CERITA DARI HULU BANYU
Belum
lama tadi tepatnya tanggal 9 - 10 Juli 2012 saya ke Loksado. Untuk kesekian
kalinya saya datang kesana. Tak bosan-bosannya menikmati keindahan alamnya.
Kalau biasanya berdua atau bertiga,
tapi kali ini berbeda. Saya datang kesana
rombongan dengan rekan-rekan dari Banjarbaru. Pekerjaan rekan itu
bermacam-macam. Ada fotografer, wartawan sekaligus juga sastrawan. Rekan-rekan saya dari Banjarbaru yang ikut ke
Loksado sekitar 7 orang : BDL dan seorang rekan wanitanya. Ia seorang fotografer
andal. Karyanya cukup memukau para penikmat foto. Banyak nampang di jejaring
sosial facebook.
Lalu ada
Sandi Firly dan Ananda dari Media Kalimantan. Sandi sudah lama saya kenal. Baik
lewat karyanya maupun bertemu saat ajang ASKS (Aruh Sastra Kalimantan Selatan)
yang digelar setiap tahun.
Kemudian Randu Alamsyah. Ia wartawan Radar Banjarmasin.
Sekaligus pula ”penjaga gawang” halaman sastra di media tempatnya bekerja.
Karyanya yang cukup terkenal adalah novel Jazirah Cinta.
Lalu adapula Ziyan dan Sisy. Keduanya masih asing ditelinga saya. Tapi kata rekan yang lain mereka juga penulis /
sastrawan.
Sementara
teman-teman dari Kandangan yang ikut selain saya dan Rizal, juga Aliman
Syahrani, Adi Lesmana (Pimpinan Hitro Computer) beserta karyawannya.
Kemudian M. Fuad Rahman alias Kayla Untara. Yang satu ini juga seorang sastrawan. Dulu tinggal di
Kandangan. Tapi kini bermukim di kota apam Barabai.
Sebelum ke Loksado Sandi, dkk beristirahat di kediaman
Aliman di Tibung Raya (belakang kantor Bappeda HSS). Sempat menikmati suguhan
teh manis dan semangkuk bilungka langkang
atau timun suri yang sudah diiris kecil-kecil lantas ditaburi gula. Mereka juga
menyaksikan aktifitas fitness yang dikelola Aliman.
Usai
shalat Dzuhur berangkat. Saya belakangan berangkat karena ada urusan di rumah.
Hujan
lebat mengguyur saat berada di perjalanan. Saya dan Rizal, teman saya yang juga
ikut kesana, singgah di Taman Makam Pahlawan Pusara Bhakti Banua di Mawangi.
Sementara rekan dari Banjarbaru sudah duluan berangkat ditemani Kayla Untara.
Tiba di
Loksado sekitar pukul 17.00 WITA.
Saat saya dan Rizal tiba. Mereka asyik hunting foto di
area kawasan Loksado. Bercengkerama, minum kopi di warung, dsb.
Lalu kami melanjutkan perjalanan ke Riam Barajang. Berjarak sekitar 1,5 kilometer dari Loksado. Melewati
balai adat Malaris.
Riam
Barajang merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi. Tempat ini adalah
bekas bendungan yang mirip air terjun. Bagus untuk tempat melepas lelah.
Suasana terasa begitu eksotis.
Rekan-rekan
dari Banjarbaru kembali hunting foto. Terutama BDL dan rekan wanitanya. Juga
Ananda dan Kayla.
Tampak
menarik saat mereka memfoto tingkah polah rekan yang lain. Saat ada yang shalat
di sebuah gubuk dekat Riam Barajang. Lalu foto cahaya mentari yang membias air.
Mungkin itulah momen paling bagus bagi mereka. Sayang untuk dilewatkan.
Sebagai
orang awam saya cuma jadi penikmat setia. Menyaksikan tingkah polah mereka
berkreasi lewat ’lukisan cahaya’.
