Kamis, 25 September 2025
Dari balik tiang dan dedaunan hijau yang bergoyang pelan, saya diam-diam menyaksikan mereka—para pejuang tanpa seragam pahlawan, yang dengan keringat dan tenaga membangun masa depan di atas tanah yang masih berdebu.
Di tengah terik matahari pagi, di sekitaran RT 3 Desa Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), mereka bekerja tanpa lelah.
Tangan-tangan kasar itu mengangkat batu, menata besi, dan menuangkan beton—bukan hanya untuk sebuah gedung, tapi untuk mimpi-mimpi kecil yang akan tumbuh di dalamnya.
Gedung Laboratorium dan Perpustakaan Tipe 2 MTsN 3 HSS ini bukan sekadar struktur beton dan baja. Ia adalah janji. Janji bahwa ilmu pengetahuan tak akan pernah ditinggalkan di pelosok negeri.
Bahwa anak-anak desa ini kelak akan belajar sambil menyentuh alat-alat sains, membaca buku-buku yang membuka cakrawala, dan bermimpi lebih tinggi dari pepohonan kelapa yang menjulang di belakang mereka.
Saya melihat seorang pekerja muda, wajahnya berkeringat, namun senyumnya tulus saat ia menyerahkan ember semen ke rekan kerjanya.
Saya lihat sang mandor, dengan helm putih dan rompi kuning, memberi arahan dengan sabar—seolah setiap pondasi yang diletakkan adalah doa bagi generasi mendatang. Mereka tak bicara banyak.
Tapi setiap pukulan palu, setiap gumpalan adonan semen, adalah kata-kata cinta yang tak terucap: “Kami bangun ini untukmu, anak-anakku.”
Di balik kesibukan itu, ada harapan yang diam-diam tumbuh. Harapan bahwa suatu hari nanti, di ruangan-ruangan yang mereka bangun, akan terdengar tawa siswa yang menemukan jawaban, atau bisikan guru yang menginspirasi. Dan ketika itu terjadi, mungkin tak ada yang akan mengingat nama-nama mereka.
Tapi jejak keringat mereka akan abadi—tersemat di setiap dinding, di setiap rak buku, di setiap sudut laboratorium tempat masa depan lahir. Hari ini, Senin, 22 September 2025, saya menjadi saksi bisu. Tapi hati saya bersujud dalam diam.
Terima kasih, para pembangun masa depan. Kalian adalah pahlawan yang tak pernah meminta penghargaan—hanya ingin melihat generasi berikutnya lebih pintar, lebih kuat, dan lebih berani. Bangunlah, wahai pekerja dan pemimpi. Di atas tanah ini, kita sedang menanam buah-buah masa depan. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar