Ketika
penyair berpulang maka di pusaranya bulan pun turun menjelang, demikian
ungkapan yang diucapkan seorang penguasa Yunani Kuno saat berorasi di keluasan
amphiteater. Barangkali hal itu terlalu romantis. Tetapi di suatu negeri dimana
penyair menempati posisi terpandang, ungkapan tersebut bukanlah ihwal yang
berkelebihan.
Demikian pulakah ihwalnya di suatu
negeri bernama Indonesia, di sebuah kabupaten berjuluk Hulu Sungai Selatan
(HSS) ? Apapun jawabnya, dunia sastra HSS telah menegaskan keberadaannya, jauh
sebelum kabupaten yang dibelah kali Amandit itu dibidani kelahirannya.
Keinginan untuk menelusuri
keberadaan sastra di HSS sejak masa sebelum perang kemerdekaan, dan
menghimpunnya ke dalam satu antologi, merupakan keinginan yang lama terpendam,
bahkan nyaris menjadi sebuah obsesi. Diperlukan waktu panjang sejak langkah pertama
penelusuran data, saat beberapa kali wawancara dengan Artum Artha, berkait
dengan penulisan buku Lintas Revolusi Fisik 1945-1949 Daerah Kalimantan Selatan
di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, tahun 1996, dengan terbitnya antologi ini.
Karenanya rasa syukur jualah yang
terpanjat ke hadirat Allah SWT. Tanpa rahmat dan karunia-Nya, antologi ini
tidaklah akan hadir. Selain itu, ucapan terima kasih tertuju kepada Bapak Drs M
Safi’i, M.Si dan Bapak Drs Bahdar Djoehan, Bupati dan Wakil Bupati Hulu Sungai
Selatan, yang telah memberikan dukungan besar terhadap penerbitan antologi ini.
Terima kasih pula kepada Bapak Drs H M Yusni Baharuddin, M.M, Kepala Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten HSS, yang berkenan memberikan berbagai
fasilitas dan waktu bagi penelusuran data lanjutan.
Secara khusus, aku ingin mengucapkan
terima kasih kepada Pamanda Eza Thabry Husano, Rifani Jamhari, dan Ali
Syamsudin Arsi di Banjarbaru, Maman S Tawie dan YS Agus Suseno di Banjarmasin,
Jamal T Suryanata di Batu Ampar, Pelaihari, yang demikian banyak membantu serta
merelakanku membongkari dan mengangkut isi perpustakaan pribadi mereka. Juga
buat Jarkasi dan Tajuddin Noor Ganie yang bukunya Sketsa Sastrawan Kalimatan
Selatan menjadi salah satu rujukan dan bahan banding. Terima kasih juga kepada
Uda Djarani EM yang berkenan menuliskan catatan penutup antologi. Tak lupa
tersunting do’a bagi Artum Artha (alm) yang semasa hidupnya telah memberikan
banyak sekali data tentang kehidupan sastra HSS di masa awal.
Diakui, belum semua pernik, belum
semua sastrawan HSS, termuat di antologi ini. Semua itu merupakan keterbatasan
pengetahuan dan kemampuanku. Mungkin disuatu kurun waktu, oleh generasi lain,
antologi semacam ini akan bisa dilengkapi.
Akhirnya, bagaimana pun jua dunia
sastra telah ikut memberikan sumbangsih, telah turut mengibarkan panji HSS ke
puncak tiang. Maka hormat dan do’a jualah yang tersunting kepada para pesastra
yang telah berpulang. Semoga bulan turun di pusara mereka, paling tidak turun
di hati kita.***
Kandangan,
ujung penanggalan 2003
Burhanuddin
Soebely
Tidak ada komentar:
Posting Komentar