Jumat, 06 Agustus 2021

Cerpen Akhmad Husaini : Orkestra Jejak Silam Hangkinang

 Sabtu, 7 Agustus 2021

CERPEN AKHMAD HUSAINI :

ORKESTRA JEJAK SILAM HANGKINANG

Rumah Dugal cukup sederhana. Bahkan dapat dibilang rumah tanpa perabot. Karena memang kenyataannya tak ada perabot seperti yang dimiliki orang lainya di kampung Hangkinang. Tak ada kursi, tak ada meja, tak ada lemari, tak ada kulkas, dsb.

Akan tetapi hal itu tak mengurangi semangat Dugal dalam menjalani hidup. Di rumah Dugal tinggal dengan kedua orang tuanya. Yakni ayah dan ibu. Dulu memang Dugal punya saudara satu adik dan satu kakak, tapi mereka meninggal saat masih kecil.

Berarti Dugal itu dalam istilah lokal disebut dengan dikapit bangkai. Maskudnya dihimpit saudaranya yang sudah meninggal dunia. Mata pencaharian utama keluarga Dugal sebagai petani. Menggarap lahan pertanian untuk ditanami padi. Selain itu Dugal juga beternak unggas, baik itu itik maupun ayam.

Kehidupan keluarga Dugal boleh dikatakan selalu dalam kesederhanaan. Walau begitu mereka tetap selalu bersyukur atas segala nikmat yang sudah diberikan Allah SWT. Pendidikan terakhir Dugal, Madrasah Aliyah yang setara dengan SMA.

Sat ini Dugal bekerja sebagai honorer di sebuah madrasah yang ada di kampungnya. Sudah belasan tahun ia mengabdi di sana. Kadang Dugal merasa minder juga. Karena ia satu-satunya yang berpendidikan SMA sederajat yang bekerja di sana. Yang lain sudah sarjana semua.

Setiap hari Dugal berangkat pukul 07.00 WITA lewat, dan pulang sekitar pukul 14.00 WITA. Apa yang ia kerjakan selama di tempat kerja. Sebelumnya saat pertama masuk, ia bekerja di perpustakaan madrasah itu. Lalu beberapa tahun kemudian pindah posisi ke bagian Tata Usaha.

Dugal mengurusi masalah kesiswaan, seperti data siswa, kartu pelajar, kartu perpustakaan, buku induk, dsb. Setiap hari ia berhubungan dengan laptop. Ia bersyukur bisa mengoperasikan komputer dengan kemampuan terbatas. Maksudnya hanya sekedar untuk mengetik apa-apa yang perlu, tidak menguasai aplikasi lainnya.

Kadang Dugal merasa jenuh dalam bekerja. Seminggu didera pekerjaan yang menguras otak dan tenaga. Untuk itu saat hari libur ia akan balas dendam. Bisa sendirian atau berteman, bajalanan ke tempat yang indah dan sunyi, yang ada di daerah tetangga.

Biasanya ia ke Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Di sana ada tempat menarik yang bisa dikunjungi. Seperti ke Nateh, Kecamatan Batang Alai Timur. Di sana ia bebas dan bisa dengan sepuasnya menikmati pemandangan indah pegunungan, sungai, dan goa. Ia betah berjam-jam berada di sana. Hingga jelang sore baru Dugal pulang. Dengan dibawa ke tempat seperti itu, setidaknya mengurangi kejenuhan yang tengah menghimpit.

Jenuh mulai menghimpit diri Dugal. Kali ini ia akan berhenti kembali bekerja di tempat sekarang. Kalau nanti ada duit banyak ia akan melunasi dulu hutang yang ada, bila semua lunas, kepastian akan berhenti akan diteruskan.

Kalau hutang belum dilunasi, ia tetap bekerja dan hadir seperti sediakala. Terus berusaha dan berdo’a agar hutang itu segera dilunasi secepatnya, tidak terbawa mati. Dengan lunasnya hutang itu Dugal akan merasa tenang dan senang. Tak lagi ada rasa was-was menjalani hari-hari.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Didatangi Tokoh Nasional

 Sabtu, 23 November 2024 Dari Diary Akhmad Husaini, Senin (13/02/2023)  Guru Ibad perkenalkan Maulid Habsyi di Martapura tahun 1960-an. Sela...