Kamis, 01 Februari 2018

Puisi Akhmad Husaini Dikirim ke Kliping Sastra Indonesia (Februari 2018)

Jumat, 2 Februari 2018


Redup Waktu Menghela Napas Ambisi

Kecamuk rindu di malam keramat
hujan lebat di malam Jumat
kau kira apa arti semua ini
agar kau tak menjadi sombong
nikmat hidup jadi orang biasa
raih rejeki dari mengais segala rasa

Redup waktu menghela napas ambisi
terus merubung rutin setiap sendu
berbuat kebajikan sepanjang hari
jangan terlena dengan keadaan ini
berpetualang menyisi isi hati
rentan kecamuk rusak siapa bersalah

Kadong menikam segera meresah
sahabat perangai wajah purnama
memintas harapan di ujung sempana
menikmati sunyi dalam keadaan yang pasti
semua berawal dari tanah yang menyisi
kau sangka apa ini sekarang meniti

Aku ingin terus menulis sepanjang hari
dari penjelmaan waktu berkelindan sebanyak senyuman
memaknai cahaya rindu mendera sempurna
beradu pandang merinai hari-hari berperi
jauh dari kolaborasi sunyi ketentuan nyata
rasa cair bersua pendam kentara mengada

Kandangan, 23 Desember 2016



Semampai Rindu Mendera Beribu Wacana

Sunyi meratap malam yang jalang
aku harus jadi penulis hebat katanya
ini kesenangan yang sungguh luar biasa
akulah sang juara katanya lagi
ketika hujan lebat di malam merindu
fokus pada banyak kesunyian diri

Semampai rindu mendera beribu wacana
sunyi merangkai jejak meredam
aku akan terus menulis sepanjang harapan
kau cerna diri yang melankolis
terus memberi arti kepada semua orang
seloka waktu menuju harapan tentu

Sungguh ini hal yang teramat membahagiakan
menjaga keutuhan umat beragama
rangkai kebijakan yang prestisius
memugar rentak kemudian diri yang tegas
lelakon diri yang terus berserah
jompak waktu merampas arti

Dari bujuk rayu hidup yang kentara
terus menulis sepanjang manfaat
mimpi merindu serpihan gejolak
tajam akal pikiran menikmati canda
aku tidak kepikiran seperti itu
batas kembara semangat tinggi


Yakin semua berlangsung aman dan damai
senyum sunyi ketidaknyamanan itu sekarang
jaman sudah canggih semua termudahkan
ingin berbeda dengan yang lain
peninggalan menakjubkan di bawah kalut
menjaga waktu sepanjang malam

Kandangan, 25 Desember 2016



Gebalau Waktu Kian Menghimbau

Bersua nyata di ujung jelita menyerta
tangguh menanti terawangan janji seksama
punya ide gemilang langkah berkelit merona
berharap hadir mimpi-mimpi indah bersua
wujud sunyi menimbang sepenuh diri mendera

Gebalau waktu kian menghimbau
akan datang tabiat musim yang lalu
menulis dengan sepenuh kebijakan
tahun ini galau meredakan budak
apa penyebab semua itu kian tersedak

Biar menepis jalan saling meninggi
sungguh ini hal yang teramat lumrah
pejam suara menakdir ambisi
derai ketentuan memagut segala mesti

Banyak puisi yang harus aku tuliskan
tak ada respon yang bagus
jadilah pemenang yang rendah hati
satu tujuan ikatan yang lantang
ajak aku dengan suasana dinamis

Apa keharusan yang menyisi hati
jangan meretas janji bersisian
kebulatan tekad janji masyarakat
aku harus tahu dengan hal itu
siapa yang memberi pengharapan
kepada aku di tahun ini yang mapan

Saat kegagalan menimpa diri
bila semua memang sudah nyata
situasi kekinian  dan modern
menyumpah sunyi dalam habitat legam
tercetus kala mengalami kekalahan dan kegagalan
kepak sayap musim di ujung kelindan

Kandangan, 28 Desember 2016



Gempita Lirih Mengatur Sengketa Layu

Bebas berpantang di tambatan meniti
bidik impian lajang memburu laku
terbuai perasaan tinggi batin memantau
sebuah kepastian yang teramat bijak
jangan pernah menebar rindu seteru
aku harus bangga dengan keadaan ini

Toleransi menguji derai gerimis berpaduan
peningkatan ekonomi masyarakat sekitar
jauh menebar jangkauan penghantar
selalu ada hilir mudik penerapan
kisah kasih teramat indah bersampiran

Gempita lirih mengatur sengketa layu
lerai candaan hakikat berpasrah
lantas paduan dendam menuju ragu
hidup dari sandera keinginan sejahtera
ada rencana hasil menulis nyata
rejeki awal akan dibagi-bagi

Dengan orang lain aku teramat kenal
senalar waktu dalam alun yang menjalin
itu arti yang tulus dan ikhlas
teruslah jadi orang yang baik-baik
berkumpul menebar arti yang bermakna

Kandangan, 22 November 2017



Rintih Pilu Menegas Aturan Seksama

Ada banyak keinginan menyerta perjalanan
selalu ingin bersamanya kapan dimanapun saja
beredar seraya memapah bijak berperi
berarak lecut menikmati jalan berpantang
sampiran diri piasat berbimbangan

Rintih pilu menegas aturan seksama
aku ada arah sepi yang terus mengerling
seiring waktu yang terus berjalan
igau lirih tambatan hati yang pasti
pengaruh alur waktu yang tandas

Tertatih menepi jejak sengkarut perdaya
sungguh tertanam alur jelas menimpa
prasangka naluri bersisian ketetapan
kapan saja bisa mengaku suka
bersyukur atas segala nikmat yang ada
mengemas suasana saling berbeda

Kita selangkah menanti bersama
ajak kehendak tafakur rindu yang syahdu
menulis apa saja yang kau suka
tebar senyum dan kebaikan dimana saja
pengaruh nyata dalam nalar membias
ketika semuanya berhasil saling bersinergi

Kandangan, 26 Desember 2017



Meniku Sembilu Merayu Lagu Bersatu

Warnai hari-hari dalam gejolak cumbu merayu
status restu saling menangkis kemalasan
lajur yang sama melintas penjuru tentu
kehendak yang dihadapi remang membius
jemu waktu beradu arah yang meramu restu

Meniku sembilu merayu lagu bersatu
perdaya sentosa menanda arti yang sama
nyanyian angkuh semburat menata gebalau
datang meringkih tepian irama sembilu

Niatkan untuk silaturrahmi dan ibadah kepada Allah
nikmat diberi hidup sehat dan berkhidmat
lirih sentimen mengajarkan terpaan tabiat
terpana sungguh beradu langgam kemaruk
menoreh ragam kemelut selalu sangkut

Cerita syahdu lakuan akut melambai rakat
tajam pengaruh pantauan senarai sempit
bayang kenangan silam memindai himpit
dulu memang sering itu yang aku rasa
sekarang merenda kenyataan yang dihadapi

Kandangan, 26 Desember 2017



Terpaan Kalut Nyanyian Rindu Membelit

Meramu tuju hentak usia berlanjut
bangga sendu semu menuju akut
ingin selalu lebih dari yang lain
terus berlari seiring janji menanti
selalu ada hal baru yang didapatkan
hutan dan hujan satu ikatan kepastian

Jalan pengaruh menanti sapaan bertalian
aku kadang merasa malu sendiri dengan hal itu
pencapaian hebat yang pernah ada menimpa
jalinan kepastian harapan menyerta tepi
kepada mereka kita bisa saling memberi

Terpaan kalut nyanyian rindu membelit
taruhan upaya menggayut sendu berkelit
bertemu banyak orang adalah kepastian sungguh
bentangan Meratus merajam angkuh Banua
saling memantau arus gemulai wibawa menyerta
tali temali menjalin piranti multiguna

Deru prasangka menubir cahaya irama
senyap merayap upaya mendedah ratap
tinggi lamunan berbalik arah hampa tatapan
berbenah kenalan akrab merajut padanan
tuntas memburu lautan semangat kekuatan
untuk terus memberi tatanan pengaruh rentan

Kandangan, 26 Desember 2017



Akhmad Husaini : lahir di Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, 18 November 1979. Aktif menulis sejak tahun 1996, saat masih duduk dibangku MAN 2 Kandangan. Karyanya berupa puisi, cerpen, artikel, dsb pernah dipublikasikan di media cetak terbitan lokal Kalsel. Juga di media online / daring,  baik yang ada di Kalsel maupun nasional. Puisinya termuat dalam beberapa buku kumpulan puisi sastrawan Kalsel. Sekarang bekerja sebagai Staf Tata Usaha MTsN 3 HSS dan berdomisili di Desa Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten HSS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suasana di Ruang Tata Usaha MTsN 3 HSS Selasa Pagi

 Selasa, 14 Mei 2024 Suasana di ruang Tata Usaha MTsN 3 HSS, pada  Selasa (14/05/2024) pagi. (ahu)