Senin, 6 Desember 2010
Mahfuzah Hidayati 10 Desember jam 10:47 Laporkan
Nama: Mahfuzah Hidayati
TTL: Kandangan, 17 Juni 1989
Pendidikan Sekarang: Universitas Lambung Mangkurat/IPS/Pend.Sejarah
Alamat: Jl. Veteran Km. 5,5 Rt. 02 No. 31 Banjarmasin 70238
Nama Orang Tua: Akhmad Kusasi dan Siti Aminah
Hobi: membaca buku, mendengarkan musik dan jalan-jalan
prinsip hidup: lebih baik gagal dalam mencoba daripada tidak sama sekali di usahakan.
komentar:"historia magistra vitae/sejarah adalah guru kehidupan, dengan kata lain sejarah selalu dimulai dari diri sendiri baru bisa memberi contoh untuk orang lain, kalau menurut saya pribadi perhatian pemeritah tentang sejarah sendiri sudah cukup baik, terlihat dengan banyaknya buku-buku yang dihasilkan oleh tokoh-tokoh tertentu, walaupun untuk untuk aplikasinya cukup sulit.
MAHFUZAH HIDAYATI : siep,,2 lagi harapan.
Anak bu ruhayah(penulis pedoman putri),n pa syarifudin (ketua museum wasaka),.mungkin dlm wkt dkt ne dak k'rmh ank ibu ruhayah yg d-mtp..
No kontak u:085251291993
Nama: Mahfuzah Hidayati
TTL: Kandangan, 17 Juni 1989
Pendidikan Sekarang: Universitas Lambung Mangkurat/IPS/Pend.Sejarah
Alamat: Jl. Veteran Km. 5,5 Rt. 02 No. 31 Banjarmasin 70238
Nama Orang Tua: Akhmad Kusasi dan Siti Aminah
Hobi: membaca buku, mendengarkan musik dan jalan-jalan
prinsip hidup: lebih baik gagal dalam mencoba daripada tidak sama sekali di usahakan.
komentar:"historia magistra vitae/sejarah adalah guru kehidupan, dengan kata lain sejarah selalu dimulai dari diri sendiri baru bisa memberi contoh untuk orang lain, kalau menurut saya pribadi perhatian pemeritah tentang sejarah sendiri sudah cukup baik, terlihat dengan banyaknya buku-buku yang dihasilkan oleh tokoh-tokoh tertentu, walaupun untuk untuk aplikasinya cukup sulit.
MAHFUZAH HIDAYATI : siep,,2 lagi harapan.
Anak bu ruhayah(penulis pedoman putri),n pa syarifudin (ketua museum wasaka),.mungkin dlm wkt dkt ne dak k'rmh ank ibu ruhayah yg d-mtp..
No kontak u:085251291993
Mahfuzah Hidayati, seorang mahasiswi di Banjarmasin datang ke Perpustakaan Umum HSS. Ia mencari arsip koran lama Pedoman Puteri, untuk tugas kuliahnya. Namun ia kecewa karena yang ia cari tidak ada.
Dia mengaku sudah pula bergerilya mencari ke Museum Wasaka, Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru. Juga ke sejarawan dan budayawan banua. Seperti ke Burhanuddin Soebely, Jaseri, Yusni Antemas, dsb. Namun hasilnya nihil. (akhmad husaini)
Tolong pang siapa nah nang bisa mambantu ?
SUSAHNYA MENCARI ARSIP LAMA
Ini semacam sebuah pelajaran bagi lembaga berkompeten di Hulu Sungai Selatan maupun Kalimantan Selatan. Seorang mahasiswa kesulitan mencari arsip lama untuk menyelesaikan tugas kuliahnya. Ia pontang-panting mencari kemana saja tapi tak ketemu juga.
Mahfuzah Hidayati, mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Banjarmasin mengalami hal ini. Untuk sebuah tugas kuliah ia mencari arsip lama untuk penunjang, yakni majalah Pedoman Putri terbitan Kandangan.
Perludiketahui majalah ini terbit tanggal 3 Februari 1947 dipimpin oleh Rohayah Batun, Maserah, Siti Rupsinah, dan Siti Maslara. Karena situasi Kandangan saat itu yang kian memanas membuat majalah stensilan ini tak bertahan lama, tahun 1949 berhenti terbit.
Mahfuzah tertarik dengan hal ini, karena sesuai dengan jurusan di tempat ia kuliah. Akan tetapi untuk mendapatkannya tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Berbagai upaya telah dilakukan. Dia datang ke Museum Waja Sampai Kaputing di Sungai Jingah, Banjarmasin. " Tapi, kata pengelolanya masih dicarikan," ujar Mahfuzah.
Lantas perburuannya berlanjut ke tempat lain yakni Museum Negeri Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Juga tak membuahkan hasil.
Lantas ia ke Kandangan. Dia datangi budayawan yang pernah menulis tentang sejarah HSS. Tapi jawabannya sama, tidak ada lagi.
Berikutnya Mahfuzah mendatangi pelaku sejarah yang juga Ketua LVRI HSS, M.Jaseri. Juga ke tempat keluarga Rohayah Batun, pemimpin Pedoman Putri. Mereka mengaku tidak memiliki lagi koleksinya.
Harapan tertumpu kepada Kantor Perpustakaan, Dokumentasi, dan Arsip Daerah (KPDAD) HSS. Tapi sangat disayangkan respon mereka kurang bagus. " Kami tak memilkinya. Cari kelain saja," ujar Mahfuzah menirukan jawaban petugas KPDAD HSS.
Beginilah potret kearsipan d banua kita. Semoga ini menjadi pelajaran dan pengalaman berharga bagi kita semua.
" Sejarah itu perlu. Agar kita termotivasi menjalani kehidupan dan tahu perkembangan masa lalu. Semoga biidang kearsipan di banua kita dapat dibenahi dan mendapat perhatian instansi terkait," harap Mahfuzah.
Dia mengaku sudah pula bergerilya mencari ke Museum Wasaka, Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru. Juga ke sejarawan dan budayawan banua. Seperti ke Burhanuddin Soebely, Jaseri, Yusni Antemas, dsb. Namun hasilnya nihil. (akhmad husaini)
Tolong pang siapa nah nang bisa mambantu ?
SUSAHNYA MENCARI ARSIP LAMA
Ini semacam sebuah pelajaran bagi lembaga berkompeten di Hulu Sungai Selatan maupun Kalimantan Selatan. Seorang mahasiswa kesulitan mencari arsip lama untuk menyelesaikan tugas kuliahnya. Ia pontang-panting mencari kemana saja tapi tak ketemu juga.
Mahfuzah Hidayati, mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Banjarmasin mengalami hal ini. Untuk sebuah tugas kuliah ia mencari arsip lama untuk penunjang, yakni majalah Pedoman Putri terbitan Kandangan.
Perludiketahui majalah ini terbit tanggal 3 Februari 1947 dipimpin oleh Rohayah Batun, Maserah, Siti Rupsinah, dan Siti Maslara. Karena situasi Kandangan saat itu yang kian memanas membuat majalah stensilan ini tak bertahan lama, tahun 1949 berhenti terbit.
Mahfuzah tertarik dengan hal ini, karena sesuai dengan jurusan di tempat ia kuliah. Akan tetapi untuk mendapatkannya tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Berbagai upaya telah dilakukan. Dia datang ke Museum Waja Sampai Kaputing di Sungai Jingah, Banjarmasin. " Tapi, kata pengelolanya masih dicarikan," ujar Mahfuzah.
Lantas perburuannya berlanjut ke tempat lain yakni Museum Negeri Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Juga tak membuahkan hasil.
Lantas ia ke Kandangan. Dia datangi budayawan yang pernah menulis tentang sejarah HSS. Tapi jawabannya sama, tidak ada lagi.
Berikutnya Mahfuzah mendatangi pelaku sejarah yang juga Ketua LVRI HSS, M.Jaseri. Juga ke tempat keluarga Rohayah Batun, pemimpin Pedoman Putri. Mereka mengaku tidak memiliki lagi koleksinya.
Harapan tertumpu kepada Kantor Perpustakaan, Dokumentasi, dan Arsip Daerah (KPDAD) HSS. Tapi sangat disayangkan respon mereka kurang bagus. " Kami tak memilkinya. Cari kelain saja," ujar Mahfuzah menirukan jawaban petugas KPDAD HSS.
Beginilah potret kearsipan d banua kita. Semoga ini menjadi pelajaran dan pengalaman berharga bagi kita semua.
" Sejarah itu perlu. Agar kita termotivasi menjalani kehidupan dan tahu perkembangan masa lalu. Semoga biidang kearsipan di banua kita dapat dibenahi dan mendapat perhatian instansi terkait," harap Mahfuzah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar