[AHAD, 26 JANUARI 2020]
>Disela-sela melayat di tempat Umanya
Rahman Alack, sempat mendengarkan perbincangan Bapak Abdurrahman, Bustani Agus
dan H Udi. Seputar pemilihan umum dan pernak-perniknya. Selain itu juga saya
mendengar mereka berbincang tentang BPD yang tak berfungsi. Yang dimaksud BPD
disini mungkin Badan Perwakilan Desa. Terdengar pula mereka membahas tentang
RPMJ, APBDes, dsb. Seperti biasa saya hanya jadi pendengar setia saja.
>Saat Kuliah Maghrib di Langgar Al
Kautsar malam Senin, Ustadz Sairazi sempat menyebutkan arti nama Siti Masrabah,
karucut burit.
[SENIN, 27 JANUARI 2020]
>Usai shalat Subuh di Langgar Al
Kautsar, Senin, saruan manyaratus
(almarhum) H Saleh, Abahnya Adi, suami Ibu Hj Diah. Kami dari Langgar berjalan kaki.
Ada saya, Bandi Puspa, Rasyidi, H Imi, H Mastur, dan Kani. Saat kami tiba di
rumah sudah mulai makanan, jamaah Masjid Al Aman Angkinang. Tuan rumah
menyilakan kami untuk makan, dalam hal ini menantu almarhum, mungkin suami Sherly. Menu yang disajikan berupa nasi
kuning dan teh manis. Nasi kuning dengan lauk haruan masak habang. Saat mau pulang undangan diberi buku Surah
Yasin, dalam rangka peringatan 100 hari meninggalnya H Saleh.
[JUMAT,
24 JANUARI 2020]
>Petugas Jum’at di Masjid Besar Al
Aman Angkinang giliran Langgar Al Kautsar / Hilir Pasar. Bilal Tapjani, Khatib /
Imam Ustazd Sairazi. Tema khotbah yang dibawakan Khatib tentang manusia dan
nasib sesudahnya. Bisa Husnul Khatimah atau Suul Khatimah. Penyebab seseorang
Suul Khatimah karena menunda-nunda taubat dan banyak angan-angan. Posisi saya
saat khotbah shaf belakang kanan. Samping kanan Abahnya Rahman Alack / Kusasi
dan samping kiri orang Lukdalam. Pulang jalan kaki ke rumah, taimbai H Mastur dan Bahrudin.
>Hujan lebat di sore Jum’at.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar