Selasa, 11 November 2025
Program 7 Hari : Menulis di Otak (5 Menit per Hari)
Disusun untuk penyemangat menulis :
Akhmad Husaini
Latihan ini bertujuan untuk membantu menghidupkan kembali semangat menulis
dengan cara yang lembut dan alami. Setiap hari, cukup luangkan waktu 5
menit untuk melatih kepekaan, rasa, dan kesadaran menulis — tanpa harus
memegang pena atau mengetik panjang.
Hari 1 –
Mengamati dengan hati
Lihat sekeliling dengan tenang. Pikirkan
satu kalimat yang menggambarkan suasana
itu. Contoh: ‘Langit sore ini seperti wajah kampung yang tersenyum
tenang.’ Ulang-ulang kalimat itu dalam hati selama 5 menit.
Hari 2 –
Mengingat satu kenangan
Pikirkan satu kenangan kecil
dari masa lalu.
Ceritakan dalam pikiran
seolah Bapak sedang
menulisnya. Biarkan narasi itu mengalir dalam batin.
Hari 3 – Menulis dengan telinga
Dengarkan
suara sekitar: azan, burung, atau kendaraan. Bentuk satu kalimat dalam pikiran yang menggambarkan suara
itu. Contoh: ‘Suara
azan itu seperti
panggilan lembut untuk
menenangkan hati yang sibuk.’
Hari 4 –
Menulis dengan rasa syukur
Pikirkan satu hal kecil
yang disyukuri hari ini. Bentuk
kalimat pendek di pikiran. Contoh: ‘Hari ini tak ada yang luar
biasa, tapi ada damai yang sulit dijelaskan.’
Hari 5 – Menulis dengan doa
Bayangkan berbicara dengan Allah tentang
hari ini. Ucapkan
dalam hati kalimat
seperti doa. Contoh: ‘Ya Allah, terima kasih telah menjaga semangatku,
walau masih bersembunyi di balik lelah.’
Hari 6 –
Menulis tentang orang lain
Pikirkan seseorang
yang Bapak kagumi.
Ceritakan satu kebaikannya dalam pikiran. Contoh:
‘Ayah tidak banyak bicara, tapi nasihatnya masih hidup di langkahku.’
Hari 7 – Menulis tentang diri sendiri
Bayangkan menulis
surat untuk diri sendiri. Contoh:
‘Aku tahu kamu lelah menulis,
tapi jangan berhenti. Kata-kata itu masih menunggumu.’
Setelah tujuh hari latihan ini, ide akan mulai muncul lebih alami. Saat kata-kata kembali mengalir, tuangkan satu paragraf pendek di Kompasiana atau blog pribadi. Tulisan bisa berjudul: ‘Catatan dari Penulis yang Pernah Diam’ atau ‘Menulis di Otak, Menyembuhkan dengan Hati.’ “Kadang pena butuh istirahat, tapi hati penulis tidak pernah tidur. Ia hanya menunggu waktu untuk kembali menulis dengan makna yang lebih dalam.”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar