Senin, 13 Oktober 2025
Senin (13/10/2025) siang itu, langit Angkinang di sekitar Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 3 Hulu Sungai Selatan (HSS) tampak memendam rindu.
Awan kelabu tebal menggantung, seolah menanti saat yang tepat untuk menumpahkan beban. Di bawah naungan langit yang bergejolak, berdiri tegak tiang-tiang pondasi gerbang yang kokoh.
Beton-beton kasar itu menjulang, dengan besi-besi tulangan di puncaknya, saksi bisu akan proses pembangunan, lambang dari keteguhan dan janji akan masa depan.
Mereka tidak gentar, bahkan saat rimbun pepohonan di belakangnya mulai tertiup angin. Lalu, rindu itu pun pecah.
Hujan deras turun, membasahi bumi madrasah, yang berlokasi di sekitaran RT 3 Desa Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten HSS, yang sunyi.
Setiap tetesnya mendarat, bukan sebagai penghalang, melainkan sebagai rahmat. Pondasi gerbang yang kokoh itu memang tak bisa menolak kedatangan sang hujan, dan ia pun tak perlu melakukannya.
Ia berdiri kokoh, dimandikan oleh air kehidupan, seolah siap menerima dan menopang segala yang akan datang—baik terik mentari esok, maupun guyuran hujan di hari lain.
Bumi madrasah menjadi basah, genangan air mencerminkan langit yang baru saja memberikan anugerah-Nya. Dalam kesunyian itu, tiang-tiang ini tidak hanya menjadi struktur fisik, tetapi juga metafora.
Mereka adalah pondasi bagi mimpi, bagi ilmu, bagi generasi yang akan melangkah masuk melalui gerbang ini. Mereka kokoh, tak tergoyahkan, bahkan oleh air yang membasahi hingga ke akarnya.
Ini bukan sekadar hujan, dan ini bukan sekadar tiang. Ini adalah janji keteguhan yang disiram berkah. Hujan telah datang, dan harapan pun tumbuh semakin kuat. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar