Kamis (08/12/2016) pukul 14.00 WITA saya
bajalanan ke Barabai, Kabupaten Hulu
Sungai Tengah (HST) dengan teman se kampung bernama Rizal. Berjarak sekitar 30
kilometer dari Angkinang, tempat saya tinggal. Kesana naik sepeda motor yang
sudah butut.
Di Simpang Birayang sempat terjadi
insiden kecil. Motor saya ditabrak dari belakang oleh pengendara motor. Salah
saya sendiri karena tidak menoleh ke belakang kala mau menyeberang. Jarak
pengendara tersebut cukup dekat sekali.
Pikiran saya tak tentu arah saat itu.
Akibatnya bagian spakbur belakang himpal. Syukur Alhamdulillah tidak terjadi
yang cukup parah. Sesudah itu saya sangat berhati-hati dalam bersepeda motor. Tak ingin lagi kecelakaan
terjadi, seperti pernah saya alami awal tahun lalu. Saya sudah trauma.
Saya dan Rizal menuju Masjid Mubarak Birayang
untuk menunaikan shalat Ashar. Kebetulan bertemu Hariadi atau Guru, teman akrab
kami yang berasal dari Labung Anak, Kecamatan Batang Alai Utara, Kabupaten HST.
Setelah shalat Ashar kami menuju ke
Limpasu, rencana mau ke Warung Jus Limpasu. Tetapi Hariadi mengajak kami ke Pihandam.
Tepatnya ke rumah Guru Samuji. Rumah beliau berada di depan Masjid Pihandam.
Sebeluam masuk ke rumah beliau kami beristirahat
di sebuah warung yang berjarak sekitar 5 meter dari rumah Guru Samuji. Disini kami
menkmati minuman dan jagung rebus. Setelah itu tamu mulai diterima Guru Samuji.
Satu persatu tamu yang datang beranjak, tinggal kami yang menunggu.
Kami kemudian masuk dan bersalaman. Guru
Samuji duduk di kursi, kami di bawaha duduk bersimpuh. Hariadi memanggil beliau
dengan kata Abah. Ia mulai menyampaikan beberapa pertanyaan. Satu persatu Guru
Samuji menjawab pertanyaan Hariadi. Setelah itu meluncur petuah-petuah bijak
dari beliau.
Menurut Guru Samuji sering datang
ketempatnya orang yang mau masuk Islam. Ada dari Kalteng dan Kotabaru. Dimana
beliau setiap hari tertentu menggelar pengajian agama di rumahnya. Menjelang Maghrib
perbincangan baru selesai. Kami bersalaman dan pamit pulang.
Kami shalat Maghrib di sebuah Langgar di
Karatungan, Kecamatan. Setelah itu rencananya mau menikmati mie ayam dan bakso
di Birayang, tapi warungnya tutup.
Kami putuskan ke rumah Hariadi saja di
Labung Anak. Di Dangu, Kecamatan Batang Alai Utara, kami kehujanan usai shalat Maghrib. Hujannya cukup lebat sekali diiringi
dengan angin kencang. Kami berhenti di sebuah gardu pos ronda.
Kebetulan juga sepeda motor Hariadi
kehabisan bahan bakar. Untuk menuju rumah Hariadi di Labung Anak kami batarik. Saya dibonceng Hariadi dengan
motor saya. Sementara Rizal memakai sepeda motor Hariadi.
Untung di jalan ada kios penjual BBM.
Premium habis yang ada hanya pertalite. Tiba di rumah Hariadi. Saat itu
isterinya Halimah sedang membuat kerajinan tangan berupa manik-manik. Kami lalu
shalat Isya berjamaah dengan imam Hariadi, saya Qamat.
Usai shalat Isya berjamaah kami makan
malam. Hujan tak juga reda, kami pamit pulang. Kalau manaduhakan hujan takut kalandungan
pulang ke Angkinang.
Hujan menemani perjalanan sepanjang jalan
dari Labung Anak ke Angkinang, sepanjang kurang lebih 40 kilometer.
Untung Rizal membawa jas hujan dua buah.
Untuk saya satu, dan untuk Rizal satu. Kami pulang menerebas hujan dengan laju
kendaraan seadanya saja, tidak laju.
Sampai di rumah pukul 22.30 WITA. (akhmad husaini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar