Rabu, 27 Mei 2020

Suka Duka Mangangarun ke Gambut

Kamis, 28 Mei 2020

Banyak suka dan duka mangangarun yang pernah saya alami dan rasakan sendiri, seumur hidup. Pertama mangangarun sekitar tahun 2002. Bersama beberapa warga di Angkinang dan Pangambau.

Karena yang mencari Uwa Ambau, tetangga kampung, dimana ada keluarganya di Handil Asang membutuhkan orang untuk menyelesaikan mangatam lahan pertaniannya yang sudah memasuki masa panen.

Untuk di Angkinang selain saya bersama ibu saya, ada juga tetangga saya Kitut, dan Uwa Ambau sendiri. Sementara yang berasal dari Pangambau ada beberapa orang, yang merupakan keluarga dari Uwa Ambau.

Dari Angkinang ke Gambut naik colt L-300 Hadi Pulantan yang sudah dipesan beberapa hari sebelumnya. Semua pakaian dan barang penting lainnya, dimuat dalam tas. Setelah mobil tiba, saya masuk, mengambil posisi di barisan belakang. Tas dimasukkan di bagasi belakang mobil colt L-300 tersebut.

Mobil menuju ke Pangambau dulu, menjemput  beberapa orang lainnya yang bakal ikut mangangarun ke Gambut. Berjarak sekitar 6 kilometer dari Angkinang Selatan, tempat saya tinggal.

Mangangarun itu tak memerlukan ijazah, cuma kerja keras, tahan bapanas, kuat baangkatan berat. Saya termasuk orang yang tidak memiliki tenaga kuat, sehingga hasil mangangarun setiap tidak banyak. Kalau yang lain, terutama Kitut yang bisa mencapai 20 balik dalam sehari, saya maksimal bisa 10 balik saja. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aktivitas Selama di Aceh

 Sabtu, 23 November 2024 Dari Diary Akhmad Husaini, Ahad (21/08/2022)  Semua akan abadi setelah diposting Dugal ke blog pribadi, tentu denga...