Sabtu, 11 Oktober 2025

Ziarah Kenangan ke Masjid Besar Mujahidin Gambut : Dua Puluh Tahun Setelah Teras Itu Menjadi Tempat Tidurku

 Sabtu, 11 Oktober 2025





Ada perjalanan yang tak sekadar berpindah tempat, melainkan juga pulang ke masa lalu. Begitulah yang saya rasakan ketika menjejakkan kaki di Masjid Besar Mujahidin Gambut, Kabupaten Banjar, pada Sabtu siang, 13 September 2025. 

Langit sedang terik, jalanan ramai, dan dari balik kaca taksi Colt L300 yang saya tumpangi, kubah hijau keemasan masjid itu tampak bersinar—seolah sedang memanggil saya untuk singgah. 

Setelah dari Pasar Kindai Limpuar Gambut ada yang dicari, saya menuju masjid, melangkah pelan ke serambi. Tujuan awalnya sederhana : menunaikan shalat Dzuhur. 

Namun di balik langkah itu, ada sesuatu yang jauh lebih dalam—sebuah rindu yang sudah dua dekade bersemayam di dada. Rindu kepada masa-masa muda yang getir namun jujur, rindu kepada tempat yang pernah menjadi saksi bisu perjuangan hidup saya di tanah perantauan. 

Sekitar tahun 2005, dua puluh tahun yang lalu, masjid ini bukan sekadar rumah ibadah bagi saya. Ia adalah tempat berteduh, tempat beristirahat di tengah ketidakpastian hidup. 

Kala itu, saya datang ke Gambut bersama teman-teman sekampung : Riduansyah, Suhaimi, Raji, Mulyadi, dan Taberani. Kami semua masih muda, masih penuh semangat dan harapan. 

Dengan modal niat dan keyakinan, kami berangkat dari kampung sebagai pangangarun—begitu orang Banjar menyebut buruh pemanen padi. Kami mencari rezeki halal di sawah-sawah Kecamatan Gambut dan sekitarnya. 

Namun, hari pertama tidak selalu mudah. Belum ada rumah warga yang bersedia menampung buruh panen, sementara malam mulai turun perlahan. 

Akhirnya kami memilih bermalam di teras Masjid Besar Mujahidin Gambut. Di situlah kami tidur beralaskan sarung, berbantal lengan, dan beratapkan langit malam yang penuh bintang. 

Saya masih bisa membayangkan suasana malam itu—dingin tapi penuh makna. Kami berbagi cerita dan tawa kecil untuk menghangatkan diri. Di antara kelelahan dan rasa lapar, tetap ada harapan yang kami jaga bersama. 

Kini, dua nama di antara kami telah berpulang lebih dulu ke Rahmatullah—Riduansyah dan Raji. Semoga Allah menempatkan keduanya di tempat terbaik di sisi-Nya. 

Saya berdoa dalam hati saat mengingat mereka : “Kita pernah berjuang bersama di sini, kawan. Walau kini langkah kita tak lagi sejajar di bumi, semoga kelak kita dipertemukan kembali di surga.” 

Dua puluh tahun kemudian, saya kembali datang—bukan lagi sebagai buruh panen yang mencari upah harian, melainkan sebagai seorang pejalan yang membawa kenangan dan rasa syukur. 

Masjid ini kini jauh lebih megah. Kubah hijau keemasan berdiri anggun di bawah langit siang, menara menjulang tinggi seolah mengabarkan kejayaan baru. 

Namun, di balik kemegahan itu, saya masih bisa melihat bayangan masa lalu saya sendiri—seorang anak muda dari Angkinang Selatan yang tidur di teras masjid, memeluk harapan sederhana. Di depan masjid yang sama, saya menundukkan kepala lama-lama. Ada getar halus di dada. 

Saya berbisik pelan dalam hati :"Terima kasih, Ya Allah. Engkau izinkan aku kembali, bukan sebagai pengemis nasib, tapi sebagai saksi atas karunia dan perjalanan panjang hidup ini." 

Bagi saya, Masjid Besar Mujahidin Gambut bukan hanya tempat ibadah. Ia adalah penanda perjalanan hidup, saksi perjuangan masa muda, sekaligus pengingat bahwa setiap kesulitan yang dulu terasa berat ternyata adalah jalan menuju kebahagiaan yang kini saya rasakan. 

Jarak 130 kilometer dari Desa Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, tempat saya tinggal, terasa tak berarti dibanding kedekatan batin yang saya rasakan setiap kali menyebut nama masjid ini. Perjalanan ini bukan sekadar fisik, tapi juga ziarah rasa—menyapa masa lalu untuk mensyukuri masa kini. 

Dan ketika saya meninggalkan masjid siang itu, menatap kubah hijau yang kian mengecil dari jendela Colt L300, saya tahu satu hal : Beberapa tempat bukan hanya menyimpan kenangan, tapi juga mengajarkan kita cara menghargai setiap langkah dalam hidup. (ahu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamis Pagi MTsN 3 HSS Dikunjungi Plt Kepala Kantor Kemenag

 Sabtu, 11 Oktober 2025 Plt Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Bapak H Fathur Rahman beserta staf...