Konon, terdapat sebuah dataran yang subur. Terdapat pohon-pohon besar dan tinggi. Beraneka ragam hewan hidup damai di dalamnya. Disana tinggal beberapa orang dengan anggota keluarganya. Yang dapat hidup dengan aman, damai, tenteram meskipun dengan mata pencaharian yang tak menentu. Baik berkebun, menangkap ikan di sungai ataupun rawa-rawa. Daerah tersebut belum mempunyai kesepakatan nama daerah ataupun wilayah. Pada suatu waktu, di daerah tersebut kedatangan seorang laki-laki yang gagah perkasa membawa sadapung (seikat) padi yang sudah matang. Disambut dengan baik oleh sekelompok orang yang bertempat tinggal di tempat tersebut. Dengan ramah, saling tegur sapa sehingga terjalin persahabatan dan keserasian hubungan bermasyarakat. Laki-laki tersebut mempunyai pengetahuan yang banyak dan bermanfaat untuk kehidupan orang banyak. Terutama dibidang pertanuian. Dengan bekal kemampuannya dan dengan modal benih yang dibawanya. Dia memberikan pelajaran bagaimana cara menanam padi sampai dengan memanen hasil pertanian tersebut. Sehingga semakin lama pendiuduk di daerah tersebut mempunyai kebiasaan bercocok tanam sebagai salah satu usaha pemenuhan kebutuhan pokok mereka. Akhirnya, daerah yang awalnya hanya dihuni oleh beberapa orang semakin berkembang dan semakin ramai karena banyaknya pendatang. Baik yang hanya sekedar singgah maupun yang juga tinggal dan menetap disana. Seiring bergulirnya waktu lama kelamaan diketahui bahwa seorang laki-laki tersebut ternyata mempunyai suatu kebiasaan yaitu makan daun sirih atau yang oleh warga disebut manginang. Kemudian, orang itu dianggap telah menabur kebaikan kepada mereka. Maka mereka memberinya gelar Hangkinang. Hang diartikan sebagai manusia perkasa atau pendekar. Kemudian Kinang diartikan sebagai kebiasaan makan daun sirih (manginang). Akhirnya, lama kelamaan gelar tersebut kemudian disepakaiti untuk dijadikan sebagai nama daerah tempat mereka bertempat tinggal. Dan dikenal sebagai kampung Hangkinang. Seiring perkembangan waktu nama Hangkinang samapai kini masih melekat dan dikenal menjadi nama Angkinang. Wilayah ini sekarang masuk wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan.***
Mumpung
lagi libur. Minggu (14/4/2013) saya jalan-jalan naik motor melintasi
Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS)dan
Kabupaten Tapin. Ditemani
Rizal, kawan akrab saya. Pukul 09.00 WITA kami berangkat dari Angkinang.
Ke
Kandangan dulu. Saat itu mentari cukup terik. Beli koran Banjarmasin Post dan Media
Kalimantan di Toko Fotocopy Shinner.
Terus
lewat Pandai ke Amawang. Lanjut Simpur dan Kalumpang. Di Sirih menyaksikan
insiden seorang ibu bersama anak laki-lakinya luka-luka. Karena saat berkendara
kejatuhan pohon pisang yang ditebang warga. Cukup parah lukanya. Sang anak
menangis kesakitan. Untung ada warga sekitar yang membantunya membawa pulang ke
rumah untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
Ke
Balimau. Ziarah dan wawancara dengan juru kunci Makam Datu Ahmad yang mengaku
bernama Alan. Beberapa saat kami berada disana. Wawancara terasa hambar. Nara sumber tidak mau
dikorek infonya mengenai Datu Balimau. “ Saya takut dengan Datu kalau-kalau
tidak disetujuinya,”ujar lelaki yang diperkirakan berusia 50-an tahun itu.
Rasa
tidak enak menggelayut saat kami beranjak
keluar area makam. Ada beberapa anak menadahkan tangan, minta uang. Merasa
kasihan kami memberi. Diberi dengan duit kertas, malah robek. Masing-masing
punya ego. Ini pengalaman kalau memberi cukup dengan uang receh saja.
Kami meneruskan perjalanan. Singgah di
sebuah kedai minuman dekat jembatan di Desa Masta Kecamatan Bakarangan
Kabupaten Tapin. Disini kami merendam mie instan Soto Banjar Limau Kuit plus hintalu jaruk. Usai itu perjalanan terus
dilanjutkan. Kami belok kiri dari jembatan. Jalan pintas lebih dekat jaraknya.
Dari pada memutar ke arah Margasari. Melewati beberapa tempat di Desa Masta.
Kami melihat banyak karamba apung di sungai yang berada di sebelah kiri jalan yang
kami lewati. Keluar di Cangkring.
Shalat Dzuhur di Masjid Humasa Rantau.
Makan siang di warung seberang Kantor BPB Kesbangpol HSS Jl. Jend. Sudirman
Hamalau.
Ke Warnet Petak Sembilan Parincahan. Memposting
tulisan dan foto ke blog pribadi : www.sketsahss212.blogspot.com
dan Kompasiana.
Kemudian ke Padang Batung. Shalat Ashar
di Masjid Besar Mujahidin. Ke Jalatang
memotret plang Pabrik Bata Jepang. Sempat mau masuk ke lokasi tapi jalan buntu.
Tak ada yang ditanya.
Kami balik haluan. Ke Mandapai. Singgah
di Monumen Proklamasi 17 Mei 1949. Foto-foto. Ada anak-anak setempat bermain
bola.
Ke Madang dan Ambarai. Ada proyek
pembangunan sarang burung dan kolam ikan besar-besaran. Pulang lewat Kambas.
Ada pasar di tepi jalan.
Sampai ke rumah menjelang maghrib. Ada
gado-gado menanti di ruang makan. Langsung saya santap. Lapar.Tak lupa sajian
favorit berupa Tebs (Tea with soda)
yang dibeli di Gambah Luar Muka.(akhmad husaini)
Kalau tak ada aral Aruh Sastra Kalimantan Selatan (ASKS) X Tahun 2013 akan berlangsung di Banjarbaru pada tanggal 11 - 13 Oktober 2013. Even ini merupakan ajang pertemuan akbar sastrawan Kalimantan Selatan. Berbagai kegiatan sastra digelar.
Pada ASKS X ini lomba yang digelar antara lain : Lomba Mengulas Karya Sastra ASKS, Lomba Menulis Novel ASKS, dan Lomba Puisi ASKS.
Sekedar kilas balik ASKS sudah 9 kali digelar. ASKS I Tahun 2004 di Kandangan, HSS. ASKS II Tahun 2005 di Tanah Bumbu. ASKS III Tahun 2006 di Kotabaru. ASKS IV Tahun 2007 di Amuntai, HSU. ASKS V Tahun 2008 di Paringin, Balangan. ASKS VI Tahun 2009 di Marabahan, Batola. ASKS VII Tahun 2010 di Tanjung, Tabalong. ASKS VIII Tahun 2011 di Barabai, HST. ASKS IX Tahun 2012 di Banjarmasin.
Pada ASKS X Tahun 2013 Kabupaten Hulu Sungai Selatan siap berpartisipasi. " Kami siap ikut walau berangkat balangsar dada. Kami ingin membuktikan bahwa sastrawan HSS tetap eksis dan selalu berkarya," ujar salah seorang sastrawan HSS. (akhmad husaini)
Suasana kota Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan
RAKOR BULANAN PEMKAB HSS
Selasa (9/4), Pemerintah Kabupaten Hulu
Sungai Selatan (HSS) kembali menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) bulanan.
Kali ini rakor bulan April dilakukan di aula Rakat Mupakat Sekretariat
Daerah HSS yang dipimpin oleh Wakil Bupati HSS H.Ardiansyah,S.Hut. Turut
hadir Bupati HSS Drs.H.M.Safi’i,M.Si, Plt.Sekretaris Daerah HSS
Drs.H.M.Yusuf Effendi,M.AP, para pimpinan SKPD serta para Camat se
Kabupaten HSS.
Rakor diawali dengan mendengarkan
laporan hasil pantauan KIP3 Kabupaten HSS yang disampaikan oleh
Inspektur Kabupaten HSS H.Zulkipli,S.Sos,M.AP. Dalam arahannya Bupati
HSS Dr.H.M.Safi’i, M.Si menyatakan terkait dengan bencana banjir yang
melanda Hulu Sungai termasuk HSS terkena musibah banjir bah atau banjir
sesaat, namun sekarang sudah mulai surut. Tetapi kemungkinan ada banjir
susulan dikemudian hari karena sebagian Regional Kalimantan ada curah
hujan yang cukup tinggi agar dapat di antisipasi. Oleh karena itu, Dinas
terkait agar menindak lanjuti dampak dari bencana karena menyangkut
kehidupan masyarakat seperti ada beberapa titik lahan pertanian yang
tergenang jangan sampai menurunkan tingkat produksi pertanian.
Selanjutnya, Bupati meminta kepada
Asisten Administrasi Pemerintahan Sekretariat Daerah HSS Drs.H.Iwan
Friady, M.AP supaya setelah rakor kali ini bisa memimpin rapat dengan
SKPD terkait seperti Kantor Pengelola Pasar, Perhubungan, aspek
pengamanan dalam hal pengelolaan pasar khususnya mengoptimalkan
perparkiran yang ada di lantai dua Pasar Raya Los Batu Kandangan yang
tidak berjalan dengan baik bahkan mempengaruhi penilaian adipura.
Pada kesempatan itu, Bupati
mengungkapkan paling lambat minggu kedua bulan Mei 2013 ada sasaran
capaian program layak huni di Kabupaten HSS. Ditambahkannya terkait
tindak lanjut rakor bulan Maret yang lalu mengenai pembinaan kepegawaian
2013, sehingga pelaksanaan reformasi birokrasi bisa berbuah kepada
produktifitas dan kinerja aparatur Pemkab HSS. Bupati berharap rapat
bulan April ini bisa memantapkan kegiatan APBD 2013 dan bisa mewujudkan
berbagai macam program yang dilaksanakan.
Wakil Bupati menyampaikan bahwa banjir
kali ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya yang menggenang pemukiman
dan lahan pertanian masyarakat. “ Untuk mengantisipasi bencana susulan,
SKPD terkait agar dapat membuat pemetaan daerah rawan terhadap bencana
seperti daerah rawan terhadap banjir, longsor, kebakaran dan lain
sebagainya dalam bentuk buku”, ungkapnya. Wakil Bupati berharap kepada
SKPD terkait supaya proaktif dalam menghadapi situasi seperti ini serta
segera mengambil langkah-langkah untuk membantu masyarakat. Dorong para
penyuluh-penyuluh di Kabupaten HSS untuk diberikan semangat dan motivasi
dalam menghadapi bencana banjir serta ambil langkah-langkah supaya
masyarakat bisa terbantu.
Plt.Sekretaris Daerah HSS Drs.H.M.Yusuf
Effendi,M.AP mengungkapkan tersajinya data dalam bentuk pemetaan terkait
titik rawan longsor bencana banjir, kebakaran, untuk disosialisasikan
kepada semua yang terkait sehingga ketika terjadi peristiwa yang tidak
diinginkan bisa diantisipasi dan diambil langkah-langkah untuk
penangulangan. Dikatakannya terkait dengan indikasi areal pertanian yang
diakibatkan banjir agar dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan
Hortikultura, Badan Penyuluh dan Ketahanan Pangan segera mengambil
langkah-langkah sehingga data dapat disajikan apabila memungkinkan
bantuan bisa di ajukan ke Provinsi sampai ketingkat Pusat. Beliau
mengajak mari bangun kerjasama yang baik dalam setiap penanggulangan
bencana. Beliau berharap data pemetaan dapat segera dituntaskan dan
keterlibatan para camat diharapkan dapat menyajikan data terkait titik
rawan terhadap bencana sehingga menjadi bahan bagi SKPD terkait untuk
mendeteksi lebih dini terkait hal yang tidak diinginkan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana,
Kesatuan Bangsa dan Politik Drs.Sasmi Rifani,M.AP menyampaikan berkenaan
dengan bencana yang terjadi di HSS, seperti longsor di Halunuk tepatnya
di samping Kandihin dan banjir di daerah pemukiman. Dikatakannya Badan
Penanggulangan Bencana, Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten HSS
bersama Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi sudah memberikan
bantuan berupa nasi bungkus dan mei instan di beberapa titik. Dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan telah
memberikan bantuan mie instan sebanyak 40 dus, 1 dus kecap, gula 8 Kg,
sarden 3 dus dan minyak goreng 1 dus.
Plt. Kepala Badan Penyuluh dan Ketahanan
Pangan Budi Sucipto,S.IP menyampaikan dari pantauan di lapangan keadaan
lahan pertanian yang terkena banjir sebagian besar tanaman pada fase
vegatatif, namun peluang panen masih bisa. Dikatakannya ada beberapa
titik masa tanam seperti 20 Ha di Tabihi dan10 Ha di Kalumpang.
Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan
menyampaikan terkait dengan bencana banjir mengakibatkan ikan lepas
sebanyak 65.000 ekor pada UPR. Dimana induk dan calon induk sebanyak
9.000 ikan Patin, Nila dan Lele. Dikatakannya nanti akan dilaporkan ke
Provinsi, supaya mendapat bantuan.
Camat Loksado menyampaikan laporannya
bahwa dampak hujan yang cukup lama mulai hari minggu sekitar pukul 2
terjadi longsor dititik jalan Provinsi Desa Halunuk sehingga
transportasi roda dua dan empat macet. Diungkapkannya ada bantuan alat
berat dari Dinas Pekerjaan Umum namun yang menjadi kendala tanah masih
belum kering sehingga alat berat kesulitan karena licin.
Camat Padang Batung menyampaikan
laporannya bahwa ada beberapa desa yang tergenang air dan di belakang
SMP 3 Padang Batung terjadi longsor serta di Pagar Haur tiang listrik
roboh karena longsor. Dikatakannya di Padang Batung ada beberapa areal
pertanian yang tergenang akibat banjir dengan total seluas 445 Ha.
Beliau berharap Dinas Pertanian segera menindaklanjuti untuk membantu
masyarakat yang areal pertaniannya tergenang akibat banjir.***
Tari Kanjar atau Kakanjaran adalah kesenian rakyat asli dari Hulu Sungai Selatan (HSS). Tumbuh dan berkembang di pedalaman pegunungan Meratus di Kecamatan Loksado. Tari ini merupakan hiburan adat bagi suku Dayak yang menganut kepercayaan Kaharingan peninggalan nenek moyang mereka. Setiap penghuni Balai sejak kecil hingga dewasa terkecuali usia lanjut telah dibebani keahlian tari Kakanjaran.
“ Tari Kakanjaran digelar pada selamatan banih ringan dan banih barat. Banih ringan adalah padi yang baru dipanen pada kelompok persawahan dengan curah hujan yang sedikit. Banih ringan merupakan jenis padi yang bisa dengan cepat dipanen. Areal ladang tempat menanam banih ringan biasanya tidak terlalu jauh dari lokasi Balai. Tanah huma tugal berpindah ini biasanya dapat ditanami padi lima tahun sekali atau lebih cepat lagi dan hasil panennya pun tidak seberapa. Banih ringan yang sudah dipanen itu adalah untuk persediaan cadangan jangka pendek oleh penduduk Balai,” tutur Aliman Syahrani, Budayawan HSS.
Sedangkan banih barat, menurut Aliman Syahrani adalah padi tunggal pada tanah pegunungan yang bisa memakan waktu tujuh sampai sepuluh tahun sekali digarap untuk ditanami padi. Pekerjaan tersebut memerlukan kerjasama dan tanggung jawab yang besar bagi seluruh penduduk Balai. Hasil huma banih barat biasanya mampu menjamin kebutuhan kelompok penghuni Balai hingga lima tahun bahkan lebih. Huma tugal digarap setahun sekali oleh penduduk Balai, hanya persawahan untuk menanam banih ringan saja yang cenderung berpindah-pindah.
“ Seni Tari Kanjar atau Kakanjaran ini bagi penduduk Balai bermakna gerak olah tari menahan kejahatan serta membuka pintu kebahagiaan agar warga Balai sehat, gagah, berani, kuat bekerja dan mendapat hasil yang melimpah. Tari Kakanjaran dilaksanakan secara massal tua muda, seluruh penghuni Balai yang sebelumnya didahului oleh tetuha adat atau Damang sebagai pembukaan,” ujar lelaki kelahiran Datar Balimbing, Loksado, 30 Desember 1976 ini.
Gerak tari dan tangan dalam kesibukan mengatasi segala untuk mencapai hasil anugerah Sang Dewata, sebutan untuk Tuhan Yang Maha Esa bagi suku Dayak di Pegunungan Meratus.
Dikatakan oleh Aliman, tari ini masih bisa dijumpai di sejumlah Balai di Kecamatan Loksado. Seperti di Balai Papangkaan di Desa Muara Ulang. Balai Kukundu di Desa Urui. Balai Padang dan Balai Bidukun di Desa Malinau. Serta di Balai Malaris di Desa Loklahung.
“ Tarian ini termasuk ke dalam jenis tari tradisi. Tari ini juga terdapat dalam upacara adat Aruh Ganal atau Bawanang. Khusus dilakukan oleh kaum laki-laki. Tarian ini menggambarkan sikap persatuan dan kegotong royongan masyarakat Dayak Meratus,” pungkas Aliman Syahrani.
Kandangan, 11-03-2013
Musik Panting
Berurat Berakar
di Hulu Sungai Selatan
Kesenian musik Panting sangat berurat-berakar bagi masyarakat di Hulu Sungai Selatan (HSS) sejak waktu yang sangat lama. Penamaan kesenian ini berdasarkan bahasa daerah masyarakat HSS sendiri yaitu Bahasa Banjar. Panting dalam pengertiannya adalah persamaan dengan kata petik, yaitu membunyikan senar atau tali dengan teknik sentilan.
Secara umum bentuk alat musik panting ini mirip dengan gitar, bedanya hanya lebih ramping dan kecil. Selain itu pada panting tidak terdapat grif-grif untuk pengatur kunci nada seperti pada gitar. Perbedaan lainnya adalah, senar pada alat musik panting terdiri dari dua bilah senar kembar dengan ukuran nada yang sama dan hanya berjumlah enam bilah dengan tiga nada berbeda.
Memainkan alat panting sama dengan gitar yaitu dipetik. Seorang yang memainkan musik panting dinamakan pamantingan. Pada awalnya musik panting hanya dimainkan oleh seorang pamantingan yang diiringi oleh seorang yang membawakan lagu atau biduan, baik pria atau wanita. Antara seorang pamantingan dan seorang biduan duduk berdampingan untuk memudahkan mencocokkan lagu dengan petikan panting.
Pada perkembangan selanjutnya musik panting tidak hanya dimainkan tunggal melainkan sudah dikolaborasi dengan beberapa alat musik lainnya seperti babun, gong, biola, tamborin, dan suling serdam atau suling bambu biasa. Meski musik panting sekarang sudah dikolaborasikan dengan sejumlah alat musik lainnya, namun tidak menghilangkan kekhasan musik panting sebagai musik tradisional.
Dahulu musik panting lebih digunakan untuk mengiringi tari Japin, saat ini digunakan pula untuk mengiringi berbagai tarian tradisional lainnya seperti Tari Ahui, Tari Tirik, Japin Anak Delapan, dsb.
Lagu-lagu tradisional dalam musik panting yang biasa dimainkan sejak dahulu sampai sekarang adalah Lagu Dua Sisip, Paris Tangkawang, Hujan Hangat, Marista Bajanji, Lalan Sisip, lagu-lagu Arab dan lagu-lagu yang besifat bebas lainnya.
Saat ini musik panting tidak hanya untuk mengiringi Tari Japin, tetapi sudah berdiri sendiri sebagai seni musik tradisional. Arena dan fasilitas pagelaran juga tidak lagi terikat dengan ketentuan yang biasa dilakukan pada awal kehadirannya, tetapi sudah disesuaikan dengan perlengkapan penunjang lainnya seperti pengeras suara, panggung tempat pemain musik panting, tempat duduk penonton, dsb.
Musik panting diperkirakan sudah ada di Kalimatan Selatan sejak abad ke-18 atau jauh sebelumnya, tentu dalam bentuk yang sangat sederhana jika dibandingkan dengan keadaannya yang sekarang.
Beberapa grup musik panting di Hulu Sungai Selatan yang saat ini masih aktif bermain dan melakukan pembinaan adalah Arjuna Singakarsa di Pandai, Kandangan. Lalu grup Sampuraga di Karang Jawa. Saraba Cakap di Ambarai. Serta Sahibar, Sakawah, Halang Ginari, dan Pancar Nada, semuanya di Desa Tabihi Kec. Padang Batung.***
Kandangan, 11-03-2013
Kerajinan Kuningan di HSS
Pernah Dapat Penghargaan
Dari Presiden
Seni kriya masyarakat di Hulu Sungai Selatan yang menggunakan bahan baku logam kuningan ada di Kecamatan Daha Utara dan Daha Selatan. Proses pembuatan benda-benda logam baik logam biasa maupun dari kuningan di daerah Nagara pada awalnya menggunakan cara a cire perdue, yakni pembuatannya menggunakan acuan yang terbuat dari lilin wanyi atau lilin lebah. Lilin acuan dibungkus dengan tanah liat kemudian dipanaskan ke tungku pembakaran. Setelah lilin acuan meleleh ke luar, lalu dituangkan cairan logam ke dalam lobang acuan. Pada benda-benda logam tersebut juga diberi ukiran dengan berbagai motif tradisional.
Saat ini pengrajin kuningan di Nagara sebagian sudah menggunakan cetakan dari bahan logam yang sama sebagai acuan. Adalah Burhan Nawi, penerima Penghargaan Upakarti Tahun 1989 dari Presiden Soeharto, sebagai pengrajin logam di Nagara yang menciptakan alat cetakan logam pertama yang terbuat dari bahan logam yang sama.
Seni kriya berbahan dasar kuningan yang dihasilkan sebagian besar adalah peralatan rumah tangga, terutama yang terbuat dari bahan kuningan. Pada alat-alat ini biasanya juga diberi hiasan ukiran berbagai bentuk seperti pada abun, tempat sirih, sasanggan, ceper, dll. Motif-motif yang umum menghiasi peralatan tersebut adalah tumpal, yang dikenal dengan dua macam bentuk. Jika tumpalnya besar maka disebut pucuk rabung, sedangkan tumpal yang kecil dinamakan gigi haruan. Hal ini biasanya digunakan sebagai pembatas antara bagian yang berukir dan bagian yang tidak berukir. Motif-motif lainnya adalah motif tumbuh-tumbuhan, motif binatang, motif wayang, motif garis-garis, kaligrafi, pohon hayat, motif spiral, dsb.
Beberapa jenis hasil seni kriya berbahan kuningan adalah paludahan (tempat sepah atau ampas makan sirih serta kucur atau air liur yang bercampur bahan kinangan), sasanggan (tempat piduduk atau wadah beras fitrah di malam lebaran Idul Fitri), gayung mandi danuraja (untuk mencucurkan air pada upacara tradisional mandi-mandi, seperti tian mandaring, mandi baya badudus, dll), sarung katam (wadah mata ketam, alat untuk melicinkan kayu), panginangan bokor (wadah bahan kinangan), panginangan burung (wadah bahan kinangan, bisa juga digunakan untuk tempat mas kawin atau jujuran pada waktu upacara maatar jujuran), talam berukir (tempat nasi ketan atau kue-kue tradisional dalam upacara batamat Qur’an, batumbang, dsb), kukuran buaya (mirip alat memarut / menghaluskan daging kelapa, digunakan hanya sebagai hiasan berbentuk buaya dan bersifat magis), tempat ragi (wadah ragi), dll.
Kandangan, 11-03-2013
Mengenal Kesenian Tradisional HSS
Merenda Cerita Dalam Mamanda
Mamanda adalah seni teater tradisional yang sangat populer di Hulu Sungai Selatan dan Kalimantan Selatan. Meskipun belum didapat data pasti mengenai kelahirannya, namun menurut beberapa sumber menyebutkan bahwa mamanda sudah ada di HSS dan Kabupaten Tapin sejak abad ke -17 dan kemudian muncul di daerah lainnya sekitar abad ke-18 dan ke-19.
Mamanda dimainkan dalam bentuk arena sentral, dimana posisi para pemain saat berlakon berada di tengah-tengah penonton. Sedangkan lakon yang dibawakan diambil berdasarkan cerita-cerita rakyat, hikayat, sejarah, dan bahkan juga cerita kekinian (karangan baru). Mamanda di dalam perkembangannya mengalami berbagai proses sampai akhirnya tumbuh aliran-aliran baru. Benar atau tidak istilah aliran tersebut, yang jelas dapat diketahui ada dua aliran, yaitu mamanda Batang Banyu dan kedua adalah Mamanda Tubau. Mamanda Batang Banyu yang berasal dari daerah Margasari sering pula disebut Mamanda Periuk. Sedangkan Mamanda Tubau merupakan perkembangan baru dari seni Mamanda yang pengaruhnya cukup kuat dan terkenal di daerah asalnya Desa Tubau Kab. HST. Mamanda Tubau dewasa ini berkembang dengan pesat di daerah di seluruh pelosok Kalimantan Selatan, tetapi tidak lagi disebutkan istilah Mamanda Tubau. Struktur menganut suatu sistem yang sudah dibakukan, yaitu dimulai dengan ladon atau kanon, siding kerajaan dan kemudian cerita.
Mamanda termasuk ke dalam jenis kesenian tradisional (teater rakyat) yang ada di Hulu Sungai Selatan, bahkan juga berkembang hampir di seluruh pelosok Kalimantan Selatan. Pada awalnya, mamanda menceritakan seputar kehidupan istana dimasa kerajaan. Dalam waktu yang sangat lama sejak kehadirannya, mamanda begitu berurat-berakar dalam kehidupan kesenian lokal masyarakat HSS dengan bentuk yang hampir tidak berubah; peran-peran yang hampir serupa, bentuk arena pagelaran yang sama yaitu arena sentral segi empat, tata lakon yang statis, struktur cerita yang tak pernah berubah, namun ia tetap digemari dan bahkan berkembang sampai ke pelosok pedesaan yang paling terpencil sekalipun. Masyarakat HSS umumnya menggelar mamanda pada saat upacara perkawinan, pesta keramaian kampung, dsb.
Dari sejumlah data yang dihimpun, baik dari sejumlah referensi tertulis dan wawancara dengan para pelaku dan grup mamanda, didapat keterangan bahwa pada awalnya cerita yang dipentaskan dalam mamanda mengambil sumber dari sastra lama, seperti syair Abdul Muluk, Hikayat Si Miskin, Hikayat Cindra Hasan, Cerita Seribu Satu Malam dan yang lainnya. Namun saat ini para seniman mamanda sudah berani mencari model-model baru yang disesuaikan dengan kehidupan masyarakat modern untuk diangkat dalam mamanda. Cerita-cerita yang ditampilkan berkembang dengan mengambil tema dari problem masyarakat yang disesuaikan dengan kehidupan dalam kerajaan.
Peranan baku dalam mamanda ialah raja, wajir, mangkubumi, perdana menteri, kepala pertanda (panglima perang), harapan pertama dan harapan kedua.
Pada mulanya mamanda dikenal dengan nama badamuluk atau Ba Abdul Muluk (“ba” dalam bahasa Banjar membentuk kata kerja). Setelah berkembang sekian lama masyarakat lebih mengenal dengan sebutan mamanda. Penamaan ini mungkin bersumber dari peniruan dialog Sultan atau Raja dengan Mamanda Mangkubumi Wajir. Hal ini tidak aneh karena seorang raja atau sultan merupakan aktor utama diantara pemain yang ada. Sehingga gerak lakon maupun isi dialognya dalam berperan menjadi tiruan dari penonton.
Namun pertanyaannya adalah, apa arti mamanda ? Karena dalam kosakata Bahasa Banjar tidak ditemukan arti kata mamanda yang mengandung arti kata kerja, kata sifat maupun kata benda. Ada dua penjelasan yang memberikan keterangan tentang kata mamanda. Pertama, mamanda boleh jadi berasal dari kata “panda” yang artinya “persis” atau “mirip”. Dalam bahasa Banjar, apabila sebuah kata membentuk kata kerja maka ditambah dengan awalan “ma”. “Pinda” mendapat awalah “ma” maka menjadi “maminda” (huruf “p” menjadi lebur atau hilang). Berbuat persis atau mirip menjadi sama dengan berperan sebagai…….di daerah pelosok di Hulu Sungai Selatan, “maminda” juga diucapkan dengan “mainda”. Contoh, “Si Galuh nintu handak banar balaki, inya maindaakan kalakuan kaya urang pangantin hanyar.” Di sejumlah pelosok di Hulu Sungai Selatan dan Kalimantan Selatan, mamanda sering disebut orang dengan kata “manda” saja. “Manda” (urang manda)= urang balakun, diberi awalan “ma” untuk membentuk kata kerja sehingga menjadi “mamanda”
Kedua, mamanda dimungkinkan pula berasal dari kata “mamakda” yang artinya paman atau mamarina. Dalam dialognya, seorang raja dalam peran mamanda sering menyanyikan kepada Mangkubumi dengan kalimat berikut,” Bagaimana Mamanda Wajir ?” atau “ Bagaimana pendapat Pamanda Mangkubumi?”. Penonton lalu menamakan pertunjukan tersebut dengan sebutan Mamanda. Dalam dialek masyarakat Hulu Sungai Selatan khususnya di Kandangan diucapkan pula dengan bamanda.
Dalam sejarah pagelaran mamanda, seperti sudah disebutkan diatas, ada dua aliran teknis tatacara pelaksanaan, yang pertama disebut mamanda Batang Banyu atau Periuk dan kedua dinamakan Mamanda Tubau. Baik kata periuk maupun kata Tubau merujuk pada asal yang sama yaitu nama desa.
Mamanda periuk dinamakan juga Mamanda Batang Banyu. Batang Banyu berarti aliran sungai. Barangkali, karena dipengaruhi oleh kehidupan sungai, maka lagu-lagu mamanda periuk ini bernada panjang dan berkelok-kelok. Adapun lagu pada Mamanda Tubau bernada pendek, meninggi dan rendah dengan irama yang cukup cepat, barangkali juga menyesuaikan dengan dataran tinggi tempat asal para pelakon.
Kedua aliran mamanda ini pada mulanya juga membawakan cerita yang berkisar seputar kehidupan istana dengan tokoh raja dan para stafnya, jongos, puteri, raja jin, atau perampok. Namun kemudian masing-masing mengalami perkembangan dalam cerita. Perbedaan lain dari kedua aliran mamanda ini adalah, mamanda periuk lebih sering membawakan cerita-cerita Abdul Muluknya yang terkenal, sedangkan Mamanda Tubau lebih sering membawakan cerita-cerita bertema kerakyatan dan kekinian. Lagu-lagu yang dibawakan dalam Mamanda Tubau tidak lagi bernuansa tradisional tetapi sudah diganti dengan lagu-lagu pop atau melayu. Alat musik yang digunakan pun juga mengalami kolaborasi, meski alat musik seperti babun, suling atau biola masih ada, tetapi tidak difungsikan untuk keseluruhan lakon seperti pada awal kehadiran mamanda, hanya digunakan pada saat-saat tertentu seperti pada waktu adegan staf kerajaan. Singkatnya, Mamanda Tubau sudah tidak lagi semurni sebagaimana awal kehadirannya, sudah berubah menjadi sandiwara rakyat semi modern yang mempergunakan arena sentral.
Sebelum para pelakon dalam pagelaran mamanda bermain, terlebih dahulu ditampilkan sesi parados, yaitu menampilkan para pelaku dalam acara lagu dan tari. Pada Mamanda Periuk sesi ini disebut dengan baladon, menampilkan tiga, lima sampai tujuh orang. Pada Mamanda Tubau dibawakan oleh tiga orang yang disebut kanon. Sesi baladon ini semacam acara pendahuluan atau salam pembukaan.
Sebagaimana kesenian pada umumnya, mamanda juga menggunakan pakaian khusus yang dikenakan oleh para pemainnya, terutama peran seorang raja. Seorang yang memerankan lakon raja biasa mengenakan baju yang dinamakan baju raja. Baju ini juga digunakan oleh para penari dan penyanyi saat membawakan sesi baladon (pembukaaan). Pada sesi baladon, para peladon mengenakan baju raja dan celana panjang tanpa mengenakan tutup kepala. Pada waktu dahulu para peladon menggunakan kaca mata hitam.
Ada beberapa kelompok atau grup pamandaan (para seniman mamanda) yang pernah ada di Hulu Sungai Selatan, diantaranya adalah Sampuraga dari Karang Jawa pimpinan Bahrani, Ambang Fajar di Desa Amawang pimpinan Ismail, Tanjung Pusaka (juga di Desa Amawang), Rangganala di Kandangan Hulu dan Kumba di Muara Banta. Selain itu, hampir di seluruh daerah lain di wilayah Hulu Sungai Selatan pernah pula ada komunitas pamandaan, seperti Angkinang, Telaga Langsat, Bamban, Riam Tajam, Tabihi, Kaliring Dalam, Ambarai, Jalatang, Tanah Bangkang, Sungai Kudung, Tanayung, Ambutun, Binjai Tiga, Parincahan, dll.
Satu-satunya grup mamanda di Hulu Sungai Selatan yang masih bertahan sampai hari ini adalah Sampuraga dari Karang Jawa, memadukan antara pemain senior dan junior. Berikut diantara pamandaan yang tergabung dalam grup Sampuraga. Bahrani, selain sebagai pimpinan juga sering ikut berlakon dengan berbagai peran. Iyus, bisa berlakon sebagai raja, hadam atau pembawa ladon. Ibu Itah, sering berperan sebagai permaisuri. Rika Ayu Zainab atau Icha, kena lakon sebagai putri raja. Idang (puteri dari Bahrani), juga sebagai putri raja. Unat dan Iwan, memerankan anak muda. Asmuni, berlakon sebagai panglima perang. Nafiah, kena peran sebagai perdana menteri. M. Riduan, memerankan wajir. Aspar, Norman dan Ipul sebagai harapan. Udin Apam sebagai amban. Bagan Topeng, sering kena bagian memerankan kepala rampok, bisa juga sebagai harapan, anak muda atau panglima perang, didukung pula oleh Anton dan Mamar sebagai anak buah rampok. Khalik sebagai Gigiwal atau mantra. Jumberi berlakon menjadi orangtua, dll.
Terdapat banyak sekali nama seniman mamanda atau pamandaan yang sangat kesohor di Hulu Sungai Selatan, baik yang sudah pensiun atau masih aktif bergelar, diantaranya A. Syarmidin dari Kandangan. Ancah dari Parincahan. H Syahrani dari Pisangan. Semasa aktif menggelar mamanda biasanya berlakon sebagai raja. Pambakal Aan asal Karang Jawa, sering berperan sebagai rampok. Asikin asal Karang Jawa membawa lakon seorang perempuan. Ruslan Faridi (alm) asal Tibung Raya. Muliadi (alm) dari Teluk Masjid, Bahtiar (alm) dari Karang Jawa. Hairin Najrin dari Jambu Hlir Baluti. Bahrani dari Karang Jawa. Jafuri Baseri (alm) dari Padang Panjang. Ahmad Riduan dari Gambah Luar. Desi Alisa Pujianti dai Gambah Luar Muka. Abdaludin dari Kandangan. Fakhruddin dari Jambu Hulu Banua Hanyar. Jumberi dari Jalatang. Burhan dari Tabihi Lajar. Beberapa tokoh muda yang juga sering ikut berperan dalam mamanda adalah Rahman Rizani atau Bagan Topeng dari Taniran Kubah. Rika Ayu Zainab atau Icha, dll.
Saat ini pagelaran mamanda di Hulu Sungai Selatan sudah dijadikan agenda wajib tahunan. Setiap tahun digelar sebanyak tiga kali, yaitu pada tanggal 17 Mei, bertepatan dengan peringatan ALRI Divisi IV, tanggal 2 Desember saat Hari Jadi Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan tanggal 17 Agustus pada peringatan Hari Kemerdekaan RI.***
Memprihatinkan. Itulah kata yang tepat
untuk menyebut kondisi prasarana jalan yang ada di Kabupaten Hulu Sungai
Selatan (HSS) saat ini. Betapa tidak hamper tiap ruas jalan dihiasi kerusakan.
Yang terparah ada di Kecamatan
Angkinang. Puluhan titik lubang menganga di jalan raya trans Kalimantan
atau jalan Negara.
Karena bukan wewenang kabupaten jadi
dibiarkan saja padahal cukup vital. Lubang yang cukup parah terdapat di kawasan
RT.1 Desa Angkinang Selatan. Tepatnya di kilometer 8.
Lubang-lubang tersebut seringkali
menimbulkan korban bagi pengguna jalan. Tak terhitung yang terjatuh dan
mengalami luka-luka. Bahkan beberapa bulan silam ada yang meninggal akibat
kecelakaan menghindari lubang tersebut.
Berbagai upaya dilakukan warga
setempat mengatasi masalah ini. Melaporkan ke pihak berwenang tapi tak
ditanggapi. Lalu secara swadaya menutupi lubang dengan disemen. Tapi kini
berlubang kembali. Diameternya pun kian meluas.
Warga berharap ada upaya dari Pemkab
HSS untuk menangani masalah yang satu ini.
Pengguna jalan merasa was-was bila
melewatinya. Seperti tak diperhatikan. Kerusakan di depan mata dibiarkan saja.
Jalan ini kerapkali dilewati pejabat
seperti Gubernur, Kapolda, dsb. Tapi tak ada perhatian sama sekali. Padahal
jalan itu cukup vital. Jalan nasional. Apakah ini terjadi di HSS saja ?
Mudahan keluhan ini segera
ditindaklanjuti. Aparat berwenang baik di HSS, provinsi Kalsel maupun pusat
segera turun tangan.***
Kandangan, 6-4-2013
HSS SIAP IKUTI
STQN XIX KALSEL DI AMUNTAI
Kalau tak ada aralSeleksi Tilawatil Qur’an (STQ) Nasional XIX Tingkat Provinsi Kalimantan
Selatan akan berlangsung pada tanggal 1 s/d 7 Mei 2013 di Amuntai Kabupaten
Hulu Sungai Utara.
Berbagai
persiapan dilakukan Panitia Penyelenggara demi suksesnya even tersebut. Seperti
panggung utama dan tempat pemondokan kafilah dari kabupaten / kota di Kalsel.
Kabupaten
HSS pun siap ikut even tersebut. Dua kali seminggu dilakukan latihan di pendopo
HSS. Yakni setiap hari Sabtu dan Minggu. Hari Sabtu pukul 14.00 WITA. Sementara
hari Minggu pagi hari. Turut hadir setiap latihan adalah Kabag Kesra Pemkab HSS
Hj. Siti Erma.
Adapun
yang melatih pihak yang berkompeten dibidangnya. Mereka adalah H Masduki,
Sawitri, Isnaniah Noor, Abduh, Jasrani, Zaki Mubarak, dan Faisal.
Sementara
pada Sabtu, 13 April 2013 malam di
Nagara akan digelar penampilan peserta HSS. Target 3 besar. Sementara Ridha,
seorang duta HSS akan menargetkan Juara I pada cabang Tahfiz 1 Juz. “ Insya
Allah dapat terwujud,” harap Ridha.***
BUNGA KRESEK YANG LAGI TREND
Harga
berkisar puluhan hingga ratusan ribu rupiah. Suatu bisnis yang menjanjikan.
Saat ini sedang trend di masyarakat HSS. Berupa potongan bunga di kantong plastik
warna-warni. Menggunakan ranting kayu.
Jadilah
bunga yang indah anti layu. Sebuah peluang bisnis yang cukup menjanjikan.
Kinidigeluti oleh siapa saja.
Dengan
bahan baku
plastic warna-warni, batang kemuning, kawat, lilin, gunting, daun.
Harga
berkisar Rp.50 ribu s/d 100 ribu. Perlu waktu beberapa hari menyelsaikan satu
buah kembang. Mulai ternd sejak Maret 2013.
Siapkan
plastic, lilin / lampu, kawat, pot. Pot palstik . Pegang erat lalu diguntuing.
Usaha ini cukup menguntungkan. Dengan modal Rp. 20 ribu kita akan meraup untung
Rp. 30 ribu.***
BANJIR MASIH MELANDA
Hingga
Selasa, 9 April 2013 banjir masih melanda beberapa wilayah di Banua Enam,
Kalsel. Bahkan jalan trans Kalimantan di Pajukungan, HST masih tergenang.
Sehingga akses jalan tersebut tak bisa dilewati. Kalaupaun nekad melewati rela
kenadaraan mogok. Di Haruyan pun masih pasang. Beberapa pemukiman terisolir.***
KEMACETAN LUAR BIASA
WARUNG PAKUMPAYAN
Warung
Pakumpayan saat hari libur atau hari Minggu. Sore hingga malam macetnya luar
biasa. Bahkan hingga 1 kilometer.
Hal
ini tentu mengganggu pengguna jalan. Apalagi jalan tersebut jalan raya Trans
Kalimantan.
Tak
ayal lagi meninggalkan kesan tidak baik. Berharap ada solusi mengatasi masalah
ini.
Solusi
mengatasi kemacetan ini adalah mengaspal jalan Tembok Rel. Sehingga kemacetan
dapat terurai dan dialihkan kesana. Jalan pintas ini berakhir di perempatan
Pasar Angkinang.***
Kandangan,
2013
KIOS LANGGANAN
Beberapa
bulan terakhir saya berbelanja keperluan sehari-hari di kios seberang Kantor
Dinas Tata Kota dan Lingkungan Hidup HSS Jl. A. Yani Gambah Luar. Saya tahu pemiliknya
adalah keluarga H Junaidi / Haji Ijun Pakumpayan. Namun tidak tahu namanya.
Pemiliknya
seorang wanita berusia sekitar 40-an. Punya beberapa orang anak. Selama
beberapa kali berbelanja disana saya tidak tahu rupa suaminya. Jarang ada.
Suaminya apakah ada di tempat ? Kerja diluar HSS ?
Sikap
ramah jadi saya suka datang ke kios tersebut untuk berbelanja. “ Beli apa Pak?”
sambut wanita muda itu tiap kali saya baru tiba di depan kiosnya.
Saya
sering beli bensin kesana. Juga yang lainnya seperti mie instant, Rexona Men
sachet, Teh Gelas, obat-obatan, Rinso, sabun mandi, dsb.
Entah kenapa setiap kali saya pulang
dari Kandangan ringan kaki singgah disana. Seperti ada magnet.
Tempatnya strategis berada di sebelah
kiri jalan bila datang dari arah Kandangan menuju Barabai.***
Kandangan,
5-2-2013
ANGGOTA
PADUAN SUARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
YANG
SUKSES MERAIH JUARA PADA LOMBA PADUAN SUARA MARS KORPRI DI BANJARMASIN, 12-13 NOVEMBER 2012
1. Moh. Zakir Maulidi, SH (Bagian
Hukum Setda Kab. HSS)
7. Sri Yulinarisma, A.Md.Kep (BLUD H.
Hasan Basery Kandangan)
8. Srie Melyantie, S.ST (BLUD H. Hasan
Basery Kandangan)
9. Widia Hastuti ( BLUD H. Hasan
Basery Kandangan)
10. Rahriani Dewi (Disdik HSS)
11. Muhyari Pandi, SP (Dinas Perikanan
dan Peternakan HSS)
12. Drs. Sya’dudin ( SMAN 1 Kandangan)
13. A. Yamani, S.Ag (MTsN Angkinang)
14. M. Nooryadi, S.Pd (SDN Malinau)
15. Devinawatie, S.Th (SMAN 2
Kandangan)
16. Indria Andriany, A.Ma (SDN Bajayau
Lama)
17. Baserah, M.Pd (UPTD Pendidikan
Kandangan)
18. Rusdiansyah, M.Pd (SDN
Panggandingan)
19. Reno Batung P (SMPN 1 Kandangan)
KANDANGAN DI SORE HARI
Menikmati suasana kota Kandangan tak ada habisnya. Ibukota
Kabupaten Hulu Sungai Selatan ini tetap menjadi pilihan untuk bersantai.
Sore hari merupakan waktu yang tepat
untuk menikmati kota
tersebut.
Taman Bermain Anak Bersemarak, Lapangan
Lambung Mangkurat, dan Gedubg MTQ. Aneka jajanan ramai oleh warga. HSS
berkumpul. Ada
banyak jajanan yang nangkring disana.
Di area Taman Bermain cukup dipadati
orangtua yang membawa anak untuk bermain disana.
Kalau di Lapangan Lambung Magkurat ada
orang berolahraga. Ada
yang main sepakbola dan basket.
Sementara di Gsedung MTQ tempat orang
latihan seni. Sementara di depan area gedung MTQ ada derertan motor dari klub
motor di Kandangan.
Semua terasa begitu indah. Sebuah
kegaiatan di sore hari penanda riak kehidupan di bumi antaluddin.***
Kandangan, Februari 2013
KAMPANYE DAMAI PEMILUKADA HSS 2013
Berlangsung di depan Gedung MTQ
Kandangan Minggu (17/3/2013) sore diawali dengan pawai kampanye damai. Dihadiri
oleh ketiga pasangan calon dan undangan lainnya.
Seperti Panwaslu HSS, Sekda HSS, Ketua
KNPI HSS Nida Guslaili Rahmadina.
Acara berlangsung lancar. Ketua KPU HSS
Imron Rosyadi berkesempatan melepas peserta konvoi kendaraan yang melintasi kota Kandangan.
Kegiatan ini dihelat agar Pemilukada
dapat berlangsung lancar dan damai.
Warga HSS berharap even ini jadi awal
yang indah demokrasi di HSS.***
PESONA DUA RIAM DI LOKSADO
Kabupaten Hulu Sungai Selatan memiliki
banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi. Diantaranya adalah Air Terjun Riam
Barajang dan Air Terjun Riam Anai (Hanai) di Desa Loklahung Kec. Loksado.
Karena cukup dekat dengan kota Kecamatan Loksado.
Tempat ini sering dikunjungi para wisatawan. Setiap hari libur cukup banyak.
Riam Barajang berupa aliran air dengan
bebatuan bekas bendungan. Sekitar 300 meter dari Riam Barajang terdapat Riam
Anai. Banyak bebatuan besar. Deras air dingin.
Kedua tempat ini cocok untuk
dikembangkan. Memberdayakan masyarakat setempat.
Sebelum ke dua tempat tersebut di Desa
Loklahung terdapat pula Balai Malaris. Tempat kegiatan adapt dan budaya warga
Dayak Meratus.
Juga banyak ditemui jembatan gantung
yang membentang gagah di atas sungai Amandit.***
Kandangan-Loksado, 17-3-2013
JURNALIS KANDANGAN
Saya kenal nama-nama wartawan / jurnalis
yang bertugas di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Mereka biasanya ngepos di kota Kandangan. Tepatnya di Press Room Kantor
Bupati HSS.
Mereka adalah Muchei Rifai (Radar
Banjarmasin), Syaiful Akhyar (Banjarmasin Post), Sofan (Media Kalimantan), Ida
Laeny (Barito Post), dan Norda (Kalimantan Post).
Namun dari beberapa nama tadi yang saya
akrab dan kenal adalah Ida Laeny, Sofan,
dan Syaiful Akhyar.
Ida Laeny saya kenal sudah sejak lama.
Ia pernah jadi penyiar radio, yakni Radio Purnama Nada Kandangan. Juga pernah
main sinetron lokal. Suaminya, Aan Maulana sering bareng ikut kegiatan sastra.
Suaminya guru sebuah MTs di Kabupaten Tapin. Anak Ida sekolah di MTsN Amawang.
Sementara Sofan saya kenal saat kegiatan
upacara pelepasan peserta Napak Tilas Luran Teks Proklamasi ALRI Divisi IV
Pertahanan Kalimantan di Kandangan beberapa tahun silam. Ternyata ia ada
hubungan keluarga dengan Fahri Rahman (Tabloid Urbana). Saya sering kirim
tulisan ke e-mailnya.
Kemudian Syaiful Akhyar. Kenal karena
sering ketemu saat ia meliput di lapangan. Akhyar pernah jadi wartawan Tabloid
Serambi Ummah.***
Kandangan, 17-3-2013
Syeikh Ahmad
Juru Dakwah Pedalaman yang Santun
Ahmad bin Mufti H Muhammad As’ad bin
Syarifah binti Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari merupakan anak ketiga
dari dua belas orang bersaudara dari
seorang ibu yang bernama Hamidah yang berasal dari Desa Balimau, Kecamatan
Kalumpang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Diantara saudara dan saudarinya :
1.H Abu
Thalhah, seorang yang berilmu luas yang wafat dan dimakamkan di Timbau,
Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
2.H Abu
Hamid, seorang yang sangat berilmu yang wafat dan dimakamkan di Ujung Pandaran,
Sampit, Kalimantan Tengah.
3.H Ahmad,
seorang yang berilmu mumpuni yang wafat dan dimakamkan di Balimau, Kab. HSS.
4.H
Muhammad Arsyad, seorang berilmu dan menjadi mufti yang wafat dan dimakamkan di
Pagatan, Tanah Bumbu.
5.H
Sa’duddin, seorang yang kokoh dalam ilmunya yang wafat dan dimakamkan di
Taniran Kubah Kec. Angkinang Kab. HSS.
6.Saudah
7.Rahmah
8.Sa’diyyah
9.Sholehah
10.Sunbul
11.Limir
12.Afiah
Haji
Ahmad mendapat pendidikan agama secara mendalam dari ayahnya, dan iapun sempat
mendapat didikan langsung dari sang datuk yakni Syeikh Muhammad Arsyad
Al-Banjari.
Ayahnya adalah seorang mufti di kerajaan
Banjar, seorang ulama kharismatik yang mengamalkan ilmunya, rendah hati,
pemurah, penyabar, disegani, berpantang (wara’) juga berani menegakkan
kebenaran dan membasmi kebathilan.
Tak heran bila akhlak yang mulia itu
terwariskan pada sang putera yang alim. Haji Ahmad juga dikenal sebagai seorang
ulama yang berani, sehingga ia disegani oleh kawan maupun lawan, disayang dan
dihormati oleh semua orang.
Setelah dianggap oleh ayahnya dirinya
sudah sanggup untuk mengemban amanah Allah untuk melanjutkan misi Rasululullah
SAW, iapun dikawinkan terlebih dahulu di Martapura kepada seorang perempuan yang
salehah puteri dari seorang alim, yaitu puteri Qadhi H Mahmud bin Asiah binti
Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Setelah kawin di Martapura ia
mendapatkan tugas dari ayahnya untuk menyebarkan ajaran agama Islam di daerah
Balimau. Dengan ilmu yang ia miliki dari hasil belajar dengan datu dan ayahnya
yang berpengetahuan luas, dapatlah ia melakukan misinya sehari-hari, dengan
meyakinkan masyarakat untuk hidup beragama dan mengamalkannya. Ia selalu
disambut dengan sambutan positif dan selalu diikuti oleh para muridnya,
khususnya masyarakat daerah Balimau.
Dari hasil perkawinannya dengan seorang
perempuan salehah puteri seorang qadhi dari Martapura ia dianugerahi oleh Allah
enam orang anak, empat orang putera dan dua orang puteri, diantaranya :
H Muhammad, Balimau, seorang alim yang menjadi
qadhi.
Khadijah (bergelar dengan Dayang Rambai)
H Khalil
Ruqaiyah
Abu Bakar
Nur’ain
Kemudian ia kawin lagi dengan seorang perempuan salehah yang bernama
Hamidah yang berasal dari Amuntai dan ia dianugerahi oleh Allah SWT tiga orang
anak, dua orang puteri dan seorang putera, diantaranya :
Khadijah
Muhammad Ali
Nurjanah
Isterinya yang ketiga adalah seorang perempuan salehah yang berasal dari
Desa Balimau, Kandangan dan darinya dianugerahi oleh Allah SWT lima orang anak,
dua orang puteri dan tiga orang putera, diantaranya :
Sa’diyyah
Husein
Hasan
Abdullah Faqih
Mahabbah
Ahmad bin Mufti Haji Muhammad As’ad berkiprah sebagai penerus ayah dan
datu nya. Dengan penuh semangat dalam membangun masyrakat untuk meningkatkan
keyakinan beragama dan memantapkan pelaksanaan ajaran aganma Islam, dengan
tidak mengenal lelah dan tanpa pamrih hingga akhir hayatnya.
Haji Ahmad wafat dan dimakamkan di Desa Balimau, Kecamatan Kalumpang.
Makamnya terkenal dengan nama Kubah Balimau. Sering dikunjungi para penziarah
yang datang dari berbagai daerah.
Makam ini termasuk dalam daftar objek wisata religius di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan.
Konon, menurut cerita masyarakat bahwa makam Syeikh Haji Ahmad yang
sekarang, yang terletak di daerah Balimau, adalah bukan tempat ia dimakamkan
pertama kali, dahulunya setelah ia wafat dimakamkan disuatu tempat, namun makam
tersebut tanpa diketahui telah hilang begitu saja, tapi pada suatu malam
terlihat satu cahaya terang benderang dari tempat makam ia pertama dimakamkan
ke tempat makamnya yang ada sekarang ini.
Juga menurut penuturan masyarakat, sebelumnya tempat dimana ia kali
pertama dimakamkan telah dijadikan sarang maksiat oleh para begundal, oleh
sebab itulah maka makamnya berpindah dengan sendirinya dan atas izin Allah SWT
ke tempat yang lebih layak dan baik. Yang sangat disayangkan adalah bahwa
kebanyakan keturunannya sampai saat ini belum terlacak seluruhnya.***
Lebih Dekat Dengan Fitri Norbaity Aziza
Antara
Tari, Kota Malang dan SMA Banua
Ingin melestarikan budaya Indonesia.
Demikian jawaban yang terlontar dari mulut Fitri Norbaity Aziza kenapa ia menekuni
dunia tari.
Siswi kelas VIII A ini dua kali dalam seminggu
latihan tari di sekolahnya, MTsN Angkinang.
Tarian semua provinsi dipelajari.
Diantaranya adalah Tari Saman, Dayak, Kipas, Bali
dan tak terkecuali tarian Banjar. Yang melatih tari adalah Asma Sartika dari
Pangambau, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Menurut gadis manis yang lahir di
Kandangan, 25 Desember 1999 ini dengan tarian daerah yang dipelajari selain
mengenal khazanah budaya Nusantara juga tubuh menjadi sehat.
Aziza - begitu Fitri Norbaity Aziza
disapa - bercita-cita jadi dokter atau guru.
“ Saya ingin membantu masyarakat yang
butuh pertolongan kesehatan. Juga ingin mencerdaskan anak bangsa,” ujar Aziza.
Aziza anak pertama dari 3 bersaudara
pasangan Mirhansyah – Norbayani. Ibu Aziza, Norbayani adalah seorang pendidik
di sebuah SMA di Kandangan.
Sementara saat ditanya soal pemimpin
yang bagaimana yang bakal memimpin Kabupaten Hulu Sungai Selatan ke depan ?
“ Yang bijaksana, peduli rakyat,
dermawan, baik hati, serta turun langsung melihat rakyatnya,” harap Aziza.
Di sekolahnya Aziza aktif dalam berbagai
kegiatan. Selain latihan tari juga pramuka. Aziza sering dikirim mewakili
sekolah pada kegiatan perkemahan.
Prestasi akademiknya cukup bagus. Sejak
kelas VII selalu ranking kelas.
Aziza terkesan dengan kotaMalang, Jawa
Timur yang pernah ia kunjungi pada tahun 2012 silam. Di kota
berhawa sejuk yang terkenal dengan apelnya itu Aziza menghadiri kegiatan wisuda
keluarganya di Universitas Negeri Malang
(UNM). Selama kurang lebih satu minggu ia berada disana.
“ Kotanya bersih, tertib lalulintas,
bangunan tertata rapi,” ujar Aziza.
Setamat MTsN Angkinang nanti rencananya
ia akan melanjutkan ke SMA Banua Kalsel yang ada di Km.17 Gambut Kab. Banjar.
SMA Banua adalah sekolah unggulan dibawah naungan Dinas Pendidikan Provinsi
Kalimantan Selatan.
“ Do’akan ya mudahan ulun lulus tahun
2014 nanti hingga bisa masuk ke SMA Banua,” ujar Aziza.***
Kandangan, 7 Maret 2013
RAMBUTAN MELIMPAH
Saat
seperti ini apabila Anda melintas di Kecamatan Padang Batung, HSS akan disuguhi
pemandangan menyegarkan. Yakni banyaknya buah rambutan yang matang di
pekarangan rumah warga. Terutama di sepanjang Desa Ambutun hingga Pandulangan
di kecamatan tersebut.
Rambutan terlihat begitu rimbun dan
sudah matang. Warna merah pun mendominasi. Sampai rambutan dibiarakan
busuk. Melimpahnya buah rambutan.***
Kandangan, 24-2-2013
Catatan
Perjalanan :
Touring Loksado dan
Silaturrahmi Malaris
Hari libur saya bangun kesiangan.
Menghubungi Rizal mengajak bajalanan ke
Loksado. Saya ke sekolah dulu ada yang diambil. Ada anak-anak MTsN Angkinang main
futsal. Pukul 08.30 WITA berangkat. Di Bakarung menyaksikan ada mobil truk
sarat muatan barang terbalik pas dekat jembatan Teluk Yakin. Saya cuma memfoto
tidak tertarik untuk bertanya lebih lanjut.
Lewat Madang banyak anak-anak naik
sepeda. Ada sekitar sepuluh orang. Lalu naik ke Benteng Madang. Mereka mengaku
berasal dari Pulau Nagara, Kandangan. ” Sekitar 6 kilometer dari rumah,” aku
seorang anak ketika ditanya jarak dari tempat tinggal mereka ke tempat
sekarang.
Kami terus lewat Tayub. Ke Mandapai.
Terus ke Loksado. Rencananya mau ke Air Terjun Haratai. Tapi di tengah jalan
banyak orang bekerja menyemen jalan menuju Haratai. Kami batal. Lalu balik
haluan ke Malaris.
Namun, banyak mobil diparkir dekat
jembatan seberang SDN Loklahung. Ada apa ?
Sementara di dekat Balai Malaris ada
lawang sakiping dari janur. Bertanya
kepada seorang wanita yang sedang mengambil air.
” Ada silaturrahmi warga Loksado
dengan Calon Bupati H. Achmad Fikry,” ujar wanita itu.
Motor kami parkir ditempat yang
disediakan. Kami ikut masuk sebagai tamu tak diundang. Ternyata memang benar
ada acara Sarasehan dan Silaturrahmi warga Loksado dengan H. Achmad Fikry
selaku Dewan Pembina Kedamangan Loksado.
Saat kami datang acara sudah
berjalan beberapa jam. Kami ikut duduk di lamtai Balai yang terbuat dari
susunan bilah-bilah bambu.
Baru pertama menginjakkan kaki
disana. Ngobrol sana-sini dengan seorang anak muda setempat. Mengaku bernama
Samlan. Ternyata ia alumni SMKN 1 Kandangan Tahun 2003. ” Sekelas dengan Sri
Mulyani orang Angkinang,” ujar Samlan.
Kami diberi snack berupa wadai untuk dan
segelas air mineral. Bermacam saran, komentar, dan usulan disampaikan warga
Loksado ke Achmad Fikry.
Pada kesempatan tersebut tampak hadir Camat Loksado, Rubingan. Juga
anggota DPRD HSS dari PKS, Syamsuri Arsyad.
Ada seorang Kepala Desa pada
kesempatan tersebut yang dengan terang-terangan dihadapan Achmad Fikry,
mengajak warga untuk memilih pasangan Cabup dan Cawabup nomor urut 2 pada
tanggal 3 April 2013 nanti. Mentang-mentang incumbent
sekehendak hati.
Apakah ini sebuah pelanggaran
Pemilukada HSS 2013 ? Saya tak mau ambil pusing.
Usai acara saya dan Rizal diberi
nasi bungkus oleh panitia silaturrahmi. Kemudia kami pulang. Singgah di Tugu
Niih, Desa Hulu Banyu. Shalat Dzuhur dirumah dekat tugu. Ada seorang polisi
dengan mobilnya membeli pisang dari warga sekitar. Ia menunggu isteri dan dua
anaknya yang sedang mengarungi sungai Amandit dengan lanting paring dari
Loksado. ” Biayanya Rp. 250 ribu,’ ujar sang polisi yang saat itu mengenakan kaos
bertulis Satlantas dan dipinggangnya terselip senjata api laras pendek.
Kami pulang setelah puas berada
disana. Sejuta pengalaman menarik kami peroleh. Walau perjalanan begitu
melelahkan. Mari bersama-sama menjaga
alam Loksado agar tetap hijau dan lestari.***