Sabtu, 17 Mei 2014
Kokohnya bangunan Mesjid TAQWA yang ada di pasar Kandangan , bukan
berarti bangunan maesjid tersebut masih kokoh sejak dibangun pada zaman
Belanda (seperti ditulis wartawan SK – Pty. Kandangan), tapi karena
dibangun dengan arsitektur modern yang kini kita lihat bersama. Padahal
bangunan mesjid Taqwa yang asli itu masih kuat, bahkan beberapa tiang
penyangganyapun masih kuat, banyak kalangan mempermasalahkan hal ini.
Hingga akhirnya sebagian tokoh masyarakat dan Badan Pangurus
Kesejahteraan Mesjid tidak lagi ikut bergabung di kepengurusan mesjid
Taqwa, bahkan sebagian lagi bertekad membangun sebuah mesjid lagi. Namun
sangat disayangkan pembangunan mesjid yang baru ini masih tidak terlalu
jauh dengan mesjid Taqwa, yang tentunya menimbulkan polemik informal
kembali, – ini menyangkut masalah aturan dan hukum sesuai dengan syariat
Islam. Konon ada beberapa ulama yang tidak membenarkan pendirian mesjid
tersebut.
Di lain tempat, mesjid NUR yang terletak di simpang 10 Batang Kulur Kecamatan Sungai Raya – HSS, senasib dengan mesjid Taqwa Kandangan. Menurut cerita-cerita orang tua, bahkan mesjid tersebut dibangun oleh seorang Datu yang bernama Ramanggala alias Ida Manggala di gunung Menteng – telaga Cirat (sekarang anak Desa Batang Kulur Kiri). Karena penghuninya yang selalu berkurang, maka mesjid dipindah ke muara Taal. Kemudian dipindah lagi ke simpang 10 Batang Kulur. Dari sejak pembuatan hingga pemindahan sampai ke simpang 10 Batang Kulur semuanya menggunakan
dibangun. Sebab pasar Amandit masih belum optimal penggunaannya, tinggal mekanisme PEMDA saja lagi.
—- * —-
Bangunan apa yang dapat kita informasikan kepada anak – cucu kita sebagai bangunan tua yang berada di sekitar perkotaan?
Memang masih tersisa bangunan tua yang masih terawat, seperti Mesjid Ba-angkat di Wasah, rumah pusat perjuangan di Durian Rabung, Langgar di Kalimput, Rumah di Karang Jawa, dll sebagai bukti sejarah perjuangan Amandit. Tapi keberadaannya tidak langsung dapat dilihat, memerlukan waktu dan route jalan tertentu kalau kita ingin melihatnya.
Di lain tempat, mesjid NUR yang terletak di simpang 10 Batang Kulur Kecamatan Sungai Raya – HSS, senasib dengan mesjid Taqwa Kandangan. Menurut cerita-cerita orang tua, bahkan mesjid tersebut dibangun oleh seorang Datu yang bernama Ramanggala alias Ida Manggala di gunung Menteng – telaga Cirat (sekarang anak Desa Batang Kulur Kiri). Karena penghuninya yang selalu berkurang, maka mesjid dipindah ke muara Taal. Kemudian dipindah lagi ke simpang 10 Batang Kulur. Dari sejak pembuatan hingga pemindahan sampai ke simpang 10 Batang Kulur semuanya menggunakan
dibangun. Sebab pasar Amandit masih belum optimal penggunaannya, tinggal mekanisme PEMDA saja lagi.
—- * —-
Bangunan apa yang dapat kita informasikan kepada anak – cucu kita sebagai bangunan tua yang berada di sekitar perkotaan?
Memang masih tersisa bangunan tua yang masih terawat, seperti Mesjid Ba-angkat di Wasah, rumah pusat perjuangan di Durian Rabung, Langgar di Kalimput, Rumah di Karang Jawa, dll sebagai bukti sejarah perjuangan Amandit. Tapi keberadaannya tidak langsung dapat dilihat, memerlukan waktu dan route jalan tertentu kalau kita ingin melihatnya.
Kandangan rasanya tidak pantas lagi untuk menyandang nama salah satu Kota Tertua di Kalimantan Selatan.
—- * —-
by: A. Patria
Ketua Barisan Muda Kosgoro HSS. murni tenaga manusia.
Sekarang peninggalan itu sudah tidak ada cirinya lagi, sampai tiang penyangga yang empat-pun sudah dibabat dengan chain shaw (sin so). Padahal awalnya hanya ingin direhabilitasi saja.
Hati-hati …., siapapun bias membangun mesjid, tapi belum tentu bias membangun kehidupan mesjid. Banyak mesjid yang hidup Cuma seminggu sekali, yaitu hari jum’at saja ditambah 2 hari raya, fithri dan adha.
Hirupan udara segar dari siraman rokhani dan majelis ta’lim ….
Hembusan nafas dari peringatan hari-hari besar Islam …., dan Hentakan langkah tadarus dan baca Al-Qur’an ….. yang merupakan cirri hidupnya sebuah mesjid, kini hampir-hampir tidak ada di beberapa mesjid.
Diharapkan juga kepada Tokoh Masyarakat dan para Ulama, agar jangan sampai kita diadu oleh orang-orang kafir, atau diperalat oleh orang munafik. Mesjid kita dibangun oleh orang munafik, dia bisa bangun, dis bisa apa saja dengan mengatas namakan Islam, tapi …., dia menginginkan sesuatu untuk kepentingan dia sendiri atau golongannya. Dimana-mana ucapannya selalu mengatasnamakan agama, dimana-mana para ulama dirangkulnya, tapi dia tidak pernah menurut apa kata Ulama ….
Di dunia ini hanya ada 3 golongan umat manusia, orang beriman, orang kafir dan orang munafik.
—- * —-
RAMU, singkatan Rakat Mufakat. Ada sebuah gedung yang mencerminkan, bahkan sebagai sarana Untuk bermusyawarah di kalangan masyarakat Kandangan, gedung RAMU. Gedung satu-satunya yang selalu digunakan aktivitas perkumpulan pada zamannya.
Kini zaman sudah berubah ….. Gedungpun musnah …. “sim sala bim !”, berubahlah gedung Ramu jadi Taman Bermain Anak. Padahal gedung masih layak untuk dipakai….. dan menurut informasi yang tidak bersumber, status Taman Bermain Anak ini masih dalam sengketa. Benarkah ??? Wallahu A’lam.
Dari manfaat gedung pada masa lalu itu, menimbulkan rasa rindu dan kenangan yang tertanam di hati senagian masyarakat Kandangan, apalagi mereka yang tidak lagi bermukim di Kandangan, kalau mereka bertemu orang Kandangan, atau sedang bertandang, mungkin juga pulang kampung, mereka sering mengenang dan menyebut “gedung Ramu”.
RAMU tinggal kenangan ….
—- * —-
Kini giliran pasar tua “Los Batu”. Walaupun pasar ini bukan saksi sejarah yang terlibat langsung, tapi pasar ini dibangun sekitar tahun 1930-an, yang sampai saat ini masih terlihat kokoh. Meski beberapa kali si jago merah bermaksud memusnahkannya, tapi masih saja tetap terjaga. Kita akui, kini bangunan tersebut ada yang sudah tidak layak pakai lagi, misalnya bagian atap. Tapi untuk badannya masih saja baik.
Haruskah pasar tua ini kita jadikan pasar modern?
Daripada membongkar pasar Los Batu, lebih baik mengoptimalkan pasar Amandit yang baru saja dibangun. Sebab pasar Amandit masih belum optimal penggunaannya, tinggal mekanisme PEMDA saja lagi.
—- * —-
Bangunan apa yang dapat kita informasikan kepada anak – cucu kita sebagai bangunan tua yang berada di sekitar perkotaan?
Memang masih tersisa bangunan tua yang masih terawat, seperti Mesjid Ba-angkat di Wasah, rumah pusat perjuangan di Durian Rabung, Langgar di Kalimput, Rumah di Karang Jawa, dll sebagai bukti sejarah perjuangan Amandit. Tapi keberadaannya tidak langsung dapat dilihat, memerlukan waktu dan route jalan tertentu kalau kita ingin melihatnya.
—- * —-
by: A. Patria
Ketua Barisan Muda Kosgoro HSS. murni tenaga manusia.
Sekarang peninggalan itu sudah tidak ada cirinya lagi, sampai tiang penyangga yang empat-pun sudah dibabat dengan chain shaw (sin so). Padahal awalnya hanya ingin direhabilitasi saja.
Hati-hati …., siapapun bias membangun mesjid, tapi belum tentu bias membangun kehidupan mesjid. Banyak mesjid yang hidup Cuma seminggu sekali, yaitu hari jum’at saja ditambah 2 hari raya, fithri dan adha.
Hirupan udara segar dari siraman rokhani dan majelis ta’lim ….
Hembusan nafas dari peringatan hari-hari besar Islam …., dan Hentakan langkah tadarus dan baca Al-Qur’an ….. yang merupakan cirri hidupnya sebuah mesjid, kini hampir-hampir tidak ada di beberapa mesjid.
Diharapkan juga kepada Tokoh Masyarakat dan para Ulama, agar jangan sampai kita diadu oleh orang-orang kafir, atau diperalat oleh orang munafik. Mesjid kita dibangun oleh orang munafik, dia bisa bangun, dis bisa apa saja dengan mengatas namakan Islam, tapi …., dia menginginkan sesuatu untuk kepentingan dia sendiri atau golongannya. Dimana-mana ucapannya selalu mengatasnamakan agama, dimana-mana para ulama dirangkulnya, tapi dia tidak pernah menurut apa kata Ulama ….
Di dunia ini hanya ada 3 golongan umat manusia, orang beriman, orang kafir dan orang munafik.
—- * —-
RAMU, singkatan Rakat Mufakat. Ada sebuah gedung yang mencerminkan, bahkan sebagai sarana Untuk bermusyawarah di kalangan masyarakat Kandangan, gedung RAMU. Gedung satu-satunya yang selalu digunakan aktivitas perkumpulan pada zamannya.
Kini zaman sudah berubah ….. Gedungpun musnah …. “sim sala bim !”, berubahlah gedung Ramu jadi Taman Bermain Anak. Padahal gedung masih layak untuk dipakai….. dan menurut informasi yang tidak bersumber, status Taman Bermain Anak ini masih dalam sengketa. Benarkah ??? Wallahu A’lam.
Dari manfaat gedung pada masa lalu itu, menimbulkan rasa rindu dan kenangan yang tertanam di hati senagian masyarakat Kandangan, apalagi mereka yang tidak lagi bermukim di Kandangan, kalau mereka bertemu orang Kandangan, atau sedang bertandang, mungkin juga pulang kampung, mereka sering mengenang dan menyebut “gedung Ramu”.
RAMU tinggal kenangan ….
—- * —-
Kini giliran pasar tua “Los Batu”. Walaupun pasar ini bukan saksi sejarah yang terlibat langsung, tapi pasar ini dibangun sekitar tahun 1930-an, yang sampai saat ini masih terlihat kokoh. Meski beberapa kali si jago merah bermaksud memusnahkannya, tapi masih saja tetap terjaga. Kita akui, kini bangunan tersebut ada yang sudah tidak layak pakai lagi, misalnya bagian atap. Tapi untuk badannya masih saja baik.
Haruskah pasar tua ini kita jadikan pasar modern?
Daripada membongkar pasar Los Batu, lebih baik mengoptimalkan pasar Amandit yang baru saja dibangun. Sebab pasar Amandit masih belum optimal penggunaannya, tinggal mekanisme PEMDA saja lagi.
—- * —-
Bangunan apa yang dapat kita informasikan kepada anak – cucu kita sebagai bangunan tua yang berada di sekitar perkotaan?
Memang masih tersisa bangunan tua yang masih terawat, seperti Mesjid Ba-angkat di Wasah, rumah pusat perjuangan di Durian Rabung, Langgar di Kalimput, Rumah di Karang Jawa, dll sebagai bukti sejarah perjuangan Amandit. Tapi keberadaannya tidak langsung dapat dilihat, memerlukan waktu dan route jalan tertentu kalau kita ingin melihatnya.
Kandangan rasanya tidak pantas lagi untuk menyandang nama salah satu Kota Tertua di Kalimantan Selatan.***
Sumber : Atmo Patria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar