Kamis, 16 April 2015

Teringat Katikan Cacak

Kamis, 16 April 2015




Waktu kecil dulu saya suka main gelang karet untuk menembak cecak yang ada di dinding rumah. Biasanya bersama teman-teman di kampung usai shalat Maghrib langsung beraksi dengan gelang karet yang sudah dibuat sedemikian rupa, biasa kami sebut dengan katikan cacak.

Entah karena kesenangan sehingga sangat suka bermain katikan cacak ini. Ada semacam kepuasan bila gelang karet tersebut mengenai cecak hingga jatuh ke tanah. Lalu cecak dikumpulkan untuk saling babanyakan. Siapa yang pambanyaknya itulah yang menang.

Kami berburu dari rumah ke rumah. Tak ada beban dosa. Membunuh binatang waktu kecil semacam sebuah kesenangan yang tak terkirakan. Biasanya kami berhenti kala kumandang adzan shalat Isya tiba.

Kemudian usai shalat Isya dilanjutkan kembali. Waktunya cukup panjang. Apalagi kalau besoknya libur bisa sampai pukul 12 malam baru berhenti. Untuk kemudian pulang ke rumah masing-masing.

Saling membidikkan gelang karet ke arah cecak berada. Bila penerang cukup biasanya cecak akan banyak mendekat. Kita tinggal fokus untuk membidiknya.  Permainan ini tak lagi saya temui pada anak-anak zaman sekarang di kampung saya. (akhmad husaini)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...