Jumat, 09 Desember 2016

Perjalanan Penuh Hikmah ke Barabai

Sabtu, 10 Desember 2016


Kamis (08/12/2016) pukul 14.00 WITA saya bajalanan ke Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) dengan teman se kampung bernama Rizal. Berjarak sekitar 30 kilometer dari Angkinang, tempat saya tinggal. Kesana naik sepeda motor yang sudah butut.

Di Simpang Birayang sempat terjadi insiden kecil. Motor saya ditabrak dari belakang oleh pengendara motor. Salah saya sendiri karena tidak menoleh ke belakang kala mau menyeberang. Jarak pengendara tersebut cukup dekat sekali.

Pikiran saya tak tentu arah saat itu. Akibatnya bagian spakbur belakang himpal. Syukur Alhamdulillah tidak terjadi yang cukup parah. Sesudah itu saya sangat berhati-hati dalam  bersepeda motor. Tak ingin lagi kecelakaan terjadi, seperti pernah saya alami awal tahun lalu. Saya sudah trauma.

Saya dan Rizal menuju Masjid Mubarak Birayang untuk menunaikan shalat Ashar. Kebetulan bertemu Hariadi atau Guru, teman akrab kami yang berasal dari Labung Anak, Kecamatan Batang Alai Utara, Kabupaten HST.

Setelah shalat Ashar kami menuju ke Limpasu, rencana mau ke Warung Jus Limpasu. Tetapi Hariadi mengajak kami ke Pihandam. Tepatnya ke rumah Guru Samuji. Rumah beliau berada di depan Masjid Pihandam.

Sebeluam masuk ke rumah beliau kami beristirahat di sebuah warung yang berjarak sekitar 5 meter dari rumah Guru Samuji. Disini kami menkmati minuman dan jagung rebus. Setelah itu tamu mulai diterima Guru Samuji. Satu persatu tamu yang datang beranjak, tinggal kami yang menunggu. 

Kami kemudian masuk dan bersalaman. Guru Samuji duduk di kursi, kami di bawaha duduk bersimpuh. Hariadi memanggil beliau dengan kata Abah. Ia mulai menyampaikan beberapa pertanyaan. Satu persatu Guru Samuji menjawab pertanyaan Hariadi. Setelah itu meluncur petuah-petuah bijak dari beliau.

Menurut Guru Samuji sering datang ketempatnya orang yang mau masuk Islam. Ada dari Kalteng dan Kotabaru. Dimana beliau setiap hari tertentu menggelar pengajian agama di rumahnya. Menjelang Maghrib perbincangan baru selesai. Kami bersalaman dan pamit pulang.

Kami shalat Maghrib di sebuah Langgar di Karatungan, Kecamatan. Setelah itu rencananya mau menikmati mie ayam dan bakso di Birayang, tapi warungnya tutup.

Kami putuskan ke rumah Hariadi saja di Labung Anak. Di Dangu, Kecamatan Batang Alai Utara,  kami kehujanan usai shalat  Maghrib. Hujannya cukup lebat sekali diiringi dengan angin kencang. Kami berhenti di sebuah gardu pos ronda.

Kebetulan juga sepeda motor Hariadi kehabisan bahan bakar. Untuk menuju rumah Hariadi di Labung Anak kami batarik. Saya dibonceng Hariadi dengan motor saya. Sementara Rizal memakai sepeda motor Hariadi.

Untung di jalan ada kios penjual BBM. Premium habis yang ada hanya pertalite. Tiba di rumah Hariadi. Saat itu isterinya Halimah sedang membuat kerajinan tangan berupa manik-manik. Kami lalu shalat Isya berjamaah dengan imam Hariadi, saya Qamat.

Usai shalat Isya berjamaah kami makan malam. Hujan tak juga reda, kami pamit pulang. Kalau manaduhakan hujan takut kalandungan pulang ke Angkinang.

Hujan menemani perjalanan sepanjang jalan dari Labung Anak ke Angkinang, sepanjang kurang lebih 40 kilometer.

Untung Rizal membawa jas hujan dua buah. Untuk saya satu, dan untuk Rizal satu. Kami pulang menerebas hujan dengan laju kendaraan seadanya saja, tidak laju. Sampai di rumah pukul 22.30 WITA. (akhmad husaini)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menengok Sejenak Hiyung Tapin Sepulang dari Marabahan

 Ahad, 23 November 2025 Suasana di sekitaran Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin, pada hari Ahad (16/11/2025) siang. Sepula...