Rabu, 08 Juni 2016

Catatan Studi Wisata ke Bumi Etam Tahun 2016

Kamis, 9 Juni 2016


Perbekalan untuk bajalanan ke Kalimantan Timur 30 Mei s.d 2 Juni 2016, sudah disiapkan jauh-jauh hari. Selama empat hari ada beberapa lembar celana dan baju yang saya siapkan. Juga penunjang lainnya seperti handuk dan sarung. Selain itu ada juga yang dibawa cermin, sisir, Rexona, dsb. Semua sudah saya masukkan ke dalam tas. Tak lupa bawa dompet berisi segepok uang untuk sangu selama ke sana.

Sebelum ke Kaltim, agar waktu berjalan cepat, Minggu sore mengajak Rizal , teman sekampung bajalanan ke Barabai. Kali ini tujuan saya seperi biasa menikmati jus di Limpasu. Saat kami tiba di sana sudah banyak tamu. Saya memesan jus wortel, dengan alasan agar mata terjaga dan tetap segar.

Sementara Rizal memesan jus nangka. Kami mengambil tempat duduk yang sudah tersedia. Kebanyakan penikmat jus adalah anak muda yang ada disana. Sekitar beberapa menit kemudian pesanan datang. Saya menikmati dengan leluasa. Sementara Rizal me-calling teman-teman yang ada di Barabai.

Tak lama datang wajah yang tak asing bagi saya. Ada Halimah dari Batu Tangga, Ahmad Hariadi dari Labung Anak. Lalu Sari juga dari Labung Anak dengan rekannya Ria dari Dangu. Kemudian Novi dari Padang, Limpasu. Setelah dari Limpasu, kami ke rumah Ria di Dangu. Ayahnya Ria, Suhrani adalah Pambakal Dangu.

Di Barabai ada dua desa Dangu, satu di Kecamatan Haruyan dan satu lagi  di Kecamatan Batang Alai Utara (BAU). Di rumah Ria kami menunaikan shalat Maghrib dan Isya berjamaah. Setelah itu disuguhi makan malam dengan lauk ikan sepat kering. Juga ada beberapa gorengan.

Usai makan kami santai sambil ngobrol dan nonton televisi. Saya berbaring, minta diambilkan  bantal. Sementara yang lain masih berbincang. Sekitar pukul 21.00 WITA kami pamit pulang. Sampai di Angkinang sekitar pukul 23.00 WITA.

Di rumah, untuk membuat mata mengantuk saya menonton televisi. Sekitar sejam kemudian saya tidur. Pukul 05.00 WITA saya bangun. Mencuci pakaian, mandi dan shalat Subuh.

Bersiap-siap berangkat menuju Kaltim. Saya menunggu di depan rumah saja. Bus katanya akan standby di Taniran Kubah sekaligus ziarah ke Makam Datu Taniran dulu.

Sekitar pukul 08.00 WITA bus lewat. Berhenti tepat di depan Pasar Angkinang. Saya mengambil tempat duduk paling belakang. Ada sekitar 20 orang guru yang ikut.  Kali ini tujuan kami rombongan madrasah tempat saya bekerja adalah ke Kaltim. Dengan tujuan utama ke Tenggarong, ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara.

Ini adalah rencana lama, sudah tahunan tapi baru kali ini bisa jadi kenyataan. Dengan mencarter sebuah bus, kami siap menjelajahi makam para ulama dan tempat wisata andalan lainnya yang ada di Bumi Etam.

Di Muara Anjiran bus singgah karena Bapak Fahmi naik. Kemudian di Pangambau juga singgah namun kelewatan, tepat di depan rumah salah seorang murid baru MTsN Angkinang. Bapak Kepala minjam sepeda motor orangtua Ridho maambili Bapak Abdurrahman. Namun tak lama kemudian Bapak Abdurrahman datang diantarAtma, anaknya.

Bus berangkat. Perjalanan begitu riang gembira dan cukup menyenangkan. Ratusan kilometer akan kami tempuh. Tentu kelelahan akan kami rasakan.

Tengah hari kami singgah di Gunung Halat, perbatasan Kalsel - Kaltim. Berada antara Kecamatan Jaro, Tabalong, Kalsel dengan Kabupaten Paser, Kaltim. Kami makan siang berupa nasi bungkus yang sudah disiapkan dari rumah.

Juga menunaikan shalat Dzuhur dan Ashar. Sekitar sejam kemudian kami melanjutkan perjalanan. Ternyata walau Kaltim dikenal sebagai provinsi kaya raya namun ternyata kondisi ruas jalan yang kami lewati cukup menggenaskan.

Rusak parah dan belum beraspal sebagian. Ditambah kondisi geografis medan berupa tanjakan dan turunan sehingga hati menjadi was-was ketika melewati. Namun do’a terus dipanjatkan agar perjalanan lancar. Terasa menegangkan kala melewati kondisi jalan yang tidak nyaman. Apalagi saat menanjak dan menurun yang curam sekali.

Kami tiba di pelabuhan ferry penyeberangan Penajam menjelang Maghrib. Saat kami tiba kondisi ferry tidak begitu banyak orangnya. Sehingga saat naik ke atas bisa lebih leluasa menikmati perjalanan sekitar sejam melihat laut Balikpapan dan lampu kota yang kerlap kerlip.

Tiba di Samarinda sekitar pukul 23.00 WITA. Kami menurunkan tas dari dalam bus menuju penginapan yang berjarak sekitar 50 meter dari bus parkir. Kamar laki-laki berada di atas, sementara kamar perempuan di bawah. Memanfaatkan waktu, yang laki-laki main dumlahan di dalam kamar. Saya tidak ikut. Hanya jadi penonton saja. Sebelumnya jalan-jalan ke jalan utama beli nasi goreng dan minuman segar.

Pukul 05.00 WITA saya bangun lebih awal. Mandi dan shalat Subuh. Pukul 07.00 WITA sarapan pagi di ruang tamu pemilik penginapan. Sebelumnya jalan-jalan dengan Amud ke depan jalan utama RE Martadinata Samarinda.

Saya sempat memfoto dan wawancara dengan seorang bocah laki-laki bernama Iman. Ia murid Kelas IV SD yang sedang menyapu jalan dengan sapu ijuk. Ia mengaku melakoni pekerjaan itu sejak pukul 06.00 s.d pukul 07.00 WITA sebelum berangkat ke sekolah.

Pukul 08.00 berangkat menuju beberapa tempat makam ulama dan Raja Kutai di Kutai Lama. Lalu menuju Tenggarong ke Museum Negeri Mulawarman, Pulau Kumala, dsb.

Malamnya bermalam di rumah Acil Iyam yang tak jauh dari kami menginap. Paginya berangkat menuju Islamic Center Kaltim di Samarinda. Setelah itu terus ke Balikpapan, ke Pantai Lamaru dan makam keramat dekat Pelabuhan Balikpapan.

Terus arah jalan Pertamina Balikpapan. Pulang menuju ferry penyeberangan Balikpapan – Penajam. Singgah di sebuah masjid di Petung, Penajam makam malam. Sekitar pukul 23.00 WITA pulang ke Kandangan.

Singgah di sebuah warung di Wirang, Tabalong cuci muka dan buang air. Shalat Subuh di sebuah masjid seberang SMPN 1 Paringin, Balangan. Sampai di Angkinang sekitar pukul 08.00 WITA. Dirumah setelah mengemasi barang bawaan saya terus tidur karena kelelahan. (akhmad husaini)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suasana di Ruang Tata Usaha MTsN 3 HSS Selasa Pagi

 Selasa, 14 Mei 2024 Suasana di ruang Tata Usaha MTsN 3 HSS, pada  Selasa (14/05/2024) pagi. (ahu)