Sabtu, 09 Januari 2010

KUMPULAN PUISI AKHMAD HUSAINI

Minggu, 28 Februari 2010

TENTANG AKHMAD HUSAINI

AKHMAD HUSAINI, Lahir di Angkinang, Kandangan , 18 November 1979. Aktif menulis sejak 1996 saat masih duduk di bangku MAN 2 Kandangan.

Karyanya berupa puisi, cerpen, artikel, dsb pernah disiarkan dan dipublikasikan di : BBC London Siaran Bahasa Indonesia, Radio Australia, RRI Nusantara III Banjarmasin, SKM Media Masyarakat, SKM Gawi Manuntung, SKH Banjarmasin Post, SKH Metro Banjar, Tabloid BeBAS, SKH Radar Banjarmasin, Tabloid Gerbang, Buletin Berita HIFI Jakarta, dan Tabloid Bola, Tabloid Urbana, Harian Mata Banua, Buletin RIAK.

Kegiatan sastra yang pernah diikuti antara lain : Diskusi Sastra Hijaz Yamani Dalam Pergaulan Sastra (2003), Aruh Sastra I Kalsel di Kandangan (2004), Workshop Penulisan Cerpen dalam rangka Kongres Cerpen Indonesia (KCI) V di Banjarmasin (2007), Aruh Sastra IV Kalsel di Amuntai (2007), Aruh Sastra V Kalsel di Balangan (2008), Aruh Sastra VI Kalsel di Marabahan (2009).

Puisinya dimuat dalam buku antologi bersama Penyair Kalimantan Selatan, Do'a Pelangi Di Tahun Emas (2009). Sekarang tinggal di Jl. A.Yani Km.8 Angkinang Selatan RT.1 No.40 Kec. Angkinang Kab. Hulu Sungai Selatan Kandangan 71291. Alamat e-mailnya: akhmad.husaini@yahoo.co.id dan blognya: www.sketsahss212.blogspot.com


PUISI-PUISI AKHMAD HUSAINI:

MELAYANG JAUH

Pergi tinggalkan arus yang menderus
melihat jalan tanpa arah
menatap hari yang kian sunyi
hampa melelap
nisbi pasrahkan lamunan sendu
banyak kata
banyak suka

Kandangan, 11 Juni 2010

TOBAT

Kebenaran apakah yang kudapat lewat tobat
jangan hanya pandai bersiasat
apalagi hanya sesaat
jangan menunggu datangnya sekarat
kerjakan sekarang diwaktu nikmat
karena tak ada kata terlambat
kecuali dunia dilanda kiamat

Kandangan, November 2003


NISAN BIRU

Warnanya mencolok mata
yang baru datang ditinggal derita
dengan atas nama cinta
membawa dua lingkaran kata
disana mereka bersuka ria
karena sudah lama ditinggal dunia

Kandangan, 2 Juli 2004


AKU DAN DIA

Inilah hidup yang penuh liku-liku
ketika tangan-tangan setan menyatu
ada rindu yang menggebu dalam tautan asmara biru
aku dan dia satu tuju
melangkah menuju pintu nyanyian pilu
ada beribu kata yang tak mau malu
yang datang dengan satu kalbu
aku dan dia menjadi bisu
tak ada gairah selalu
impian yang tiada tentu
datang melangkah meninggalkanmu
ada perasaan kelu
utusan rindu padu diregang rasa hantu
seia-sekata menggapai harapan sendu

Kandangan, 3 Juli 2004


BERIKAN APA YANG KUMAU

Seraut wajah ayu menyeruak dipikiranku
datang saat aku sedang tertunduk malu
hilangkan rasa bencimu padaku
yang tak ada juntrungnya
sayangi dan cintai aku yang sedang kesepian
yang merindukan kehangatan
adakah harapan untuk menggapai tujuan
bercinta dalam kebahagiaan didekapan angan

Kandangan, April 2003

IMAJI YANG BERTAUT

Kutatap bumi yang kerontang
ketika panas menggantang hati
diatas seribu lamunan yang tak pasti
dan aroma meditasi yang menggayut
hadapi keterasingan imaji bertaut
seperti dulu yang pernah ada
mampukah menjauh terlindas polusi dimensi kata

Kandangan, Februari 2010


KAINGATAN BAHARI

Waktu masih kakanakan rami bakawanan
di kampung tanah kalahiran
ka pahumaan mancari iwak saharian
dapat papuyu wan haruan

Mandi balumba di batang banyu wayah kamarian
imbah maghrib balajar alif-alifan
sampai bisa mambaca Al qur'an

Wayahini sudah ganalan
ada nang bagawi wan kawinan
samantara aku disini masih saurangan
wan kadada baisi gawian

Kandangan, 14 Desember 2004

BUNGAS PANG PIAN

Awakku manggatar batamuan lawan ikam
muha nang bungas mambuat aku tabayang
asa handak tarabang ka bulan
manikmati harumnya malati bagandakan
aku supan bapadah handak lawan ikam
kalu ikam kada manarima
gair banar aku
pabila jua kawa batamuan
mamingkut janji nang sing lawasan
bulik bagawi kita ka rumahan
atawa wayah abah wan mama ikam tulak ka pangantinan
bapadah haja amun hakun
jangan sampai aku mandarita
karna mamikirakan ikam nang sing bungasan

Kandangan, Februari 2005

MERENDA PAGI

Hujan gerimis membendung luka hati
semakin mendaki hidupku ringkih sekali
raih harap dengan kepuasan pasti
pahami keadaan semampu diri
ketika kegelisahan menyelimuti
aku kecewa tak bisa memenuhi keinginanmu lagi

Jalan semakin sunyi
menanti sejuta arti
tak tahan dengan gejolak rindu ini
aku terus merenda pagi
desah suaramu bikin aku terlena dalam mimpi

Kandangan, 7 Februari 2010


LANTAS AKU DISINI BAGAIMANA ?

Malam ini aku menantikan kedatanganmu
dimana engkau berada ?
susah senang aku tetap mendambakanmu
ketika banyak orang mencarimu
perasaanku menjadi tak tentu
aku takut kehilangan ketika hujan turun
engkau nanti menghilang
untuk waktu yang tak tentu
lantas aku disini bagaimana ?

Kandangan, Januari 2010


ORKESTRA PEJUANG

Langkah pasti memberi inspirasi
dalam tautan imaji
kita harus berjuang melawan intimidasi
dan penindasan masa kini

Hidup yang teramat kejam
kenapa ada kesenjangan
terasa ada keminderan mendera
yang mengingatkan dalam pikiran
ada kemegahan yang tak mudah digapai
ada perbedaan di depan mata
yang mengintai dalam beragam aplikasi

Perjuangan dulu yang pernah mereka lewati
membentang
memberi harap
satu tuju menggayut satu kata
merdeka !

Kandangan, 2009


TERUSKAN CITA-CITA ITU

Segenap pengabdian yang diberikan selama ini
tak pernah terasa sia-sia
langkah pasti memberi inspirasi dalam tautan imaji
kau bina teratai yang mekar
kaulah pejuang yang berkepribadian
kau yang taat, tanggap, tangguh
tandas, tangkas, terampil, dan tulus

Karena menurutmu setiap napas adalah ibadah
dan bila berjalan sedekah
dimana tinggal membawa berkah
semua itu seharusnya menjadi semboyan hidupmu

Masa muda tempat kita menggapai segala asa
aku tahu kamu sekarang bagai hidup segan mati tak mau
terlindas oleh kemodernan
tapi aku takkan pernah meninggalkanmu

Perjuangan dulu yang pernah kita lewati
membentang memberi harap
satu tuju menggayut sebuah makna tentu
kita harus bahu membahu
meneruskan cita-cita itu

Kandangan, Desember 2008


LELAKI DI RUANG SEGI EMPAT

Lelaki itu manusia biasa juga
bisa marah kala diejek atau dihina
suka menampar dan memukul
bila kehormatan dirinya diinjak-injak
tetapi lelaki itu juga bisa melahirkan.....
melahirkan rangkaian kata-kata indah penuh makna

Lelaki itu pemuja kesunyian
suka menyendiri

Hai-hari ia melintasi pelangi penuh warna
tanah becek, hujan, dan panas
untuk menggapai ruang segi empat

Satu waktu lelaki itu bisa juga menangis, bersedih, dan meratap
akan keadaan nasib dirinya yang merana serba kekurangan
ia pun berandai-andai tatkala materi bergelimang
aku akan menguasai dunia, katanya

Manakala harapannya sirna
meranalah kembali langkahnya
mengarungi hari-hari penuh liku

Di ruang segi empat lelaki itu meratap
bersunyi diri merenungi keadaan
untuk yang kesekian kalinya asanya melambung tinggi

Puluhan ruang segi empat pernah ditempatinya
ruang segi empat melahirkan kata-kata tanpa rasa
harapan beralas impian
takdir menyentuh nurani
bias gamang menancap kenyataan pasti

Kandangan, Desember 2009


EPISODE PERPISAHAN

Detik selalu berdetak
jam selalu berubah
hari selalu berganti

Perpisahan itupun kini telah tiba
yang senantiasa harus dijalani

Perpisahan menawarkan kesedihan panjang
perpisahan membayang duka nestapa

Tangisan yang abadi bukanlah rengekan
kepiluan hati adalah sebuah keabadian yang nyata

Tetes airmata tak lagi mimpi
kitapun menangis kembali
karena perpisahan adalah sesuatu yang pasti

Kandangan, 30-5-2009

BERAT HATI

Terasa berat kaki untuk melangkah
seakan ada beban menghimpit
pikiran kelu meresah
bolak-balik ingin menyatukan arah
kenapa ini bisa terjadi ?
akibat apakah ini ?
dendam tiada salahkah
atau kecamuk diri yang nista

Membayang membias hari-hari penuh liku
untuk yang terakhir kali aku berkaca
datar menderus perjalananku
himpit dadaku dengan gejolak asmara
yang tak akan menggoyahkan niatku
apakah ini hanya selapis visi dan misi
yang kau emban silam hari
di waktu yang berkenan menafakuri diri
lihai merenda
bibir tipismu manis menggula
ditatapan terali besi setiap hari
harapan sirna menyesali diri
kelihaian dalam berapoligi
penasti yang tiada henti
anganku tinggal selamat jalan diinti diri

Kandangan, 20 Januari 2010


SEPERTI SEJARAH

seperti sejarah aku peradaban yang tak pernah mati
karena sejarah adalah langkah pengabdian pejuang
yang membawa arti dan bakti
kemegahan melebihi silsilah keraton dan dinasti
di negeri yang penuh situs sejarah yang dihormati
walau kita semua tak memuja pasti

Banjarmasin, 28 Oktober 2008

PENANTIAN PANJANG

Hilang sudah harapanku
menantikan kedatangan yang tak kunjung tiba
ingin rasanya aku cepat sampai ke tujuan
siang malam berpayung kehampaan
tapi kini saat-saat itu datang
dikala kesengsaraan menghiasi diri
yang tak ada gairah lagi untuk menjalani

Kandangan, 23 Januari 2009


BAYANG KERINDUAN DI LORONG MALAM

Kutelusuri lorong-lorong malam
aku tak ingin langkah kaki sia-sia
gerak-gerik tubuh adalah ilham yang nyata
membiaskan sejuta pesona kenikmatan
ketika membayangkan keindahan rupa dan waktu
kegagalan adalah pacuan semangat hidupku
tak kubiarkan jalan itu penuh dengan liku-liku
sekarang aku bersiap melangkah maju

Kandangan, Januari 2005

MENGEJAR IMPIAN

Melangkah pergi menuju satu impian
aku sekarang sedang kesepian
jalan yang direngkuh terlalu suram
galau diriku bertubir sunyi tanpa malam
adakah secercah harapan menanti keabadian
nasibku kini dalam awang-awang
gelora hati tumbuh menyempit ke dalam imaji
keegoan diri yang menindih nurani
risaukan kekuatan bercampur energi
utusan rindu kini menanti janji
nyanyian lagu syahdu sumbang ditelinga kiri
derita itu kini sedang melewati lorong-lorong tak pasti
ingin rasanya tinggalkan tempat ini
hanya kehangatan dan kedinginan menyelimuti
datang dan pergi lagi
lewati bentang cahaya purnama dan matahari
buaikan mimpi yang mengelana ke jurang derita
rahasia dunia ada di sini
kapankah aku menjadi sahabat para bidadari?

Manarap Baru, 5 Agustus 2004


KETERTINGGALAN KITA

Jauh tertinggal di belakang
tentang segala keadaan
kita disisihkan
harapan apa yang kita dapatkan
untuk mengejar ketertinggalan
pasrah ataukah diam dalam angan
semua tentu ingin sepadan
walau semua tahu kita baru
dalam dekapan keterbelakangan
mengharap bias masa lalu setaraf
dalam retasan beribu imaji
yang tetap ditunggu
walau tak kenal kata setuju

( Kandangan, 21 Agustus 2008)


ELEGI OMBAK

Ombak laut
ombak kehidupan
ombak yang menghanyutkan duka lara
ombak yang memerihkan mata hati

Takisung, 21 Juni 2009

EPISODE PERPISAHAN

Detik selalu berdetak
jam selalu berubah
hari selalu berganti

Perpisahan itupun kini tlah tiba
yang senantiasa harus kita jalani
perpisahan menawarkan kesedihan panjang
perpisahan membayang duka nestapa

Tangisan yang abadi bukanlah rengekan
kepiluan hati adalah sebuah keabadian yang nyata

Tetes airmata tak lagi mimpi
kitapun menangis kembali
karena perpisahan adalah sesuatu yang pasti

Kandangan, 29-5-2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Didatangi Tokoh Nasional

 Sabtu, 23 November 2024 Dari Diary Akhmad Husaini, Senin (13/02/2023)  Guru Ibad perkenalkan Maulid Habsyi di Martapura tahun 1960-an. Sela...