TEMPAT WISATA DI HSS
DISERBU PENGUNJUNG
Momentum tahun baru 2013 digunakan warga untuk berwisata. Beberapa tempat wisata di Kabupaten Hulu Sungai Selatan ramai diserbu pengunjung. Mereka bukan saja dari HSS sendiri tapi juga dari luar seperti dari HST, HSU, Tapin, Banjarmasin, Banjarbaru, dsb.
Adapun tempat wisata yang ramai dikunjungi antara lain Objek Wisata Air Panas Tanuhi, Air Terjun Kilat Api, Air Terjun Haratai, Air Terjun Riam Anai, semuanya ada di Kecamatan Loksado.
Air Panas Tanuhi jadi favorit wisata. Disini pengunjung dimanjakan dengan kolam air panas dan kolam biasa. Mereka bisa sepuasnya menikmati hangatnya air di kolam tersebut. Juga pengunjung dimanjakan pemandangan alam khas pegunungan Meratus yang menyegarkan di sekeliling mereka.
Beberapa ratus meter dari Air Panas Tanuhi ada Air Terjun Kilat Api. Disini pengunjung bisa menikmati segarnya air yang mengalir langsung dari sumber mata air.
Tempat lain di HSS yang ramai dikunjungi adalah Benteng Madang. Terletak di Desa Madang Kecamatan Padang Batung. Terletak sekitar 10 kilometer dari kota Kandangan, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kebanyakan pengunjung adalah anak muda. Disini pengunjung disuguhi benteng peninggalan masa perjuangan rakyat HSS melawan penjajah.
Tak kalah menarik, objek wisata religius pun diserbu pengunjung. Salah satunya Makam Datu Taniran di Desa Taniran Kubah Kecamatan Angkinang. Lokasinya berjarak sekitar 5 kilometer dari kota Kandangan. Disini terdapat makam keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (Datu Kalampayan).
Tahun baru memberi harapan kepada kita semua. Untuk menjalani kehidupan lebih baik dan lebih berarti lagi. Untuk itulah tak ada salahnya berkunjung ke tempat wisata yang ada di HSS. Menyegarkan pikiran untuk memulai hari esok yang lebih baik. Selamat Tahun Baru 2013***
JELAJAH HSS DI SORE HARI
Saya hobi jalan-jalan. Hobi ini sudah saya geluti beberapa tahun terakhir. Kali ini jalan-jalan saya lakukan saat musim hujan dan banjir. Beberapa hari lalu tepatnya di sore hari.
Kali ini touring seputaran Hulu Sungai Selatan saja. Saya sendirian naik motor. Tak lupa bawa kamera digital untuk mengabadikan momen-momen menarik yang akan saya temui selama diperjalanan.
Pulang kerja saya istirahat sebentar. Usai shalat Ashar perjalanan saya mulai. Saya melewati Desa Kayu Abang, Kecamatan Angkinang. Nuansa pedesaan sangat terasa disini.
Saya sempat memotret seorang wanita tua sedang mahancau disamping rumah. Karena hari itu kebetulan usai hujan lebat hingga air meluap. Anak ikan bisa didapat dengan mudah lewat mahancau.
Puas melihat orang mahancau saya terus. Pemandangan sawah yang menghijau karena orang selesai batanam. Saya terus saja.
Setelah puas di Desa Kayu Abang saya terus. Masih di Kecamatan Angkinang. Tepatnya di Desa Wawaran. Disini terkenal sebagai penghasil ikan. Hal yang sama saya temui. Banyak orang mahancau. Seperti yang saya temui diatas sebuah jembatan. Disana banyak orang berkerumun. Yang mahancau sekitar tiga orang. Kebetulan sungai dibawah jembatan tersebut sedang pasang. Saya beberapa saat berada disana. Foto-foto orang mahancau. Bercengkerama dengan warga disana.
Puas di Wawaran saya terus. Saya lewat Sungai Kupang. Air sungai tampak menguning alias keruh. Membawa banyak sampah yang hanyut. Mungkin akan banjir ?
Di Sungai Kupang yang masuk wilayah Kecamatan Kandangan, saya lewat persawahan yang berada dikiri-kanan jalan. Banyak orang memancing disana.
Saya terus melewati Jembatan 3 Desember. Terus ke Amawang. Terus ke Kecamatan Simpur. Di Wasah Hilir singgah. Memotret masjid Su’ada. Masjid bersejarah di HSS. Yang merupakan lambang Kabupaten HSS. Masjid ini dikenal warga HSS sebagai masjid baangkat.
Puas di Wasah Hilir saya terus. Belok kiri di Simpur. Beberapa desa terlewati, saya lupa nama-nama desa tersebut. Yang saya ingat Pamujaan. Ada orang mahancau dan memancing saya temui di daerah ini.
Saya masuk Kecamatan Sungai Raya. Tepat di desa Batang Kulur. Disini banyak ditemui rumah orang bahari yang masih lestari.
Perjalanan singkat beberapa jam melintasi beberapa desa di HSS cukup mengesankan.***
RAMAINYA MAHANCAU DI KANDANGAN
Musim hujan ternyata membawa berkah tersendiri bagi warga Hulu Sungai Selatan. Selain sawah mereka berair, dapat digunakan untuk bercocok tanam. Juga ada kerja sampingan baru yang bernilai ekonomis. Yakni mahancau. Yaitu menjaring ikan ditempat yang digenangi air berarus deras saat air pasang. Biasanya, disawah atau sungai. Hasil yang bisa diperoleh berupa anak ikan jenis sepat dan papuyu (betok).
Alat penjaring ikan tradisional berbentuk persgi empat. Dengan alat pegangan sepanjang sekitar 3 meter berupa bambu. Cara kerja alat ini kita harus dengan penuh tenaga menurunkan hancau untuk kemudian direndam ke air yang berarus deras dan ada kacuap ikannya.
Kita harus merendam hancau beberapa saat. Setelah dirasa cukup hancau diangkat. Tampak anak-anak ikan menggelepar diatas jaring hancau. Ikan-ikan itu diambil dengan gayung plastik. Lalu dimasukkan ke ember berisi air. Agar anak ikan tetap segar. Kemudian hancau kembali dilabuhkan ke dalam air.
Di beberapa desa di HSS terutama di Kecamatan Angkinang ditepi jalan banyak ditemui orang menjual anak ikan hasil mahancau. Biasanya ibu-ibu yang melakoni usaha ini. Ada yang menjualnya dengan harga Rp.5.000,-/takar
Anak ikan hasil hancauan bisa dinikmati setelah dimasak dengan aneka rupa. ” Saya biasanya mengolah anak ikan itu dengan di pepes,” ujar Wati, warga Bakarung. Ia membeli ikan hasil hancauan dari tetangganya. Menurut Wati, selain di pais (pepes) anak ikan enak juga digoreng dan dimasak sop.
Di Desa Bakarung Kecamatan Angkinang warga mahancau di kawasan Awang. Disana terdapat sungai kecil yang mengalir deras bila hujan lebat usai.
Bila banjir setelah diguyur hujan pada malam hari, paginya warga berbondong-bondong dengan hancaunya menuju Awang yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah mereka. Mencari area berarus deras yang diperkirakan tempat anak ikan lewat.
Hasil hancauan lumayan untuk dijual. Bahkan saat ramainya mahancau warga dapat meraup keuntungan ratusan ribu rupiah setelah anak ikannya terjual ludes. ” Lumayan duitnya untuk keperluan sehari-hari,” ujar seorang warga.
Namun ada yang mengganjal dari kegiatan ini. Apakah hal ini melanggar undang-undang ? Karena anak ikan yang seharusnya dijaga dan dilestarikan malah dikonsumsi oleh manusia. Bukankah hal ini berarti ikan akan terancam punah ?
” Tapi kami tidak merusak habitatnya. Menyetrum dan pakai racun itu yang salah,” ujar seorang warga beralasan.
Tapi apapun juga mahancau membuat warga tetap tersenyum beberapa hari karena menikmati hasil penjualan yang cukup lumayan.***
MERIAHNYA JALAN SANTAI HAB KEMENAG KE 67
Ribuan keluarga besar Kementerian Agama Hulu Sungai Selatan mengikuti Jalan Santai HAB Kemenag ke 67, Minggu (30/12/2012) di Kandangan.
Para peserta adalah para karyawan Kemenag HSS, guru-guru, karyawan madrasah dan pelajar semua tingkatan sekolah dilingkungan Kemenag HSS. Start dan finish di halaman Kantor Kemenag HSS Jl. Jend. Sudirman Kandangan. Mereka menyusuri jalan-jalan di kota Kandangan.
Mereka akan memperebutkan puluhan hadiah doorprize yang disediakan panitia. Salah satu hadiah utama adalah sepeda sumbangan dari PGRI HSS dalam hal ini, H. Achmad Fikry.
Peserta mendapatkan dua kupon saat berada di perjalanan. Kota Kandangan tampak mengular oleh peserta jalan santai kali ini.
Sesampainya di Kemenag peserta mengumpul kupon ke panitia. Sementara kupon satunya disimpan peserta untuk dicocokkan saat pengambilan hadiah bagi yang menang. Setelah itu mereka mendapatkan sajian bubur yang sudah disediakan panitia di area parkir Kemenag.
Untuk menghibur peserta yang kelelahan setelah menempuh perjalanan menyusuri kota Kandangan , ada beragam atraksi seni yang ditampilkan. Diantaranya tarian daerah bersama penari pelajar MTsN Amawang.
Juga ada penampilan madihin yang disampaikan lima pelajar MTsN Amawang. Mereka adalah M Ubaidillah Rahman (Kelas VIII K), M. Naufal Habibie (Kelas VIII F), M. Yusuf (Kelas VIII C), A. Muhajir (Kelas VIII F), dan Rizky Ulfiani (Kelas VIII B). Penampilan mereka mendapat sambutan antusias peserta jalan santai. ” Saya suka madihin. Jarang saya menyaksikan secara langsung seperti ini. Banyolannya bagus juga,” komentar seorang peserta jalan santai.
Selain madihin ada juga penampilan atraksi pencak silat bersama tiga siswa MIN Pahampangan.
Juga ada lomba bakiak dan tarik tambang antar sekolah dilingkungan Kemenag HSS.
Jalan santai kali ini membuat keluarga besar Kemenag HSS gembira dan senang sekaligus terhibur.***
LOMBA WISATA BALANTING PARING
21-23 DESEMBER 2012
Sebanyak 50 tim mengikuti Lomba Wisata Balanting Paring Tahun 2012 yang digelar sejak 21 s/d 23 Desember 2012. Ajang ini dihelat sebagai acara memeriahkan Hari Jadi Kabupaten Hulu Sungai Selatan ke 62.
Selain itu diarak juga pasangan pengantin sejak dari Pagar Haur. Sementara peserta berlomba semenjak dari Loksado Sabtu(21/12). Pengantin laki-laki bernama Hamzah sedang yang perempuan bernama Erna.
Even ini cukup antusias disaksikan warga HSS. Utamanya pada hari terakhir / finish di kota Kandangan. Jembatan Antaludin tampak disesaki warga. Hingga kemacetan tak aral terjadi.
Juga di belakang Lapangan Lambung Mangkurat, tempat peserta menambatkan lantingnya.
Kemudian peserta beristirahat di area Gedung MTQ Kandangan. Mereka dihibur dengan kesenian kuntau dan musik panting.” Mudahan even ini terus berlanjut hingga tahun mendatang,” harap Imelda, warga Kandangan yang dimintai komentar tentang kegiatan ini.
Apalagi, imbuh Imelda even ini satu-satunya di Kalsel bahkan di Indonesia.
Adapun pemenang Lomba Wisata Balanting Paring 2012 : Juara I Nasional Demokrat, Juara II Kecamatan Padang Batung, Juara III KM-HSS Banjarmasin. Mereka berhak atas tropi, piagam, dan uang tunai. Piala diserahkan pihak panitia dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata HSS. ***
DEKLARASI PASANGAN SEHATI
DI LAPANGAN LAMBUNG MANGKURAT
Ribuan warga / simpatisan memadati Lapangan Lambung Mangkurat Kandangan Minggu(23/12) sekitar pukul 14.00 WITA.
Mereka hadir mengikuti Deklarasi Pasangan Calon Bupati / Wakil Bupati HSS Periode 2013 – 2018. Yakni pasangan H. Achmad Fikry dan H. Ardiansyah.
Pasangan ini didukung 4 partai pengusung yaitu Partai Golkar, PKB, PDI-P, dan PKS.
Dalam kesempatan tersebut tampak hadir petinggi parpol baik di tingkat Kalsel maupun HSS sendiri. Ada H. Sulaiman HB, Hasanuddin Murad, dll.
Ditampilkan pula hiburan kesenian berupa tarian daerah, Bakisah, dsb. Bakisah disampaikan oleh Ibu Norsehan.
Pada kesempatan tersebut diberikan penghargaan kepada wanita perwakilan kecamatan se HSS. Juga pemberian bantuan gerobak dorong bagi dua warga yang berhak menerimanya.
Pengunjung disuguhi kuliner yang ada dibeberapa stand yang sudah disediakan.
Juga dibuka selubung baliho pasangan Cabup/Cawabup HSS.
Namun ada yang tidak mengenakkan dalam even ini. Diduga ada penggerakan massa dari PGRI. Karena memang H. Achmad Fikry adalah Ketua PGRI HSS saat ini. Juga ada sejumlah oknum Kepala Desa / Pambakal yang ikut terlibat kegiatan ini secara terang-terangan. Padahal mereka seharusnya netral. Bahkan di Kecamatan Angkinang ada Pambakal yang mendukung pasangan ini. Buktinya, di depan rumahnya terpampang bendera parpol serta baliho pasangan Cabup / Cawabup.
Kaya apa Panwaslu ? ***
KEMACETAN WARUNG PAKUMPAYAN KIAN PARAH
Hampir tiap hari Minggu sore sampai malam kawasan Angkinang terutama di sepanjang jalan Warung Pakumpayan disuguhi kemacetan.
Panjangnya hingga satu kilometer. Lamanya berjam-jam. Hal ini tentu membuat tidak nyaman pengguna jalan. Juga bagi warga setempat.
Diduga kemacetan ini akibat kondisi tepi jalan yang sempit, dijadikan lahan parkir kendaraan umum yang singgah.
Mereka bukan untuk beristirahat saja tapi juga makan dan minum. Selama ini Warung Pakumpayan menjadi ikon perekonomian HSS lewat kulinernya.
Salah satu solusi mengurangi kemacetan Warung Pakumpayan adalah mengaspal jalan Tembok Rel. Hingga kendaraan yang datang dari arah Banjarmasin dapat lewat. Tempat keluarnya di Pasar Angkinang / depan SDN Angkinang.
Kemacetan terjadi cukup mengganggu lalulintas. Juga aktifitas warga jadi terganggu. ***
BENTENG MADANG RAWAN TINDAK KEJAHATAN
Hulu Sungai Selatan memiliki situs sejarah yang cukup terkenal. Yakni Benteng Madang. Terletak di Desa Madang Kecamatan Padang Batung. Berjarak sekitar 10 kilometer dari kota Kandangan, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Namun sangat disayangkan kondisinya cukup memprihatinkan. Tidak terawat. Papan nama terlihat penyok. Mungkin saja hal itu dilakukan orang iseng.
Letaknya cukup sunyi jauh dari pemukiman. Hingga anak muda menjadikannya sebagai tempat aman untuk kencan. Berada ditengah perkebunan karet. Setelah tiba di gerbang, ntuk menuju lokasi benteng kita harus melewati anak tangga ratusan buah. Kalau yang tak biasa bisa ngos-ngosan. Selain itu di depan gerbang tidak ada tempat untuk parkir pengunjung.
Namun sangat rawan akan tindak kejahatan berupa pencurian kendaraan bermotor. Karena ditinggal jauh pemiliknya ke atas benteng.
Diharapkan pihak berwenang dapat menanggulangi masalah ini. Hingga pengunjung dapat merasakan kenyamanan dalam menjelajahi situs sejarah HSS tersebut.***
MUSIK BUMBUNG
Musik bumbung adalah musik tradisional rakyat di di Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang juga pernah ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Musik bumbung terbuat dari ruas-ruas batang bambu terdiri dari tujuh buah nada dasar. Cara memainkan alat musik ini adalah dengan memukul tiap-tiap ruas bambu yang sudah diolah tersebut sehingga menimbulkan nada tertentu sesuai dengan irama atau lagu yang dibawakan.***
Sumber : Buku Menjemba Jejak Berlari, Aliman Syahrani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar