PERJALANAN 10 JAM
Berbagai cara dilakukan untuk
mengusir kejenuhan dan kebosanan selama satu minggu beraktifitas yang menguras
tenaga dan pikiran. Kini saatnya pada hari Minggu jalan-jalan atau touring keliling banua. Itulah yang saya
lakukan baru-baru tadi. Yakni melintasi 3 (tiga) kabupaten yang ada di Banua
Enam yaitu Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Utara (HSU), dan Hulu Sungai
Tengah (HST).
Dengan naik motor saya tak lupa
mengajak Rizal, rekan saya yang bakal menemani selama perjalanan. Bawa tas
ransel dan kamera digital. Kami berangkat dari Angkinang sekitar pukul 08.30
WITA. Saya yang membonceng Rizal.
Sebelum berangkat kami berdoa
terlebih dahulu mudahan selama perjalanan diberi kemudahan dan keselamatan.
Tidak ada hambatan. Beberapa menit kemudian kami sampai di persimpangan. Kami
belok lewat Taniran Kubah. Singgah sebentar memotret masjid Assa’adah. Juga ke
Makam Datu Taniran yang saat itu ramai dikunjungi penziarah. Lalu kami
terus melewati desa nelayan di Kecamatan
Angkinang, Desa Wawaran. Menjelang Bangkau kami menyaksikan di tengah-tengah
rawa banyak terpasang payung dan tempat peneduh lainnya. Ternyata itu adalah
lokasi tempat orang sedang memancing ikan papuyu (betok), haruan (gabus), dan
sepat siam. Terdapat puluhan buah. Sebagian berpencar-pencar di tempat lain.
Bangkau memang surganya bagi pencari ikan termasuk para pemancing mania.
Di daerah Muning, Kecamatan Daha
Selatan kami singgah. Berhenti di sebuah jembatan. Di bawah jembatan ada
aktifitas unik. Lalu lalang jukung warga yang mau mencari ikan. Tak pelak momen
ini tidak saya sia-siakan untuk diabadikan dengan kamera digital yang saya bawa.
Tampak sebuah jukung melintas membelah sungai menuju kawasan rawa tempat
mencari ikan.
Tak jauh dari jembatan kami kembali
berhenti. Saya mengambil kamera digital. Memotret aktifitas jual beli semangka
di pinggir jalan arah ke Nagara yang begitu ramainya. Sehingga arus lalu lintas
sedikit tersendat. Kami juga menyaksikan warga yang sedang memetik semangka
langsung dari kebunnya lalu memuatnya ke dalam jukung.
Di Hamayung, Kecamatan Daha Utara
kami singgah. Ada yang menarik untuk diketahui dan dipotret disini. Karena
walau saya warga HSS tapi baru kali ini kesini. Ternyata ada Tugu 2 Januari
1949. Merupakan bukti sumbangsih warga Nagara dalam perang kemerdekaan.
Kesetiaan kepada NKRI.
Puas di Nagara perjalanan kami
lanjutkan kembali. HSS terlewati. Kami sekarang berada di wilayah Kabupaten
HSU. Ada Babirik dan entah apalagi nama-nama daerahnya yang kami lewati.
Setelah sebelumnya saya yang membonceng Rizal. Sekarang gantian Rizal yang
membonceng saya. Tubuh saya sudah penat dan kaki terasa pegal serta kesemutan.
Di kawasan ini sering kami saksikan
kebun waluh (labu) yang terhampar luas di kiri kanan jalan. Suasana khas
pedesaan pahuluan sangat kental terasa. Apalagi ditunjang dengan sikap ramah
tamah warganya saat berpapasan dengan kami. Mereka yang menyapa pertama kali. “
Mau kemana ? “ ujar mereka. Seperti sudah sangat akrab.
Kami lewat Muara Tapus. Perjalanan
sekitar 50 kilometer telah terlewati sudah. Benar-benar cukup melelahkan.
Apalagi ditunjang dengan cuaca yang cukup panas. Cahaya mentari menyengat
tubuh. Untung kami pakai jaket. Jadi sedikit mengurangi kegerahan.
Kami terus ke Amuntai. Lalu menuju
Desa Mamar, sentra itik alabio. Disini bukan mau beli itik. Tapi menghadiri
acara perkawinan keluarga. Kami sempat shalat Dzuhur di Masjid Al-Mu’awanah Mamar.
Masih di Bumi Kuripan kami
meneruskan rute berikutnya ke Candi Agung di Sungai Malang. Karena hari Minggu
pengunjung cukup banyak. Ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kendaraan baik
roda empat maupun roda dua di depan gerbang candi. Harga tiket masuk
Rp.4.000/orang. Menikmati cagar budaya yang cukup terkenal di Kalsel ini.
Sebelum masuk saya sempat memotret pintu gerbang Candi Agung. Lantas memotret
museum yang berada disisi kiri saat kita masuk. Bangunan museum itu
berarsitektur rumah Banjar.
Di dalam area candi kami
berkeliling. Beberapa saat istirahat di teras mushalla. Lalu lihat Pertapaan
Pangeran Suryanata. Ke Telaga Darah. Melihat ritual pengunjung baik saat berada
di dalam candi maupun di tempat khusus bamandi-mandi.
Sekitar sejam berada di Candi Agung kami
pulang. Melewati Sungai Buluh, Kabupaten HST. Disini singgah beberapa saat
menikmati indahnya pemandangan rawa yang cukup luas dengan segala
pernak-perniknya.
Kami melewati Pantai Hambawang. Lalu
belok kiri ke Haruyan. Menuju Sungai Kaladi. Disini kami berhenti beberapa
saat. Menikmati pemandangan bentangan persawahan dan pegunungan dari kejauhan.
Sesekali di tepi jalan tampak anak remaja sedang nongkrong dengan
teman-temannya. Bahkan ada yang berpasangan. Konon di Sungai Kaladi tiap sore
atau hari libur ramai sebagai tempat favorit bagi anak muda untuk bersantai dan
cuci mata.
Puas berada di Sungai Kaladi kami
terus pulang. HST telah terlewati. HSS kembali menanti. Kami lewat Desa
Gumbil. Terus ke Desa Taniti. Disini
didominasi pemandangan kebun karet yang luas. Juga jalanan yang menanjak dan
curam. Di Telaga Langsat kami singgah di bendungan atau tabat.
Perjalanan berlanjut ke Kandangan.
Shalat Maghrib di masjid Istiqamah. Usai shalat kami makan ketupat di sebuah
warung di Muara Banyu Barau, Parincahan. Lantas pulang ke rumah kami di
Angkinang yang berjarak sekitar 8 kilometer lagi.
Perjalanan sekitar 10 melintasi tiga
kabupaten berakhir sudah. Walau cukup melelahkan namun menyisakan banyak
kenangan yang tak akan terlupakan seumur hidup saya.
Kandangan-Nagara-Amuntai, 02-09-2012