Ini cerita tentang Dugal lelaki asal Hangkinang
yang sering dipanggil dengan Lelaki Pipai. Pipai itu nama pekerjaan yang merupakan
kependekan dari Penulis Iya, Peternak Ayam Iya. Maksudnya Dugal punya dua pekerjaan
yang saling berhubungan, yakni menulis dan beternak ayam.
Keduanya sama-sama disenanginya. Hidup
di desa tentu berlatar seputar pertanian dan sejenisnya. Dulu memang Dugal juga
bahuma. Tapi sekarang ditinggalkannya,
maksudnya tidak sesemangat dulu lagi, bahuma
masih, tapi dalam jumlah sedikit. Sekitar sepuluh borongan saja. Sekarang hidup Dugal berkarya dengan tulisan dan beternak
ayam.
Setidaknya ia sudah bahagia dengan keadaan
sekarang. Walau rumah tidak mewah, tapi milik sendiri. Ia tinggal bersama
dengan ayah dan ibunya. Sehari-hari Dugal bergelut dengan dunia kata dan ayam.
Shalat lima waktu terus dijalankan dengan intens secara berjamaah. Ada rejeki
bawa bersedekah, walau ia hidup sederhana.
Dugal termasuk orang yang suka hitung-hitungan.
Maksudnya menghitung penghasilan duit. Baik honor menulis maupun keuntungan
beternak ayam kampung. Tiga bank jadi tempat ia menyimpan uang hasil
berkaryanya itu. Kalau berjalan ke tempat lain, Dugal tak banyak duit, tinggal
ambil di ATM saja bila perlu.
Setelah itu yang lain senang dilakukan
oleh Dugal. Kerap saat ada bapintaan di
jalan dijadikan atau tempat amalnya. Juga mentraktir teman untuk makan bersama.
Untuk itu bila ada rejeki ia gunakan untuk memperlancar dan kenyamanan dalam
ibadah. Ia beli baju muslim baru baik warna putih atau warna lainnya. Juga kopiah
putih dan tapih. Dugal rajin safari Jumat
ke beberapa masjid di Banua. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar