Jumat, 25 Februari 2022

Cerpen Akhmad Husaini : Antara Angkinang Selatan dan Labung Anak

 Sabtu, 26 Februari 2022

Dugal kini mendua. Mendua tempat tinggal dan bekerja. Antara Angkinang Selatan dan Labung Anak. Angkinang Selatan, kampung pertamanya, sementara Labung Anak kampung keduanya. Bila bosan di Angkinag Selatan, Dugal akan pergi ke Labung Anak.

Jarak Angkinang Selatan ke Labung Anak sekitar 30 kilometer. Biasa ke sana Dugal naik motor bututnya. Angkinang Selatan ada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), sementara Labung Anak di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Tepatnya Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten HSS. Sedangkan Labung Anak, Kecamatan Batang Alai Utara, Kabupaten HST.

Di Angkinang Selatan Dugal sudah tinggal sejak lahir, di rumah yang di tempati sekarang tinggal dengan kedua orangtuanya. Untuk mata pencaharian sebagai petani. Sementara di Labung Anak, Dugal tinggal sendiri, dengan menyewa rumah warga setempat, yang kemudian hari dibelinya beserta tanahnya.

Lalu di Labung Anak, selain rumah, ada juga kebun karet dan tanaman lainya yang tanahnya cukup luas. Untuk kebun karet Dugal babagi hasil dengan warga setempat untuk manurihakan gatahnya. Jadi tinggal menerima bersihnya saja. Kadang Dugal juga manurih sendiri bila ada waktu luang, tapi lebih banyak orang lain yang mengerjakannya.

Selain tanaman karet, di lahan tanahnya itu Dugal menanam pepaya, jambu kristal, pisang mahuli, pisang manurun, pisang sulindang, dan beternak unggas. Untuk unggas ada ayam kampung, bangkok, dan itik japun. Lumayan hasil dari semua usahanya itu. Bisa ditabung, kawa mambulikakan modal membeli lahan yang cukup luas itu dalam jangka waktu hanya beberapa bulan saja.

Kadang Dugal tak tentu berapa hari di Labung Anak, berapa hari di Angkinang Selatan. Yang pasti sesuai kondisi atau suasana hatinya saja.

Selain itu menulis tetap jadi kebiasaan Dugal, untuk menuangkan pengalaman sehari-hari. Ditulisnya di buku tulis atau laptop, setelah di edit lantas diposting ke blog pribadi.

Juga bila ada tulisan bagus dan penting yang dilengkapi foto akan ia posting ke Kompasiana atau media online lainnya.

Untuk puisi, akan diposting masing-masing satu judul perhari ke RPS dan Kompasiana. Kebanyakan ia memposting tulisan itu di Labung Anak pada malam dan pagi hari. Sementara di Angkinang Selatan, cukup ia tulis di buku tulis, atau di handphone saja dulu.

Di Angkinang Selatan Dugal tinggal tak jauh dari jalan raya / jalan nasional jadi hampir 24 jam selalu saja ada kendaraan yang lewat, baik itu mobil maupun sepeda motor, dengan suaranya mengganggu ketenangan.

Sementara di Labung Anak, jauh dari jalan nasional, sekitar tiga kilometer. Jadi kapanpun waktunya, suasana tenang dan damai selalu menghampiri, jauh dari hiruk-pikuk dan kebisingan.

Rumah yang dibeli Dugal di Labung Anak itu, berdampingan dengan rumah temannya, pasangan suami isteri. Jadi untuk apa-apa mudah urusan.

Ibu temannya-lah yang selama ini membantu Dugal, yakni manurih gatah di kebun milik Dugal. Jadi kalau Dugal sedang di Angkinang Selatan, uang hasil turihan gatah itu bisa ditransfer ke rekening bank milik Dugal oleh temannya di Labung Anak.

Di rumah Dugal di Angkinang Selatan, ada satu induk kucing dengan empat ekor anaknya yang baru dilahirkan. Semula Dugal ingin membawa dua ekor anak kucing ke Labung Anak, tapi takut terjadi apa-apa, ia batal melakukannya.

Dibiarkannya anak kucing itu hingga besar di Angkinang Selatan. Tujuan semula membawa ke Labung Anak, agar ada penjaga rumahnya di sana, sekaligus teman di rumah. Dugal sangat menyayangi kucing itu. Terutama yang induk, dengan memberinya ikan goreng, bila ada rejeki membeli ikan di pasar.

Kalau orang biasanya memberi ikan itu sisa setelah makan berupa tulang atau durinya, tapi beda dengan Dugal. Ia dengan ikhlas dan senang memberi ikan goreng jatahnya untuk kucing itu sepuasnya, asal masih ada ikannya di pipiringan.

Tujuan agar kucing induk itu bisa tambah gemuk dan bisa memberikan nutrisi untuk ke empat anaknya, sehingga cepat besar. Keberadaan kucing itu sebagai pembawa berkah dan rejeki di rumah keluarga Dugal.

Di Labung Anak, saat berada di sana, Dugal tak ketinggalan shalat berjamaah. Sama dengan di Angkinang Selatan, jarak rumah ke Langgar tidak begitu jauh.

Bedanya di Angkinang Selatan, menyeberang jalan nasional. Sementara di Labung Anak tinggal menyisir tepi jalan, karena sama-sama berada di sisi kiri jalan kabupaten.

Hal lainnya yang membedakan, di Angkinang Selatan Dugal jadi jamaah / ma’mum saja. Tapi di Labung Anak kerap Azan dan jadi Imam shalat. Berarti Dugal mambuang ka jauh.

Dugal juga sering mengikuti kegiatan keagamaan di luar kampung, karena diundang dan diajak mewakili kampung. Seperti peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, Isra Mi’raj, Tabligh Akbar, dsb. ***

 

Angkinang Selatan, 26 Februari 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suasana di Rumah Malam Sabtu

 Jumat, 26 April 2024 Suasana di dalam rumah saya, pada hari Jumat (26/04/2024) malam Sabtu sekitar pukul 22.15 WITA. (ahu)