Puas di
Riam Barajang kami balik haluan ke Loksado. Sekaligus pulang untuk menuju
tempat kediaman orangtua Aliman. Tempat kami bermalam nantinya. Melewati Tugu
Proklamasi Ni’ih. Juga jembatan gantung
yang melintas di atas sungai Amandit.
Kami ke kampung kelahiran Aliman Syahrani, kampung Datar Belimbing /
Hulu Banyu. Tiba disana hari sudah gelap. Istirahat sebentar lalu shalat
Maghrib di Langgar Baiturrahim.
Kami
membuat tenda / kemah dari terpal di tepi sungai yang berpasir. Jaraknya
sekitar 200 meter dari rumah orangtua Aliman. Tas, barang-barang bawaan lainnya
kami letakkan di rumah Aliman. Sementara sepeda motor kami letakkan di samping
rumah. Malam-malam membuat tenda dengan bercahayakan lampu sepeda motor. Juga
lampu sinter. Di tengah hujan membuat tenda seadanya. Asal kawa gasan bataduh wan barabah. Melepas penat.
Di
tengah gelap dan hujan gerimis kami bahu-membahu membangun tenda sederhana. Walau sudah pakai jaket badan tetap tak bisa
menampung air hujan. Setelah selesai
kami kembali ke rumah Aliman untuk makan malam dan menunggu hujan reda.
Apa saja
yang dikerjakan saat malam berada di Hulu Banyu ? Main domino, bakar jagung dan
ubi kayu, main gitar. Selain keperluan
utama rekan-rekan dari Banjarbaru adalah hunting foto dan mencari inspirasi.
Suasana
hujan sedikit mengganggu rencana. Tapi kami tetap bersyukur bisa tiba dan
menikmati suasana desa di pegunungan Meratus dengan hati damai. Tidur saya
sedikit terganggu. Dingin merasuk. Untuk mengusir hawa dingin saya memakai
sarung yang tanggung manfaatnya. Menutup bagian atas / muka sementara bagian
bawah terbuka. Akibatnya kaki terasa gatal digigit nyamuk selain rasa dingin.
Pengalaman lain tatkala makan malam tanpa air minum.
Karena saya malu minta lantas kasangkalan. Sementara nasi terus saya suap.
Menghabiskan malam dengan api unggun. Ditingkahi dengan
suara binatang malam. Juga musik dar HP untuk menghibur malam.
Saya
membantu membakar jagung. Sementara teman-teman di tenda asyik main gaplek alias
badum. Disamping saya ada Sandi Firly ikut juga membakar jagung. Jagung
tersebut dibeli sebelum berangkat ke Loksado di Pasar Kandangan. Sandi nanya
apakah ada garam. Saya bilang tidak ada. Memakan jagung bakar dengan bumbu mie
instan begitu nikmatnya. Dingin terus merasuk tubuh.
Pagi Selasa BDL bagi-bagi buku kepada lima anak Hulu
Banyu yang kebetulan menyaksikan kami berkemah. Juga BDL memotret sepasang
suami isteri lansia yang mau menyeberang sungai naik rakit bambu untuk pergi ke
kebun ngambil sayuran.
Randu bercerita tentang seorang sastrawan senior
Banjarbaru kala acara bersama Andi F Noya dan Andrea Hirata berucap ” Bukan
seorang penulis tapi suka menulis. Tidak suka membaca tapi jarang membaca”
Randu bercerita sambil tertawa bergelak.
Siangnya
kami ke objek wisata Air Panas Tanuhi. Tapi suasananya lengang. Masuk tanpa
karcis. Tapi parkir motor tetap bayar. Menikmati hangatnya air panas Tanuhi.
Saya cuma merendam kaki. Yang lain mandi. Disini kembali rekan fotografer
beraksi.
Inilah sedikit
kisah perjalanan saya bersama rekan-rekan dari Banjarbaru. Ajang pertemuan
pertemanan sastrawan muda Kalsel dari dua kota : Kandangan dan Banjarbaru.
Mungkin kegiatan seperti ini lebih
diintensifkan lagi diadakan. Semoga akan dapat terus berlangsung.
Kandangan
– Loksado, 9-10 Juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar