![]() |
Fauzal Bahri |
Oleh
: Khaerul Anwar
Kaki
kiri Fauzal Bahri diamputasi hingga bawah dengkul akibat kecelakaan sepeda
motor 10 tahun lalu. Sempat terguncang, pemuda itu bangkit dan membuat sendiri
kaki palsu. Kini, lewat keterampilan itu, ia bahkan membantu banyak orang yang
membutuhkan karyanya.
Fauzal
Bahri (30) memproduksi kaki palsu dari bahan yang mengandung fiberglass
dan serabut kelapa. Atas prestasinya itu, ia meraih juara III Lomba Inovasi
Teknologi Tepat Guna Nasional 2016.
"Inilah
berkah kerja sambil beramal," katanya saat ditemui di Dusun Bangle, Desa
Pesanggrahan, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, akhir November.
Pemuda
itu lantas menceritakan detik-detik dramatis yang menimpanya pada 2006. Suatu
pagi, ia memacu sepeda motor dengan kecepatan tinggi dari tempat kosnya di kota
Selong, ibu kota Lombok Timur, menuju kampusnya, Sekolah Tinggi Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Nahdlatul Wathan, di Kelurahan Pancor, Lombok Timur.
Dalam
kecepatan tinggi tiba-tiba roda depan sepeda motor itu meleset jatuh ke kiri.
Motor itu menimpa tubuh Fauzal. Pergelangan tangan kanannya patah. Kaki kirinya
luka parah sehingga harus diamputasi.
"Saya
tidak tahu kenapa bisa jatuh. Yang saya tahu, saya sudah di rumah sakit dan
harus diamputasi. Saya pasrah," tuturnya.
Sekitar
tiga bulan di Rumah Sakit (RS) Dr Soedjono, Selong, Fauzal diizinkan pulang.
Hidup "terasing" di dalam rumah, tidak bisa jalan, dan dikucilkan
oleh temannya terus menggelayuti benaknya. Untuk membeli kaki palsu,
orangtuanya tidak mampu.
Namun,
setelah berusaha keras, semangat hidup Fauzal berangsur-angsur pulih. Apalagi,
rekan-rekannya acap kali menjenguk dan menyuntikkan motivasi kepadanya.
Tahun
2007, ia berinisiatif membuat kaki palsu berbahan pipa paralon. Tetapi, ia
harus kerap berganti kaus kaki demi mengurangi rasa sakit dan kulit yang lecet
akibat bergesekan dengan pipa. Tahun 2011, ia mencoba membuat kaki palsu
berbahan fiberglass, serat pohon pisang, dan serat bambu.
Hanya
saja, jika menggunakan fiberglass yang terlalu tipis, kaki palsu itu
gampang retak sehingga tidak ta-han menyangga berat badan. Namun, apabila pakai
fiberglass lebih tebal, maka kaki palsu itu menjadi lebih berat.
Pengerjaan serabut pohon pisang dan serabut bambu sebagai pengikat bahan serat
kaca itu agak ribet. Bahan itu perlu dikeringkan selama berhari-hari.
Baru
pada 2015 Fauzal menemukan bahan yang lebih pas untuk produk kaki palsu, yaitu fiberglass
yang diikat dengan serat serabut kelapa. Dengan olahan material ini, kaki palsu
menjadi lebih ringan, tahan lama, lebih pegas, dan nyaman dipakai.
"Mau
bukti?" kata Fauzal, lalu melompat beberapa kali dengan disangga kaki
palsu karyanya.
Kemampuan
pemuda itu membuat kaki palsu didapat dari membaca sejumlah referensi, selain
pernah bekerja pada bengkel perawatan mobil. Di bengkel, ia terbiasa meracik
komponen bemper mobil berbahan fiberglass, mengampelas, dan mengecatnya.
Kini pengalaman itu dimanfaatkan untuk membantu orang lain yang menderita cacat
kaki bawaan ataupun akibat kecelakaan.
Terapi
Fauzal Bahri
Lahir:
Dusun
Bangle, 15 November 1986
Orangtua:
Tarif
(ayah) dan Maisah (ibu).
Pendidikan:
SDN
5 Montong Betok, Lombok Timur (lulus tahun 1999)
MTs
Nahdlatul Wathan , Perian, Lombok Timur (lulus 2003)
MA
Nahdlatul Wathan Perian (lulus 2005)
Universitas
Terbuka Bidang Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (lulus 2016)
Penghargaan:
Juara
I Lomba Teknologi Tepat Guna dan Produk Unggulan Kabupaten Lombok Timur 2015
Juara
I Lomba Anugerah Teknologi Tepat Guna Provinsi NTB 2015
Sedikitnya
100 kaki palsu sudah Fauzal produksi. Selain di Lombok, pengguna karyanya
berasal dari Pulau Sumbawa; Bali; dan Bogor, Jawa Barat. Satu kaki palsu di
bawah lutut biasanya dijual Rp 3 juta. Satu kaki palsu di atas lutut seharga Rp
4 juta. Harga itu sudah termasuk biaya makan-minum pengguna yang harus menginap
di rumahnya.
Selama
menginap, bisa tiga hari sampai seminggu, Fauzal juga memberikan terapi
psikologis kepada calon pengguna. Mereka diajak ngobrol demi menumbuhkan
motivasi dan kepercayaan dirinya.
Setiap
calon pengguna juga diajari tentang cara berdiri dan mengatur keseimbangan
tubuh saat menggunakan kaki palsu. Misalnya, apabila naik tangga, sebaiknya
dahulukan kaki normal. Jika turun tangga, kaki palsu mendahului kaki asli. Cara
itu dilakukan untuk mengurangi tumpuan berat badan pada kaki palsu.
Fauzal
kerap dipanggil rumah sakit di Selong untuk menyiapkan karyanya bagi pasien
baru. "Pasien akibat kecelakaan sepeda motor umumnya baru bersedia
diamputasi apabila ada kepastian kaki penggantinya. Makanya, saya selalu
dipanggil untuk memberikan motivasi kepada pasien dan saya menjanjikan untuk
membuatkan kaki palsu," paparnya.
Bertani
Tidak
hanya menunggu pemesan, Fauzal juga memberikan perhatian para penderita cacat
kaki yang sebagian mengemis di pinggir jalan. Salah satunya seorang warga
Lombok Timur yang kaki kanannya diamputasi. Fauzal membuatkan kaki palsu gratis
buat lelaki itu, dan dengan produk itu, ia bisa bekerja secara normal, bahkan
menjadi pengusaha yang sukses.
Bisa
dibilang, Fauzal adalah juga seorang motivator. Dengan kekurangannya, ia tetap
aktif berkegiatan dan bersosialisasi, seperti bermain bulu tangkis, menjadi
perakit instalasi listrik, bahkan bertani. Sebagian orang tidak menyangka bahwa
pemuda itu menggunakan kaki palsu karena mampu naik atap rumah, memasang kabel
instalasi listrik, ataupun memasang colokan listrik di dinding.
Begitu
juga saat bekerja di sawah, Fauzal bekerja seperti manusia normal saat bercocok
tanam. Ia memiliki 38 are (1 are setara 100 meter persegi) sawah yang ditanami
cabai, tomat, dan sayur-sayuran. Dari total areal itu, ia bisa memanen 2,5
kuintal cabai. Ia bahkan sempat menikmati harga jual cabai yang pernah mencapai
Rp 50.000 per kilogram dua pekan terakhir November lalu.
Dari
hasil menjual cabai, dan jasa sebagai pemasang instalasi listrik, Fauzal bisa
membantu kehidupan keluarganya. Ia juga merenovasi rumahnya menjadi rumah
permanen yang sekaligus dijadikan tempat praktik membuat kaki palsu serta
penginapan untuk calon pengguna produknya.
Menurut
Fauzal, banyak orang di Lombok yang memerlukan bantuan kaki palsu karena tidak
memiliki biaya membeli alat bantu berjalan itu. Sebagian dari mereka adalah
petani dan buruh tani dengan penghasilan terbatas.
Saat
bersamaan, perhatian terhadap penyandang disabilitas masih kurang. Di
tempat-tempat umum belum banyak tersedia fasilitas bagi mereka.
Melalui
media sosial, Fauzal mengajak para donatur untuk membantu orang-orang yang
membutuhkan kaki palsu. "Sudah ada beberapa donatur yang menyumbang dana,
tetapi jumlahnya masih kurang dibandingkan dengan orang-orang yang membutuhkan
kaki palsu," tuturnya.
Harapannya,
pada peringatan Hari Disabilitas Internasional setiap 3 Desember, semua
kalangan mau meningkatkan perhatian bagi kalangan berkebutuhan khusus.
"Kalau saya inginnya mau bikin kaki palsu gratis untuk kalangan
difabel," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar