Mengarungi Sungai Amandit
Rabu, 30 Mei 2012
Sabtu, 26 Mei 2012
NAPA JAR SAI......
Sabtu, 26 Mei 2012
MENCARI DARAH
Jangan sia-siakan darahmu. Makanya jangan sampai terjadi pertumpahan
darah. Karena mencari darah itu susah.
Ini seperti yang saya alami sendiri belum lama tadi. Untuk keperluan keluarga yang membutuhkan. Cari sana-sini. Golongan darah yang dicari adalah B.
Saya pun berburu darah. Karena keluarga saya itu membutuhkan dua kantong darah. Untuk itu saya berusaha mendapatkan dua orang yang akan mendonorkan darahnya.
Malam, usai shalat Maghrib saya ke Tagana HSS. Di poskonya saya mencari data anggotanya yang punya golongan darah B. Satu-persatu dihubungi lewat HP.
Karena tak membuahkan hasil lantas saya pergi ke Meratus Hijau, sebuah perkumpulan pencinta alam di HSS. Bertemu sang ketuanya langsung. Sehingga urusan lebih mudah. Cari-cari ada yang bersedia. Satu orang, perempuan. Yang lain beda golongan darah.
Untuk mencari yang satu lagi saya ke Tibung, tempat rekan saya Aliman Syahrani. " Aku tak bisa membantu, besok ada kegiatan penting,"ujarnya. Tapi dia menyarankan saya menghubungi BPK Taqwa dan BPK Rangganala.
Besok harinya di RSUD Brigjend H.Hassan Basry Kandangan, tempat keluarga saya dirawat. Rekan dari Meratus Hijau sudah datang. Lalu saya ajak ke ruang laboratorium tempat pemeriksaan darah. Setelah diperiksa ternyata tensi darahnya rendah. Sehingga tak bisa didonorkan.
Sebenarnya saya tak pernah menghadapi masalah seperti ini. Boleh dikata gagap berurusan dengan orang banyak. Apalagi prosedur yang berbelit-belit.
Bingung tak jua mendapatkan orang yang mendonorkan saya pulang ke rumah. Disaat pikiran tidak karuan seperti itu, saya ambil air wudhu lalu shalat sunat dan berdo'a kepada Allah SWT dimudahkan dalam menghadapi segala urusan.
Saya teringat dengan tetangga kampun yang punya golongan darah B. Saya hubungi dia, lantas ia menyanggupi. Karena sesuai, sekantong darahpun didapatkan. Tapi masih perlu satu kantong lagi.
Ada yang menyarankan cari ke tentara atau polisi. Tapi rekan yang lain melarang. " Prosedur cukup sulit," ujar rekan saya.
Lantas saya coba-coba datang kembali ke Tagana HSS. Mungkin ada jalan keluar. Terus terang saja baru kali ini saya menghadapi masalah seperti ini. Biasanya saya cuma membantu teman. Tinggal beres saja. Tapi kali ini saya sendiri yang menjalaninya.
Di sekretariat Tagana HSS ada dua orang anggota Tagana. " PakRieval tadi mau donor. Kalau mau nanti saya hubungi beliau. Karena sekarang ada di Pagar Haur ,"ujar anggota Tagana HSS itu.
Setelah mendapat kepastian saya kembali ke rumah sakit. Sambil menunggu kedatangan mereka. Akhirnya Pak Rieval Cahyadi datang bersama rekan-rekannya.
Di ruang laboratorium ia diperiksa. Namun hasilnya lagi-lagi tidak bisa didonorkan. Tekanan darahnya tinggi. Namun Alhamdulillah berkat Pak Rieval, dengan menghubungi rekannya yang lain, bernama Azhari, bisa mendonorkan darahnya. Sekantong darahpun menggenapi yang sudah ada.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu mendonorkan darahnya. Semoga kebaikan yang diberikan mendapat ganjaran setimpal dari Allah SWT. Amien....
Ini seperti yang saya alami sendiri belum lama tadi. Untuk keperluan keluarga yang membutuhkan. Cari sana-sini. Golongan darah yang dicari adalah B.
Saya pun berburu darah. Karena keluarga saya itu membutuhkan dua kantong darah. Untuk itu saya berusaha mendapatkan dua orang yang akan mendonorkan darahnya.
Malam, usai shalat Maghrib saya ke Tagana HSS. Di poskonya saya mencari data anggotanya yang punya golongan darah B. Satu-persatu dihubungi lewat HP.
Karena tak membuahkan hasil lantas saya pergi ke Meratus Hijau, sebuah perkumpulan pencinta alam di HSS. Bertemu sang ketuanya langsung. Sehingga urusan lebih mudah. Cari-cari ada yang bersedia. Satu orang, perempuan. Yang lain beda golongan darah.
Untuk mencari yang satu lagi saya ke Tibung, tempat rekan saya Aliman Syahrani. " Aku tak bisa membantu, besok ada kegiatan penting,"ujarnya. Tapi dia menyarankan saya menghubungi BPK Taqwa dan BPK Rangganala.
Besok harinya di RSUD Brigjend H.Hassan Basry Kandangan, tempat keluarga saya dirawat. Rekan dari Meratus Hijau sudah datang. Lalu saya ajak ke ruang laboratorium tempat pemeriksaan darah. Setelah diperiksa ternyata tensi darahnya rendah. Sehingga tak bisa didonorkan.
Sebenarnya saya tak pernah menghadapi masalah seperti ini. Boleh dikata gagap berurusan dengan orang banyak. Apalagi prosedur yang berbelit-belit.
Bingung tak jua mendapatkan orang yang mendonorkan saya pulang ke rumah. Disaat pikiran tidak karuan seperti itu, saya ambil air wudhu lalu shalat sunat dan berdo'a kepada Allah SWT dimudahkan dalam menghadapi segala urusan.
Saya teringat dengan tetangga kampun yang punya golongan darah B. Saya hubungi dia, lantas ia menyanggupi. Karena sesuai, sekantong darahpun didapatkan. Tapi masih perlu satu kantong lagi.
Ada yang menyarankan cari ke tentara atau polisi. Tapi rekan yang lain melarang. " Prosedur cukup sulit," ujar rekan saya.
Lantas saya coba-coba datang kembali ke Tagana HSS. Mungkin ada jalan keluar. Terus terang saja baru kali ini saya menghadapi masalah seperti ini. Biasanya saya cuma membantu teman. Tinggal beres saja. Tapi kali ini saya sendiri yang menjalaninya.
Di sekretariat Tagana HSS ada dua orang anggota Tagana. " PakRieval tadi mau donor. Kalau mau nanti saya hubungi beliau. Karena sekarang ada di Pagar Haur ,"ujar anggota Tagana HSS itu.
Setelah mendapat kepastian saya kembali ke rumah sakit. Sambil menunggu kedatangan mereka. Akhirnya Pak Rieval Cahyadi datang bersama rekan-rekannya.
Di ruang laboratorium ia diperiksa. Namun hasilnya lagi-lagi tidak bisa didonorkan. Tekanan darahnya tinggi. Namun Alhamdulillah berkat Pak Rieval, dengan menghubungi rekannya yang lain, bernama Azhari, bisa mendonorkan darahnya. Sekantong darahpun menggenapi yang sudah ada.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu mendonorkan darahnya. Semoga kebaikan yang diberikan mendapat ganjaran setimpal dari Allah SWT. Amien....
SKETSA KU JUA
Sabtu, 26 Mei 2012
MEMANCING
Sebagian besar warga di Hulu Sungai Selatan terutama kaum laki-laki hobi
memancing. Baik itu sekedar hobi atau juga sudah menjadi mata
pencaharian. Mereka yang mengeluti pekerjaan ini bermacam-macam seperti
petani, guru, PNS, dsb.
Yang pasti dimana-mana mereka selalu ngobrol tentang memancing ikan. Tidak saja di warung tapi juga di pasar bahkan di tempat kerja. Mereka bicara mengenai tempat memancing ikan yang ramai didatangi orang. Juga hasil yang banyak dan ikannya besar-besar.
Menurut Suryani, salah seorang maniak mancing di Angkinang, biasanya para warga memancing ikan jenis papuyu (betok) dan haruan (gabus). " Yang paling digemari memancing ikan haruan, karena hasilnya cukup memuaskan, " ujar Isur, sapaan akrabnya.
Memancing ikan haruan juga sering disebut dengan mamair. Sedang umpan yang digunakan adalah kodok ukuran kecil. Sementara ukuran alat pancingnya tentu lebih besar dari joran papuyu.
Ketika memancing yang harus dibawa adalah keranjang, umpan, dan unjun pair. Menariknya karena hobi bagaimanapun beratnya medan tempat memancing tetap didatangi karena ramai ikan yang mematuk. Tak ada dikenal kata lelah.
Persediaan umpan yang banyak dan kawat harus diperhatikan. Agar tidak menyulitkan di belakang nanti. Ada semacam kepuasan batin dan kebanggaan bila kita mampu mendapatkan ikan yang terlalu besar ukurannya. Kepuasan akan makin bertambah kala melepas ikan dari kawat dan memasukannya ke dalam keranjang.
Pemancing ikan haruan di daerah ini banyak digeluti oleh warga yang berusia dewasa. Adapula yang sudah tua karena sudah berpengalaman. Seakan merekalah pakar memancing.
Memang bakat memancing ikan itu adalah keturunan. Persis apa kata peribahasa, buah tak akan jauh jatuh dari pohonnya. Kalau sang ayah pemancing ikan tentulah anaknya akan menjadi pemancing ikan pula. Karena memang sudah menjadi hobi. Daerah yang jauh sekalipun akan mereka datangi. Itulah penghobi memancing ikan yang ada di HSS.
Mereka berangkat secara rombongan menuju tempat memancing. Kalau jauh tujuannya mereka akan bermalam. Bila dekat maka paling lambat tengah malam mereka akan kembali pulang ke rumah.
Daerah tujuan yang sering didatangi seperti Bangkau, Nagara (HSS), Babirik, Danau Panggang (HSU), Batakan (Tanah Laut), sampai ke Pasir (Kaltim).
Dengan membawa tenda untuk bermalam di tempat pemancingan yang dituju. Karena pada malam hari biasanya ikan haruan yang dipancing sering mematuk. Sehingga hasil yang diperoleh akan lebih banyak. Juga ikan haruannya besar-besar.
Hasil memancing ini biasanya dibawa pulang ke rumah. Nantinya akan dijual atau dikonsumsi sendiri. Agar tahan lama bisa dibuat ikan kering yang disebut dengan garih haruan.
Semua itu merupakan peluang usaha bagi kita semua. Tinggal pilih. Daripada menganggur lebih baik digunakan ke hal yang bermanfaat. Seperti memancing ikan. Ambillah pancing dan datangilah tempat pemancingan yang banyak ikannya. Hasil yang cukup memuaskan tentu sangat diharapkan.
Yang pasti dimana-mana mereka selalu ngobrol tentang memancing ikan. Tidak saja di warung tapi juga di pasar bahkan di tempat kerja. Mereka bicara mengenai tempat memancing ikan yang ramai didatangi orang. Juga hasil yang banyak dan ikannya besar-besar.
Menurut Suryani, salah seorang maniak mancing di Angkinang, biasanya para warga memancing ikan jenis papuyu (betok) dan haruan (gabus). " Yang paling digemari memancing ikan haruan, karena hasilnya cukup memuaskan, " ujar Isur, sapaan akrabnya.
Memancing ikan haruan juga sering disebut dengan mamair. Sedang umpan yang digunakan adalah kodok ukuran kecil. Sementara ukuran alat pancingnya tentu lebih besar dari joran papuyu.
Ketika memancing yang harus dibawa adalah keranjang, umpan, dan unjun pair. Menariknya karena hobi bagaimanapun beratnya medan tempat memancing tetap didatangi karena ramai ikan yang mematuk. Tak ada dikenal kata lelah.
Persediaan umpan yang banyak dan kawat harus diperhatikan. Agar tidak menyulitkan di belakang nanti. Ada semacam kepuasan batin dan kebanggaan bila kita mampu mendapatkan ikan yang terlalu besar ukurannya. Kepuasan akan makin bertambah kala melepas ikan dari kawat dan memasukannya ke dalam keranjang.
Pemancing ikan haruan di daerah ini banyak digeluti oleh warga yang berusia dewasa. Adapula yang sudah tua karena sudah berpengalaman. Seakan merekalah pakar memancing.
Memang bakat memancing ikan itu adalah keturunan. Persis apa kata peribahasa, buah tak akan jauh jatuh dari pohonnya. Kalau sang ayah pemancing ikan tentulah anaknya akan menjadi pemancing ikan pula. Karena memang sudah menjadi hobi. Daerah yang jauh sekalipun akan mereka datangi. Itulah penghobi memancing ikan yang ada di HSS.
Mereka berangkat secara rombongan menuju tempat memancing. Kalau jauh tujuannya mereka akan bermalam. Bila dekat maka paling lambat tengah malam mereka akan kembali pulang ke rumah.
Daerah tujuan yang sering didatangi seperti Bangkau, Nagara (HSS), Babirik, Danau Panggang (HSU), Batakan (Tanah Laut), sampai ke Pasir (Kaltim).
Dengan membawa tenda untuk bermalam di tempat pemancingan yang dituju. Karena pada malam hari biasanya ikan haruan yang dipancing sering mematuk. Sehingga hasil yang diperoleh akan lebih banyak. Juga ikan haruannya besar-besar.
Hasil memancing ini biasanya dibawa pulang ke rumah. Nantinya akan dijual atau dikonsumsi sendiri. Agar tahan lama bisa dibuat ikan kering yang disebut dengan garih haruan.
Semua itu merupakan peluang usaha bagi kita semua. Tinggal pilih. Daripada menganggur lebih baik digunakan ke hal yang bermanfaat. Seperti memancing ikan. Ambillah pancing dan datangilah tempat pemancingan yang banyak ikannya. Hasil yang cukup memuaskan tentu sangat diharapkan.
Langganan:
Postingan (Atom)
Suasana Pagi Hari di Sekitaran RT 1 Desa Angkinang Selatan
Sabtu, 23 November 2024 Suasana yang terlihat di sekitaran RT 1 Desa Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan,...
-
Rabu, 26 Maret 2014 Plang penunjuk Makam Datu Taniran Desa Taniran Kubah Kec. Angkinang Kab. HSS Lokasi Makam D...
-
Sabtu, 30 Maret 2013 Selain ketupat dan dodol, apabila menyebut nama daerah pahuluan, khususnya Kandangan, sejurus tentu terbayang kes...