Sabtu, 30 Januari 2010

OPINI ISLAM

Senin, 19 April 2010



MENGAPA KITA PERLU AGAMA ?

Oleh : Akhmad Husaini

Kebutuhan manusia terhadap agama adalah merupakan kebutuhan yang bersifat naluri dan fitri. Sehingga pada dasarnya setiap manusia membutuhkan adanya persesuaian antara kebutuhan rohani dan jasmani. Sasaran agama jelas menuju kebenaran yang mutlak dan objektif. Secara religius manusia pasti cenderung kepada hal-hal yang bersifat positif dan akurat, sehingga kita mengetahui bahwa kecendrungan manusia terhadap agama jelas merupakan kebutuhan mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

PENULIS PEMULA MENGHADAPI KRITIK

Oleh : Akhmad Husaini

Sekarang ini sedang digalakkan apa yang disebut dengan keterbukaan. Keterbukaan berarti berani mengkritik dan bersedia menerima kritik. Dengan kata lain, kritik harus tumbuh menjadi budaya. Secara luas, orang harus menghadapi sesuatu dengan hati yang lapang.

Mestinya jika kita mencanangkan keterbukaan, kitapun menerima kritik tanpa dendam. Budaya semacam inilah yang harus kita kembangluaskan. Sebaliknya si pengkritik, janganlah melancarkan kritik yang tidak berdasar tanpa argumentasi yang jelas.

Rekan saya, Aliman Syahrani, penulis Kandangan, pernah mengatakan kepada saya bahwa seseorang yang baru pertama kali ingin menerjuni dunia tulis-menulis sebaiknya tidak usah berpikir mengenai mutu tulisan yang akan ditulisnya. Mengapa ? " Karena hal ini akan mempengaruhi situasi psikologis penulis pemula itu sendiri," ujarnya.

Penulis pemula seperti saya kadang ragu menuangkan ide-ide yang telah tersusun dalam pikiran. Ini ada benarnya. Toh, tidak jarang tulisan yang rasanya kurang itu, justru mendapat perhatian.

Yang menentukan bermutu atau tidaknya sebuah tulisan bukan kita sebagai penulis, melainkan pembacalah yang lebih merasakan makna tulisan kita. Oleh karena itu kita harus siap menerima kritikan.

Pada mulanya penulis pemula memang ragu untuk menyodorkan tulisannya ke media massa cetak. Namun karena pendapat di atas, kita harus mulai memberanikan diri menyerahkan sebuah tulisan untuk dimuat. " Tetapi, tulisan saya kurang memenuhi syarat. Mengapa ? Setelah saya berpikir kembali, ternyata bukan hanya keberanian saja yang harus dimiliki penulis pemula seperti saya, " kata seorang penulis pemula asal Kandangan.

Untuk menjadi penulis, kita harus mempunyai cakrawala berpikir yang luas, mengerti bagaimana berbahasa Indonesia yang baik dan benar, dan bisa menulis secara baik. Bagaimana caranya agar bisa memenuhi kriteria tersebut ?

Ya, kita harus banyak membaca, berusaha memahami setiap tulisan yang dibaca, bergaul dan memantau setiap perkembangan yang terjadi. Hanya dengan cara itulah kita bisa memenuhi persyaratan sebagai penulis.

Selain itu, kita juga harus mengerti apa yang kita tulis agar kita bisa mengkritik tulisan sebelum pembaca mengkritik tulisan tersebut. Kita juga harus tahu, tulisan bagaimana yang patut dan tidak patut disodorkan kepada pembaca.

Kekeliruan penulis pemula adalah karena beranggapan bahwa suatu tulisan dikritik karena tulisan tersebut jelek. Itu bukanlah anggapan yang tepat. Kebanyakan tulisan dikritik karena membawa pemikiran tertentu yang menarik.

Kritik yang sehat akan membuka cakrawala berpikir yang baru. Kritik yang membangun (constructive) bahkan mampu membangkitkan semangat. Kritikan biasanya memberi motivasi pada orang yang dikritik. Pengkritik memberi sumbangan pikiran yang sifatnya positif. Disitulah baru kita mengerti bahwa kritik itu perlu.Pada mulanya Anda mungkin takut dicemoohkan (kritik). " Akan tetapi, setelah tahu bahwa kritik itu justru sebenarnya perlu, maka sayapun mulai mencoba menulis. Sekarang saya tidak perlu merasa takut dikritik, karena bagi saya kritik merupakan suatu bekal untuk maju," tegas seorang calon penulis.

" Saya dapat saja membuahkan tulisan yang bagus jika saya terus menulis. Dengan menjadikan menulis sebagai kegiatan sehari-hari bagi kehidupan saya, maka kemantapan akan terjadi dengan sendirinya," katanya melanjutkan.

Kenapa tidak ? Dengan sering berlatih, akhirnya pada suatu saat kita akan mampu menghasilkan tulisan-tulisan yang bermutu, sebuah tulisan yang mampu berbicara dengan pembacanya.

Kitapun harus mengerti, bahwa antara kritik dan mutu tulisan memang mempunyai hubungan erat. Tidak hanya tulisan yang bermutu yang dikritik pembaca, tetapi juga sebaliknya. Namun demikian, yang sering terjadi adalah kritikan terhadap yang bermutu. Mengapa ?

Pada umumnya tulisan bermutu menarik perhatian pembaca. Bisa jadi karena tulisan tersebut sedang hangat dibicarakan (actual), sehingga pembaca ingin berpartisipasi di dalamnya. Kritik itu lahir karena ada perbedaan pendapat antara orang yang dikritik dan orang yang mengkritik tersebut. Dalam hal ini uneg-uneg yang mengganjal mudah dikeluarkan karena faktor aktualitasnya tadi.

Ada juga kritik menghancurkan (destructive). Kritik semacam ini biasanya bersifat subjektif dan sasarannya ialah pribadi yang dikritik, bukan masalah (topik) pembicaraan. Kritik seperti biasanya datang dari yang dangkal pikirannya dan sempit wawasannya. Adakalanya melayani kritik jenis ini hanya akan memboroskan waktu saja.

Bila kita mulai menapaki dunia tulis-menulis sudah waktunya kita bersahabat karib dengan komputer dan menekan huruf satu-satu dengan penuh irama. Mulailah menulis dengan kesungguhan yang penuh, dengan segenap kemampuan, bersiap menerima kritik. Soal mutu ? Itu soal nanti yang harus dipikirkan belakangan. *** (Penulis, Pengelola blog : www.sketsahss212.blogspot.com, tinggal di Angkinang, Hulu Sungai Selatan)





MIMBAR OPINI :

PENTINGNYA KETELADANAN BAGI ANAK DIDIK

Oleh : Akhmad Husaini

Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, sosial, dan spiritual. Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak didik, yang akan mereka tiru bentuk tindakan-tindakannya, terutama akhlaknya. Disadari ataupun tidak itu akan tercetak dalam jiwa dan perasaan anak didik.

Disini, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal suksesnya anak didik menjadi baik maupun buruk. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak yang mulia dan sanggup melaksanakan perintah Allah SWT, serta berani dan mampu menjuhkan diri dari perbuatan yang menjadi larangan Allah SWT, maka punya harapan besar anak didik akan tumbuh dan berkembang dalam kejujuran terbentuk akhlak mulia, berani mengambil sikap untuk melaksanakan perintah Allah SWT, berani dan mampu menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Sebaliknya jika pendidik bohong, khianat, durhaka, dan hina, maka tak heran si anak didik akan tumbuh dalam kebohongan, durhaka, dan hina.

Anak didik, bila dilihat dari satu segi, ia merupakan buah hati dan bunga dalam keluarga. Dari segi lain ia merupakan amanat Ilahi yang harus dididik dan dibimbing sesuai dengan kehendak Allah.

Anak didik, bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk kebaikan, dan bagaimanapun sucinya fitrah, ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan terutama pokok-pokok pendidikan, selama mereka tidak melihat sang pendidik sebagai teladan dan memilikin moral yang tinggi. Sangat mudah bagi sosok pendidik mengajar anak didiknya dengan berbagai metode pendidikan. Namun amat sukar bagi anak didik untuk melaksanakan selama pendidik diketahuioleh mereka tidak melaksanakan didikan dan bimbingannya. Malah mereka dibilang oleh anak didik hanya omong kosong. Akibatnya, lahir krisis moral yang bermula dari krisis kepercayaan.

Keteladanan ini seharusnya memang dari pendidikan orangtua dalam lingkungan keluarga. maksudnya,pihak keluarga tidak boleh cuci tangan, karena sudah menyerahkan sepenuhnya anaknya ke lembaga pendidikan.Perlu disadari, agama atau jalan hidup anak didik tidak bisa berjalan sendiri, karenanya peran orangtua sangat penting dan ikut menentukan keberhasilan pendidikan anaknya.

Dalam kitab Shahihul Bukhari dikatakan bahwa anak itu dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah), maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

Allah SWT adalah Maha Pendidik dan Dialah peletak pertama metode samawi yang tiada taranya, bahkan Allah SWT lah Yang Maha Kuasa menciptakan Nabi dan Rasul terakhir Nabi Muhammad SAW yang mampu mendidik sehingga sikap, perilaku, dan keimanan manusia jahiliyah menjadi manusia yang terhormat. Nabi Muhammad SAW diutus Allah untuk menyebarkan keteladanan pendidikan samawi kepada seluruh umat manusia. Hanya dengan 23 tahun, amanat Allah itu sampai dengan paripurna kepada obyek pendidikan. Rahasianya, dia dalah seorang yang mempunyai sifat-sifat luhur, baik spiritual, moral, maupun intelektual. Sehingga umat manusia meneladaninya, memenuhi panggilannya, menggunakan metodenya dalam kemuliaan, keutamaan dan akhlak yang terpuji. Karena kenabian Muhammad SAW adalah penugasan (taklifi) bukan yang dicari-cari (iktisabi).

Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW diutus Allah sebagai teladan yang baik bagi kaum muslimin dan seluruh manusia disetiap saat dan tempat dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia. Firman Allah dalam QS. Al Ahzab ayat 21 menyatakan : "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik."

Namun demikian, ternyata masih ada manusia, apalagi anak didik setelah dewasa tidak mau mengikuti bimbingan dan pendidikan orang tua maupun pendidiknya, malah memilih jalan lain yang tidak benar. Yang demikian itu sering terjadi, seperti ada anak didik yang berani menentang kepada pendidik, berani menentang orang tuanya, berkhianat kepada agamanya dan lebih celaka lagi murtad.

Hal demikian dapat terjadi karena ada faktor-faktor tertentu antara lain :

1. Anak didik, pendidikan dan pengamalan agamanya kurang.

Yang demikian terjadi karena anak didik tidak banyak mendapatkan pendidikan dan bimbingan agama di lingkungan rumah tangganya, di sekolah, dan di lingkungan masyarakatnya.

Keteladanan orang tua di lingkungan rumah tangga dalam mengamalkan ajaran agama sangat berpengaruh sekali kepada anaknya. Pengarahan orang tua untuk mengambil keputusan masuk sekolah sangat penting. Kita akan lebih celaka jika memasukkan anak ke lembaga pendidikan non muslim, karena secara tidak langsung membentuk pribadi anak tersebut untuk berbadan Islam tetapi jiwanya sebaliknya.

Akibatnya perasaan hati anak akan kasar, pandangannya tentang Islam remang-remang, tidak pernah merasakan manisnya iman dan Islam. Itulah sebabnya anak didik lebih condong memilih jalan hidup yang lain, yang tidak sesuai dengan ajaran Allah SWT.

Agama Islam telah memberi petunjuk kepada umatnya agar memperhatikan pendidikan Islam kepada anak-anaknya sejak dini dan menyerahkan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sekolah yang Islami, bukan yang merugikan Islam. Disamping itu itu agar orang tua juga menjadi teladan bagi anaknya. Orang tua menjadi teladan dalam mu'amalah dan 'ubudiyah. Hal ini agar anak bertambah halus perasaannya, bertambah tajam pandangannya terhadap kebenaran dan dapat merasakan kenikmatan iman dan Islam. Maka bersyukurlah anak-anak kita yang terdidik dan prihatin bila anak-anak kita terlambat dididik.

2. Kurangnya kontrol dan pengawasan orang tua.

Pada umumnya jika orang tua terlalu sibuk mengurus pekerjaannya, berangkat pagi ketika anak-anak masih tidur dan pulang malam ketika anak sudah mengantuk atau tidur. Apabila ada masalah anak didik di sekolah, susah untuk dapat diselesaikan disebabkan undangan pihak sekolah kepada orang tuanya tidak sempat dihadiri oleh orangtua. Atau terlalu percaya kepada anak-anak, jika anak pergi kemana saja, orangtua tidak menaruh curiga sama sekali. Setelah tergelincir dalam kenakalan yang berat, barulah orangtua sadar untuk memperbaikinya. Penyesalan seringkali datang terlambat.

Agama Islam membimbing umatnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jika anak didik menyadari hal demikian, maka ia akan merasa diawasi oleh orang tuanya. Sebaliknya orang tua tidak akan lupa kepada anaknya dan selalu membimbingnya.

Dalam hal pengawasan ini, Allah berfirman dalam QS. At Tahrim ayat 6: " Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari (siksa) api neraka."

Menjaga keluarga ini berarti termasuk anak-anak kita harus dijaga agar tidak terperosok ke dalam perbuatan yang dilarang agama.

3. Terpengaruh kehidupan matrialistis.

Jika anak kita terbuai dengan dengan konsep hidup duniawi, dan melupakan hidup ukhrawi, sehingga tidak seimbang antara perkembangan lahir dan batin. Maka tidak jarang anak menjadi murtad, hanya karena terpengaruh dengan wanita cantik, jabatan, dan harta.

4. Terpengaruh lingkungan keluarga yang rusak.

Cukup banyak anak-anak yang menyimpang dari jalan yang benar disebabkan oleh kehidupan dalam rumah tangganya yang tidak harmonis. Anak yang hidup dalam keluarga yang tidak harmonis akan berakibat fatal dan kurangnya pendidikan, sehingga mudah terjebak dalam pergaulan bebas.

Marilah kita semua yang menyandang gelar pendidik, ikhlas berbakti membangun anak didik sebagai generasi penerus cita-cita bangsa, sanggup menjadi teladan yang baik. *** ( Penulis, pengelola blog : www.sketsahss212.blogspot.com, tinggal di Angkinang, Hulu Sungai Selatan )




KEKAYAAN

Suatu hari, Nabi Muhammad SAW ditanya oleh seorang sahabat tentang harta kekayaan. Beliau menjelaskan, " Barangsiapa menumpuk harta melebihi kebutuhannya berarti dia telah mengambil kematiannya sendiri tanpa disadari."

Hadits Rasulullah di atas mengingatkan agar kita selalu hati-hati terhadap harta yang kita miliki. Islam memang menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak harta kekayaan, namun dengan syarat harus digunakan untuk jalan yang benar dan baik. Misalnya untuk kesejahteraan keluarga, untuk membantu saudara-saudara kita yang kekurangan dan sebagainya.


WIRID HARIAN IMAM AL-GHAZALI


Jum'at : Yaa Allah 1000 X
Sabtu : Laa Ilaaha Illallah 1000 X
Ahad : Yaa Hayyu Yaa Qayyuum 1000 X
Senin : Laa Haula Wala Quwwata Illa Billaahil 'Aliyyil Adhiim 1000 X
Selasa : Allaahumma Shalli 'Alaa Saidina Muhammadin Nabiyyil Ummiyi
Wa Alaa Alihii Washahbihii Wasallim 1000 X
Rabu : Astaghfirullahil 'Adhiim 1000 X
Kamis : Subhanallaahil 'Adhiimi Wabihamdih 1000 X


MENGENAL ISLAM LEBIH DEKAT

DPD II Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Hulu Sungai Selatan kembali menggelar Daurah Islamiyah. Kali ini berlangsung pada hari Ahad, 20 Desember 2009 bertepatan tanggal 3 Muharram 1431 H. Tempat kegiatan Masjid Al-Minnah Kandangan (eks TK Al-Minnah). Waktu pukul 08.00-12.00 Wita. Dengan nara sumber Ustadz Abu Mahbub dan Ustadz Hamdani, M.Ag. Tema yang akan dibawakan Mengenal Islam Lebih Dekat.

LANGGAR AL-KAUTSAR GELAR PENGAJIAN

Setelah absen beberapa bulan, pengajian usai shalat Maghrib di Langgar Al-Kautsar Desa Angkinang Selatan Kec. Angkinang Kab. HSS kembali digelar yakni setiap malam Kamis. Dengan penceramah Guru Bakeri dari Padang Batung.

Materi yang dibawakan seputar masalah fiqih. Kegiatan ini cukup antusias disambut warga masyarakat, baik tua maupun muda, laki-laki perempuan. Sebagai bentuk menggairahkan kembali syiar Islam. Diharapkan ini kegiatan ini dapat berkelanjutan sampai kapanpun.

1 komentar:

  1. salut dengan kreativitas di blog anda
    saran :
    ada baiknya pada setiap tulisan dibuatkan halaman khusus, misalnya untuk tulisan mimbar opini dengan judul halaman "sketsa mimbar opini"

    BalasHapus

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...