuah taman kecil yang nampak terawat. Bangunan pertama yang terlihat adalah Bale Loji di kiri yang difungsikan sebagai kamar.

Area berikutnya adalah Balai Terang, bale yang berukuran lebih besar seperti rumah panggung dari nyaris seluruhnya kayu. Di sini ada dua kamar di sisi kiri dan kanan berhadapan. Ukiran dan gambar yang terpahat di kayu saat naik ke bale ini, khas Bali seperti rangkaian bunga, daun, lalu di atasnya naga, monyet, dan wayang. Bagian bangunan kayu ini dicat cukup mencolok merah dan hijau yang diaplikasikan secukupnya di bagian depan kamar dan tiang-tiang penyangganya.

Di antara kamar adalah ruangan terbuka untuk bersantai melihat pemandangan. Bale ini diposisikan strategis di tengah-tengah area dan tinggi sehingga lapang melihat sebagian besar lansekap Candi Narmada. Dari sini terlihat dari bagian paling tinggi di utara, arah Gunung Rinjani. Rombongan anak muda terlihat gembira sambil memainkan ponselnya untuk pose dari berbagai sudut dari Bale Terang ini. Sesuai namanya, dari sini penglihatan terasa lebih terang sekaligus tenang.
  
Dari kejauhan, terlihat level tertinggi adalah halaman Pura Kelasa atau Pura Narmada, tempat persembahyangan dengan sebuah bangunan meru bertingkat di sebelah Timur. Seperti mendaki gunung untuk mencapai puncaknya, tapi di sini untuk mencapainya cukup menaiki tangga. Sekeliling hijau dengan rimbun pepohonan dan rerumputan. Gemericik air yang melalui pancuran dan dimuntahkan patung-patung membuat betah berlama-lama.

Kemudian di sisi barat dan timur adalah taman air, jumlah kolam atau telaga ada 3, simbol tiga danau Segara Anakan di Gunung Rinjani. Paling luas adalah Telaga Ageng, kolam besar di sisi timur. Kolam ini sering jadi lokasi mancing. Sejumlah warga terlihat menuangkan bibit ikan. Tak sulit menemukan ikan berenang di airnya yang cukup jernih tapi penuh lumut ini.

Kolam di sampingnya adalah pemandian umum dan kolam renang yang luasnya bisa digunakan untuk lomba. Area ini pusat keramaian yang terlihat paling profan dan tidak terintegrasi dengan arsitektur lainnya karena dibuat seperti kolam renang pada umumnya. Ada juga kolam kecil untuk anak-anak. Kebutuhan pengunjung untuk jalan-jalan, piknik, sampai berenang terpenuhi di Candi Narmada ini.
  
Karena dibangun 300 tahun lalu, sejumlah pemugaran dan penambahan terjadi dibanding aslinya. Setelah direkonstruksi oleh pemerintah melalui Ditjen Kebudayaan, Direktorat Perlindungan dan pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Taman Narmada dijadikan sebagai kompleks bangunan cagar budaya dengan daftar induk inventarisasi peninggalan sejarah dan purbapakala pusat bernomor 1839.

Bangunan menarik lain adalah Gapura Gelang atau Paduraksa yang menghubungkan antara halaman Jabalkap dengan halaman Mukedes. Pada halaman Mukedes terdapat beberapa buah bangunan, antara lain Sanggah Pura dan Balai Pamerajan.

Kompleks ini terlihat sebagai tempat tinggal sekaligus peristirahatan karena tata ruangnya dibuat fungsional untuk kebutuhan raja dan keluarganya. Taman bermain, tidur, mandi, dan sembahyang. Area sakral dan profan.

Pemandu menyebut alkisah raja ingin dekat dengan Gunung Rinjani, terlebih saat masa tuanya, sudah tak bisa mendaki gunung lebih dari 3700 meter ini untuk melakukan ritual. Misalnya Mulang Pakelem, naik ke puncak gunung untuk berdoa dan menghaturkan sesajen ke kawah. Seperti upacara Kasada di Gunung Bromo.

Candi Narmada memperlihatkan upaya arsitek kerajaan saat itu untuk mengadopsi ruang dan filosofi Gunung Rinjani. Secara visual terlihat ada pembagian level dan fungsi. Misalnya puncak adalah tempat sembahyang sebagai ruang lebih dekat dengan Tuhan, kemudian di bahu gunung adalah lembah, hutan-hutan yang disimbolkan dengan taman, kemudian di kaki gunung adalah pemukiman di mana warga bisa menikmati air bersih dan tempat istirahat.

Bagian peristirahatan ini adalah di sisi selatan, halaman Pasarean dan Patandaan. Ada bangunan terbuka seperti wantilan yang jadi tempat kumpul atau pertunjukkan.
  
Salah satu bangunan yang menarik perhatian pengunjung adalah Balai Petirtaan yang diyakini sumber mata airnya berasal dari Gunung Rinjani. Juga pertemuan tiga sumber air, yakni Pura Suranadi, Lingsar, dan Narmada. Ketiga pura ini lokasinya berdekatan sekitar 5 kilometer dari Candi Narmada yang berada di tengah-tengahnya. Jika minum atau membersihkan wajah dengan air pancuran di bale Petirtan ini dipercaya bisa awet muda. Keyakinan sederhana dan masuk akal, karena jika kita selalu mengonsumsi air bersih tanpa imbuhan kimiawi tentu saja lebih sehat.

Sebuah papan memperlihatkan kawasan ini bagian dari Geopark Rinjani Lombok. Candi Narmada dikenal sebagai istana saat musim kemarau, ketika penghuni istana di Cakranegara, salah satu pusat kota Lombok saat ini pindah ke Narmada. Istilah Narmada diambil dari nama anak sungai Gangga di India yang berarti mata air atau sumber kehidupan.

Taman Narmada (dibaca Narmade dalam lidah Lombok dan Bali) berada di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Dari pusat kota sekitar 30 menit bisa diakses dengan mudah karena dekat jalan raya. Tantangannya untuk pewarisnya adalah memastikan kawasan hulu Gunung Rinjani tetap hijau, jika sumber airnya masih bisa dinikmati sampai generasi kini dan nanti.***

Sumber : Mongabay Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat Hujan Turun di Sekitaran MTsN 3 HSS

 Sabtu, 23 November 2024 Saat hujan turun di sekitaran Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 3 Hulu Sungai Selatan (HSS), yang ada di RT 3 Desa ...