Senin, 29 Desember 2025
Ahad (28/12/2025) pagi
di Desa
Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang,
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, jarum
jam baru saja menyentuh pukul 08.00 WITA. Namun, suasana di hati saya sudah
jauh melampaui pagar rumah.
Hari itu, bersama Madan keluarga saya, memutuskan untuk membelah aspal
menuju Martapura, Kabupaten Banjar. Tujuannya satu : menghadiri Haul ke-21 KH Muhammad Zaini bin
Abdul Ghani
(Guru Sekumpul) atau Momen 5 Rajab
1447 H / 2025 M.
Saya duduk di bangku
boncengan. Sebuah posisi yang membiarkan mata saya bebas merekam setiap jengkal
perjalanan sejauh kurang lebih 100 kilometer ini. Perjalanan ini bukan sekadar
perpindahan fisik dari satu titik ke titik lain, melainkan sebuah ziarah batin
yang menggetarkan.
Sepanjang jalur lintas
dari Angkinang Selatan
menuju Martapura,
pemandangan luar biasa tersaji. Ribuan sepeda motor dan mobil bergerak bak
aliran sungai putih yang tenang. Di kiri dan kanan jalan, semangat persaudaraan
begitu terasa. Kami sempat beberapa kali singgah di rest area yang didirikan secara swadaya oleh warga.
Di sana, lelah kami
luruh bukan hanya karena duduk beristirahat, tapi karena sambutan hangat para
relawan. Menikmati sajian gratis yang diberikan—entah itu segelas air atau
kudapan ringan—membuat saya sadar betapa kuatnya daya pikat cinta kepada sang
ulama. Semua orang memberi tanpa pamrih, dan semua orang menerima dengan
syukur.
Malam Senin itu,
Martapura benar-benar memutih. Jutaan manusia berkumpul, namun ketenangan
justru terasa menyusup ke sela-sela riuh rendah suara jamaah. Saat lantunan Shalawat
dan doa mulai menggema di udara, rasanya segala kepenatan perjalanan 100
kilometer tadi hilang tak berbekas. Ada rasa haru yang sulit didefinisikan
dengan kata-kata ketika melihat lautan manusia bersatu dalam satu niat.
Berada di sana, di
tengah kerumunan yang santun, saya merasa kecil sekaligus beruntung. Perjalanan
berdua dengan keluarga ini menjadi momen "recharge" spiritual yang
sangat berharga.
Kini, setelah kembali
ke rumah di Angkinang Selatan, memori tentang perjalanan itu masih sangat
lekat. Debu jalanan, antrean motor, hingga suasana khusyuk menjadi bagian dari hidup
saya tahun ini.
Menuliskan ini adalah cara saya mengabadikan berkah yang saya rasakan. Bahwa sejauh apa pun jarak yang ditempuh, jika tujuannya adalah kebaikan, maka setiap putaran roda motor adalah langkah menuju kedamaian hati. Sampai jumpa di haul tahun depan, Insya Allah. (ahu)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar