Setiap ada orang meninggal dunia di
kampung saya selalu malawat. Istilah
ini mungkin berpadanan dengan berbelasungkawa atau berduka cita dalam Bahasa
Indonesia. Saya datang dengan berpakaian muslim. Lalu bersalaman ddengan
tamu-tamu lain yang duduk di kursi. Malawat
sebagai bentuk rasa prihatin dengan keluarga yang ditinggalkan.
Malawat bisa diaplikasikan dalam beberapa
kemampuan yang bisa diberikan. Saat malawat
banyak yang bisa saya saksikan. Ada orang yang membuat surabi. Lalu dihidangkan kepada tamu undangan. Kemudian tengah hari
makan bersama. Biasanya lauknya humbut
dan ikan garih.
Dengan malawat
bisa ditunjukkan kepedulian kita kepada keluarga yang sudah meninggal dunia.
Saat malawat diterima banyak hal.
Salah satunya adalah banyak hal diterima. Seperti yang ada di desa saya. Iuran
per kepala keluarga Rp 5000. Itu dibayar setiap ada warga yang meninggal. Iuran
itu nanti dibelikan kain kafan dan keperluan lainnya.
Sudah hadir sejak puluhan tahun silam. Sebuah
sarana meringankan beban warga yang meninggal dunia. Hal lain yang saya temui
saat malawat orang meninggal dunia
yang datang biasanya merupakan keluarga, kerabat, teman sepekerjaan, se
kampung, dsb. Budaya malawat sudah
cukup bagus untuk dilestarikan. Terjalin nilai-nilai kemanusiaan. Kalau bisa
ikut prihatin hingga yang meninggal di kuburkan baru pulang ke rumah
masing-masing.
Malawat sebagai bukti masih rakatnya hidup
di kampung. Kalau bisa membantu keluarga dengan kemampuan yang ada. Tidak
dengan tenaga bisa dengan uang atau barang. Keluarga yang meninggal dunia
mungkin tak berharap akan hal itu. Namun setidaknya kita sebagai warga ada
perhatian. Semisal sebagai warga se kampung turut prihatin. Semoga malawat masih tetap terawat !
Kandangan,
15 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar