Selasa, 16 Oktober 2012

HALTE BLOGGER




PERJALANAN 10 JAM

            Berbagai cara dilakukan untuk mengusir kejenuhan dan kebosanan selama satu minggu beraktifitas yang menguras tenaga dan pikiran. Kini saatnya pada hari Minggu jalan-jalan atau touring keliling banua. Itulah yang saya lakukan baru-baru tadi. Yakni melintasi 3 (tiga) kabupaten yang ada di Banua Enam yaitu Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Utara (HSU), dan Hulu Sungai Tengah (HST).
            Dengan naik motor saya tak lupa mengajak Rizal, rekan saya yang bakal menemani selama perjalanan. Bawa tas ransel dan kamera digital. Kami berangkat dari Angkinang sekitar pukul 08.30 WITA. Saya yang membonceng Rizal.
            Sebelum berangkat kami berdoa terlebih dahulu mudahan selama perjalanan diberi kemudahan dan keselamatan. Tidak ada hambatan. Beberapa menit kemudian kami sampai di persimpangan. Kami belok lewat Taniran Kubah. Singgah sebentar memotret masjid Assa’adah. Juga ke Makam Datu Taniran yang saat itu ramai dikunjungi penziarah. Lalu kami terus  melewati desa nelayan di Kecamatan Angkinang, Desa Wawaran. Menjelang Bangkau kami menyaksikan di tengah-tengah rawa banyak terpasang payung dan tempat peneduh lainnya. Ternyata itu adalah lokasi tempat orang sedang memancing ikan papuyu (betok), haruan (gabus), dan sepat siam. Terdapat puluhan buah. Sebagian berpencar-pencar di tempat lain. Bangkau memang surganya bagi pencari ikan termasuk para pemancing mania.
            Di daerah Muning, Kecamatan Daha Selatan kami singgah. Berhenti di sebuah jembatan. Di bawah jembatan ada aktifitas unik. Lalu lalang jukung warga yang mau mencari ikan. Tak pelak momen ini tidak saya sia-siakan untuk diabadikan dengan kamera digital yang saya bawa. Tampak sebuah jukung melintas membelah sungai menuju kawasan rawa tempat mencari ikan.
            Tak jauh dari jembatan kami kembali berhenti. Saya mengambil kamera digital. Memotret aktifitas jual beli semangka di pinggir jalan arah ke Nagara yang begitu ramainya. Sehingga arus lalu lintas sedikit tersendat. Kami juga menyaksikan warga yang sedang memetik semangka langsung dari kebunnya lalu memuatnya ke dalam jukung.
            Di Hamayung, Kecamatan Daha Utara kami singgah. Ada yang menarik untuk diketahui dan dipotret disini. Karena walau saya warga HSS tapi baru kali ini kesini. Ternyata ada Tugu 2 Januari 1949. Merupakan bukti sumbangsih warga Nagara dalam perang kemerdekaan. Kesetiaan kepada NKRI.
            Puas di Nagara perjalanan kami lanjutkan kembali. HSS terlewati. Kami sekarang berada di wilayah Kabupaten HSU. Ada Babirik dan entah apalagi nama-nama daerahnya yang kami lewati. Setelah sebelumnya saya yang membonceng Rizal. Sekarang gantian Rizal yang membonceng saya. Tubuh saya sudah penat dan kaki terasa pegal serta kesemutan.
            Di kawasan ini sering kami saksikan kebun waluh (labu) yang terhampar luas di kiri kanan jalan. Suasana khas pedesaan pahuluan sangat kental terasa. Apalagi ditunjang dengan sikap ramah tamah warganya saat berpapasan dengan kami. Mereka yang menyapa pertama kali. “ Mau kemana ? “ ujar mereka. Seperti sudah sangat akrab.
            Kami lewat Muara Tapus. Perjalanan sekitar 50 kilometer telah terlewati sudah. Benar-benar cukup melelahkan. Apalagi ditunjang dengan cuaca yang cukup panas. Cahaya mentari menyengat tubuh. Untung kami pakai jaket. Jadi sedikit mengurangi kegerahan.
            Kami terus ke Amuntai. Lalu menuju Desa Mamar, sentra itik alabio. Disini bukan mau beli itik. Tapi menghadiri acara perkawinan keluarga. Kami sempat shalat Dzuhur di Masjid Al-Mu’awanah  Mamar.
            Masih di Bumi Kuripan kami meneruskan rute berikutnya ke Candi Agung di Sungai Malang. Karena hari Minggu pengunjung cukup banyak. Ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kendaraan baik roda empat maupun roda dua di depan gerbang candi. Harga tiket masuk Rp.4.000/orang. Menikmati cagar budaya yang cukup terkenal di Kalsel ini. Sebelum masuk saya sempat memotret pintu gerbang Candi Agung. Lantas memotret museum yang berada disisi kiri saat kita masuk. Bangunan museum itu berarsitektur rumah Banjar.
            Di dalam area candi kami berkeliling. Beberapa saat istirahat di teras mushalla. Lalu lihat Pertapaan Pangeran Suryanata. Ke Telaga Darah. Melihat ritual pengunjung baik saat berada di dalam candi maupun di tempat khusus bamandi-mandi.
            Sekitar sejam berada di Candi Agung kami pulang. Melewati Sungai Buluh, Kabupaten HST. Disini singgah beberapa saat menikmati indahnya pemandangan rawa yang cukup luas dengan segala pernak-perniknya.
            Kami melewati Pantai Hambawang. Lalu belok kiri ke Haruyan. Menuju Sungai Kaladi. Disini kami berhenti beberapa saat. Menikmati pemandangan bentangan persawahan dan pegunungan dari kejauhan. Sesekali di tepi jalan tampak anak remaja sedang nongkrong dengan teman-temannya. Bahkan ada yang berpasangan. Konon di Sungai Kaladi tiap sore atau hari libur ramai sebagai tempat favorit bagi anak muda untuk bersantai dan cuci mata.
            Puas berada di Sungai Kaladi kami terus pulang. HST telah terlewati. HSS kembali menanti. Kami lewat Desa Gumbil.  Terus ke Desa Taniti. Disini didominasi pemandangan kebun karet yang luas. Juga jalanan yang menanjak dan curam. Di Telaga Langsat kami singgah di bendungan atau tabat.
            Perjalanan berlanjut ke Kandangan. Shalat Maghrib di masjid Istiqamah. Usai shalat kami makan ketupat di sebuah warung di Muara Banyu Barau, Parincahan. Lantas pulang ke rumah kami di Angkinang yang berjarak sekitar 8 kilometer lagi.
            Perjalanan sekitar 10 melintasi tiga kabupaten berakhir sudah. Walau cukup melelahkan namun menyisakan banyak kenangan yang tak akan terlupakan seumur hidup saya.

Kandangan-Nagara-Amuntai, 02-09-2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...