Waktu
kecil dulu saya suka main gelang karet untuk menembak cecak yang ada di dinding
rumah. Biasanya bersama teman-teman di kampung usai shalat Maghrib langsung
beraksi dengan gelang karet yang sudah dibuat sedemikian rupa, biasa kami sebut
dengan katikan cacak.
Entah
karena kesenangan sehingga sangat suka bermain katikan cacak ini. Ada semacam
kepuasan bila gelang karet tersebut mengenai cecak hingga jatuh ke tanah. Lalu
cecak dikumpulkan untuk saling babanyakan.
Siapa yang pambanyaknya itulah yang
menang.
Kami
berburu dari rumah ke rumah. Tak ada beban dosa. Membunuh binatang waktu kecil
semacam sebuah kesenangan yang tak terkirakan. Biasanya kami berhenti kala
kumandang adzan shalat Isya tiba.
Kemudian
usai shalat Isya dilanjutkan kembali. Waktunya cukup panjang. Apalagi kalau
besoknya libur bisa sampai pukul 12 malam baru berhenti. Untuk kemudian pulang
ke rumah masing-masing.
Saling
membidikkan gelang karet ke arah cecak berada. Bila penerang cukup biasanya
cecak akan banyak mendekat. Kita tinggal fokus untuk membidiknya. Permainan ini tak lagi saya temui pada
anak-anak zaman sekarang di kampung saya. (akhmad husaini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar