Seakan tak ada bosan dan lelahnya, Dugal
terus bajalanan. Sepulang dari Riau,
mengikuti kegiatan sastra, sehari kemudian Dugal bajalanan ke Tanah Bumbu. Tak ada tujuan pasti. Bawa puluhan buku
dan oleh-oleh khas untuk diberikan kepada sahabatnya bernama Tatha yang ada di
Pagatan.
Tapi Dugal tak memberitahu perihal
kedatangannya kesana, ingin memberi kejutan. Naik sepeda motor sendirian dari Angkinang,
tempat ia tinggal. Menempuh perjalanan 100 kilometer lebih.
Perjalanan panjang yang cukup melelahkan.
Ia akan berada di Pagatan dalam beberapa hari ke depan. Ia mendatangi Tatha di
sekolah tempat ia mengajar, pagi Senin.
“Dimana posisi pian ? ” tanya Dugal via WA.
“Di sekolah. Pian di Angkinang kah ? ”
ujar Tatha.
“Ulun
handak anu pian bailang. Hadangi ulun bahilang dahululah kada lawas sampai
kaina,” ujar Dugal.
“Hah
bujurankah pian bisa bahilang. Ulun hadangi nah,” ujar Tatha.
Tatha kaget sekaligus tersenyum sendiri,
setelah melihat Dugal sudah ada di depan sekolah tempat ia bekerja.
“Harat
banar pian nih, mulai Angkinang ka Pagatan satumat banar,” ujar Tatha
tersenyum begitu manisnya.
Lalu Dugal mengatakan ia sudah berada di
Pagatan sejak hari beberapa hari lalu. Dugal menyerahkan puluhan buku dan
beberapa oleh-oleh, kemudian setelah itu Dugal beranjak ke pergi tempat lain sambil
pamitan. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar