Perlukah penulis itu diberi semangat?
Bagi saya jawabannya sangat perlu sekali, karena menjadi pemantik untuk tetap
eksis berkarya lewat tulisan. Para pemberi semangat itu bisa teman dekat,
keluarga dan rekan sepekerjaan, baik di dunia nyata, maupun dunia maya.
Sejak menekuni dunia tulis menulis waktu
duduk dibangku Kelas II Aliyah, hingga sekarang, Alhamdulillah tulisan saya
sudah tak terhitung dihasilkan. Baik itu cerpen, puisi, berita, dsb.
Tulisan-tulisan itu hadir berkat adanya beberapa hal, salah satunya karena
adanya para pemberi semangat.
Sekarang di era serba digital, mau tak
mau saya harus ikut perubahan. Kalau dulu kirim tulisan ke surat kabar,
sekarang bisa di media online, blog dan media sosial seperti facebook. Tahun
2014 dan 2015 merupakan tahun- tahun kebanggaan, karena saya bisa berhasil
membawa MTsN 3 HSS bisa berprestasi.
MTsN 3 HSS merupakan tempat saya
bekerja, menjadi madrasah terbaik di Kalimantan Selatan, soal pengiriman berita
kegiatan madrasah di website Kanwil Kemenag Kalsel. Hasilnya diganjar dengan
piagam penghargaan yang diserahkan oleh orang nomor satu di Kalsel.
Sekarang saya ingin kembali
mengulanginya. Jadi perlu orang yang memberi semangat saya dalam menulis.
Alhamdulillah kini muncul sang penyemangat itu. Buktinya setiap tulisan saya
posting di facebook, ia selalu me - like bahkan selanjutnya memberi komentar.
Hal ini tentu membuat hati saya senang.
Ia selalu memperhatikan saya, bahkan ia
-teman akrab di facebook itu - setiap ada info lomba puisi, selalu mengirimi
saya infonya lewat mesengger maupun WA. Saling belajar dalam menekuni dunia
kepenulisan, tak ada guru atau murid, semua sama. Tarima kasih gasan pian nang
mambuat ulun tatap samangat manulis sampai wayahini. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar