Senin, 11 Maret 2019

Catatan Menghadiri Haul ke 14 Guru Sekumpul Tahun 2019

Selasa, 12 Maret 2019





Minggu (10/03/2019) sekitar pukul 04.00 WITA, saya berangkat dari Angkinang Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), tempat saya tinggal, menuju Martapura, Kabupaten Banjar, untuk mengikuti Haul ke 14 KH Zaini Abdul Ghani atau Guru Sekumpul.



Saya bersepeda motor sendirian untuk mengikuti Haul Guru Sekumpul (HGS) Tahun 2019 ini. Karena di jalan kebetulan banyak taimbai dengan jamaah dari daerah lain, tak khawatir terjadi apa-apa. Namun harus menempuh jarak sekitar 90 kilometer untuk tiba di Martapura. Saya shalat Subuh di  Masjid Nurul Falah Dulang Rantau, Kabupaten Tapin.



Setibanya di wilayah Kabupaten Banjar, jamaah diarahkan lewat arah kiri, tidak jalan raya atau A Yani, hingga sampai di Jalan Irigasi Martapura.



Saya memarkir sepeda motor dan istirahat di sebuah Langgar di Posko 03 Jembatan Irigasi Permata, saat tiba disana sekitar pukul 10.00 WITA.



Dari layar putih dan televisi, saya saksikan rangkaian haul diawali dengan pembacaan Kalam Ilahi. Tampak terlihat dua anak Guru Sekumpul. Saya mengikuti rangkaian haul di Langgar Baiturrrahman, Jalan Pintu Air Tanjung Rema Martapura Kota, tepatnya dekat dengan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Martapura. Saya tak tahu persis berapa jaraknya dengan Mushalla Ar Raudah Sekumpul.



Di tengah menunggu pelaksanaan haul, karena saya kesana berjalan kaki dari tempat parkir sepeda motor menuju lokasi berjarak sekitar 2 kilometer, setelah shalat Ashar, saya sempat sakit kepala. Mudahan acara haul bisa saya ikuti dengan baik.



Di kawasan tempat sempat HGS bertemu dan bertegur sapa dengan keluarga saya asal Tanta, Tanjung, Yani Jamah beserta isteri dan anaknya. Juga tetangga kampung Juhri, isterinya dan Umanya Lalang.



Ada juga Musmus dan isteri beserta anaknya, orangtua dari siswa tempat saya bekerja. Terlihat juga, namun tak bertegur sapa, Tuan Guru Salman, Amid, Yayan Udin Tukul, dll.



Yang menarik sepanjang jalan mulai dari Angkinang hingga Martapura, jamaah tak perlu khawatir kelaparan. Ada banyak Rest Area dan Posko yang menyiapkan dan menyediakan  menu gratis. Seperti air teh, kopi, roti, lapat, wadai, nasi bungkus, dsb.



Baik yang diadakan tempat ibadah, pribadi dan perusahaan. Di sekitar irigasi berseliweran perahu karet bermesin untuk antisipasi hal-hal yang tak diinginkan saat HGS. WC / toiliet menjadi tempat yang paling dicari oleh para jamaah. 



Momen HGS sebagai ajang silaturrahmi. Buktinya saya bisa berkenalan dengan jamaah dari daerah lain seperti dari Barikin, Lampihong dan Samarinda. Seorang jamaah laki-laki asal Loa Janan Samarinda mengaku kerusakan kendaraan di Tanjung, Kabupaten Tabalong.



Kata pemilik bengkel, sepeda motor itu harus dibubut, serta di tinggal, kebetulan pula pemilik bengkel ingin mengikuti HGS juga. Jamaah itu terpaksa  ikut mobil jamaah lain yang melintas dan mau membawa sampai ke Martapura.



Pantat dan tangan penat saya terasa sepanjang perjalanan pergi dan pulang. Terutama pulang saya beberapa kali singgah untuk memulihkan tenaga dan tubuh. Di sepeda motor saya pasang stiker HGS bertuliskan Jamaah Asal  Kandangan - HSS.



Saya bangga Kalimantan Selatan memiliki ulama seperti KH Zaini Abdul Ghani, serta ikut terharu melihat banyaknya jamaah yang hadir pada acara haul beliau setiap tahunnya. Jamaah yang datang bukan saja dari Kalsel, tapi juga dari Kaltim, Kalteng, Kaltara, Kalbar. Juga dari luar Kalimantan dan dunia.



Insya Allah tahun depan, kalau ada waktu, diberi kesehatan, kesempatan dan langkah saya akan kembali mengikuti Haul ke 15 Guru Sekumpul Tahun 2020, Amin YRA. (ahu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suasana di Rumah Malam Sabtu

 Jumat, 26 April 2024 Suasana di dalam rumah saya, pada hari Jumat (26/04/2024) malam Sabtu sekitar pukul 22.15 WITA. (ahu)