Ahad, 26 Oktober 2025
Ahad (26/10/2025) pagi, sekitar pukul 06.10 WITA. Udara masih pekat dengan aroma embun dan tanah basah. Hanya berjarak 10 meter dari rumah, saya menengok sudut sunyi ini : kebun pisang orang tua di RT 1 Desa Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten HSS.
Langkah kaki menapaki rumput hijau yang tebal, membawa saya masuk ke dalam rimbunnya batang-batang pisang. Pohon-pohon tua, dengan kulit batang yang kering dan mengelupas, berdiri tegak seolah penjaga waktu. Mereka adalah veteran yang telah berulang kali menghadiahkan tandan kehidupan.
Daun-daunnya yang lebar, sebagian masih hijau segar, sebagian lagi mulai menguning dan mengering di ujung—sebuah siklus alami yang indah. Dalam keheningan ini, terdengar bisikan ketahanan. Setiap batang yang kokoh, setiap anakan yang baru muncul, adalah janji sederhana akan rezeki yang terus bersemi. Ini bukan sekadar kebun, ini adalah paragraf pembuka tentang ketahanan pangan keluarga.
Di sini, di bawah naungan dedaunan raksasa, tersimpan memori, kerja keras, dan warisan yang tak ternilai. Pemandangan ini, seolah lukisan yang hidup, mengingatkan bahwa kekayaan sejati seringkali ditemukan dalam kesederhanaan, dekat dengan akar dan tanah yang kita pijak. (ahu)





Tidak ada komentar:
Posting Komentar