Minggu (10/03/2019) sekitar pukul 04.00
WITA, saya berangkat dari Angkinang Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan
(HSS), tempat saya tinggal, menuju Martapura, Kabupaten Banjar, untuk mengikuti
Haul ke 14 KH Zaini Abdul Ghani atau Guru Sekumpul.
Saya bersepeda motor sendirian untuk
mengikuti Haul Guru Sekumpul (HGS) Tahun 2019 ini. Karena di jalan kebetulan banyak
taimbai dengan jamaah dari daerah
lain, tak khawatir terjadi apa-apa. Namun harus menempuh jarak sekitar 90
kilometer untuk tiba di Martapura. Saya shalat Subuh di Masjid Nurul Falah Dulang Rantau, Kabupaten
Tapin.
Setibanya di wilayah Kabupaten Banjar, jamaah
diarahkan lewat arah kiri, tidak jalan raya atau A Yani, hingga sampai di Jalan
Irigasi Martapura.
Saya memarkir sepeda motor dan istirahat
di sebuah Langgar di Posko 03 Jembatan Irigasi Permata, saat tiba disana sekitar
pukul 10.00 WITA.
Dari layar putih dan televisi, saya
saksikan rangkaian haul diawali dengan pembacaan Kalam Ilahi. Tampak terlihat
dua anak Guru Sekumpul. Saya mengikuti rangkaian haul di Langgar Baiturrrahman,
Jalan Pintu Air Tanjung Rema Martapura Kota, tepatnya dekat dengan Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Martapura. Saya tak tahu persis berapa jaraknya
dengan Mushalla Ar Raudah Sekumpul.
Di tengah menunggu pelaksanaan haul, karena
saya kesana berjalan kaki dari tempat parkir sepeda motor menuju lokasi
berjarak sekitar 2 kilometer, setelah shalat Ashar, saya sempat sakit kepala.
Mudahan acara haul bisa saya ikuti dengan baik.
Di kawasan tempat sempat HGS bertemu dan
bertegur sapa dengan keluarga saya asal Tanta, Tanjung, Yani Jamah beserta
isteri dan anaknya. Juga tetangga kampung Juhri, isterinya dan Umanya Lalang.
Ada juga Musmus dan isteri beserta anaknya,
orangtua dari siswa tempat saya bekerja. Terlihat juga, namun tak bertegur
sapa, Tuan Guru Salman, Amid, Yayan Udin Tukul, dll.
Yang menarik sepanjang jalan mulai dari
Angkinang hingga Martapura, jamaah tak perlu khawatir kelaparan. Ada banyak Rest Area dan Posko yang menyiapkan dan
menyediakan menu gratis. Seperti air
teh, kopi, roti, lapat, wadai, nasi bungkus, dsb.
Baik yang diadakan tempat ibadah,
pribadi dan perusahaan. Di sekitar irigasi berseliweran perahu karet bermesin untuk
antisipasi hal-hal yang tak diinginkan saat HGS. WC / toiliet menjadi tempat
yang paling dicari oleh para jamaah.
Momen HGS sebagai ajang silaturrahmi.
Buktinya saya bisa berkenalan dengan jamaah dari daerah lain seperti dari Barikin,
Lampihong dan Samarinda. Seorang jamaah laki-laki asal Loa Janan Samarinda
mengaku kerusakan kendaraan di Tanjung, Kabupaten Tabalong.
Kata pemilik bengkel, sepeda motor itu harus
dibubut, serta di tinggal, kebetulan
pula pemilik bengkel ingin mengikuti HGS juga. Jamaah itu terpaksa ikut mobil jamaah lain yang melintas dan mau
membawa sampai ke Martapura.
Pantat dan tangan penat saya terasa sepanjang
perjalanan pergi dan pulang. Terutama pulang saya beberapa kali singgah untuk memulihkan
tenaga dan tubuh. Di sepeda motor saya pasang stiker HGS bertuliskan Jamaah Asal
Kandangan - HSS.
Saya bangga Kalimantan Selatan memiliki
ulama seperti KH Zaini Abdul Ghani, serta ikut terharu melihat banyaknya jamaah
yang hadir pada acara haul beliau setiap tahunnya. Jamaah yang datang bukan
saja dari Kalsel, tapi juga dari Kaltim, Kalteng, Kaltara, Kalbar. Juga dari
luar Kalimantan dan dunia.
Insya Allah tahun depan, kalau ada
waktu, diberi kesehatan, kesempatan dan langkah saya akan kembali mengikuti
Haul ke 15 Guru Sekumpul Tahun 2020, Amin YRA. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar