Senin, 09 Februari 2015

Sesunting Kembang Rampai

Senin, 9 Februari 2015


            Ketika penyair berpulang maka di pusaranya bulan pun turun menjelang, demikian ungkapan yang diucapkan seorang penguasa Yunani Kuno saat berorasi di keluasan amphiteater. Barangkali hal itu terlalu romantis. Tetapi di suatu negeri dimana penyair menempati posisi terpandang, ungkapan tersebut bukanlah ihwal yang berkelebihan.

            Demikian pulakah ihwalnya di suatu negeri bernama Indonesia, di sebuah kabupaten berjuluk Hulu Sungai Selatan (HSS) ? Apapun jawabnya, dunia sastra HSS telah menegaskan keberadaannya, jauh sebelum kabupaten yang dibelah kali Amandit itu dibidani kelahirannya.

            Keinginan untuk menelusuri keberadaan sastra di HSS sejak masa sebelum perang kemerdekaan, dan menghimpunnya ke dalam satu antologi, merupakan keinginan yang lama terpendam, bahkan nyaris menjadi sebuah obsesi. Diperlukan waktu panjang sejak langkah pertama penelusuran data, saat beberapa kali wawancara dengan Artum Artha, berkait dengan penulisan buku Lintas Revolusi Fisik 1945-1949 Daerah Kalimantan Selatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, tahun 1996, dengan terbitnya antologi ini.

            Karenanya rasa syukur jualah yang terpanjat ke hadirat Allah SWT. Tanpa rahmat dan karunia-Nya, antologi ini tidaklah akan hadir. Selain itu, ucapan terima kasih tertuju kepada Bapak Drs M Safi’i, M.Si dan Bapak Drs Bahdar Djoehan, Bupati dan Wakil Bupati Hulu Sungai Selatan, yang telah memberikan dukungan besar terhadap penerbitan antologi ini. Terima kasih pula kepada Bapak Drs H M Yusni Baharuddin, M.M, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten HSS, yang berkenan memberikan berbagai fasilitas dan waktu bagi penelusuran data lanjutan.

            Secara khusus, aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Pamanda Eza Thabry Husano, Rifani Jamhari, dan Ali Syamsudin Arsi di Banjarbaru, Maman S Tawie dan YS Agus Suseno di Banjarmasin, Jamal T Suryanata di Batu Ampar, Pelaihari, yang demikian banyak membantu serta merelakanku membongkari dan mengangkut isi perpustakaan pribadi mereka. Juga buat Jarkasi dan Tajuddin Noor Ganie yang bukunya Sketsa Sastrawan Kalimatan Selatan menjadi salah satu rujukan dan bahan banding. Terima kasih juga kepada Uda Djarani EM yang berkenan menuliskan catatan penutup antologi. Tak lupa tersunting do’a bagi Artum Artha (alm) yang semasa hidupnya telah memberikan banyak sekali data tentang kehidupan sastra HSS di masa awal.

            Diakui, belum semua pernik, belum semua sastrawan HSS, termuat di antologi ini. Semua itu merupakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuanku. Mungkin disuatu kurun waktu, oleh generasi lain, antologi semacam ini akan bisa dilengkapi.

            Akhirnya, bagaimana pun jua dunia sastra telah ikut memberikan sumbangsih, telah turut mengibarkan panji HSS ke puncak tiang. Maka hormat dan do’a jualah yang tersunting kepada para pesastra yang telah berpulang. Semoga bulan turun di pusara mereka, paling tidak turun di hati kita.***




Kandangan, ujung penanggalan 2003



Burhanuddin Soebely

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...