Tausyiah
mingguan di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai
Selatan (HSS) berlangsung Rabu (10/9/2014) pagi. Para siswa tampak khidmat mendengarkan
tausyiah kali ini yang dibawakan Abdurrahman, Wakamad Humas MTsN Angkinang.
Dihadapan 300 lebih siswa, Abdurrahman
menyampaikan materi tentang kematian. “ Percaya atau tidak bahwa kematian itu
merupakan keniscayaan. Kemanapun manusia pergi atau menghindari kematian, kalau
sudah sampai saatnya, maka orang tidak bisa menghindar. Kemanapun manusia lari
untuk menyelamatkan diri, kalau sudah sampai jatahnya mati, maka mautpun akan
menjemputnya,” tutur Abdurrahman dalam tausyiahnya.
Namun
kalau belum saatnya ajal, disampaikan Abdurrahman, maka tertimbun reruntuhan
bangunan sehari-semalampun tetap hidup. “ Dalam hal kematian ini ternyata
matematika manusia tidak bisa mengalahkan matematika Allah SWT,” ujar guru
Fiqih ini.
Dibeberkan Abdurrahman, kematian
dari satu sisi diartikan pisahnya roh dari jasad sehingga tubuh manusia tidak
dapat melakukan fungsinya lagi. “ Kematian inilah yang merupakan musibah besar
bagi perjalanan hidup manusia. Namun melupakan kematian merupakan bahaya yang lebih
besar lagi,” bebernya.
Abdurrahman menambahkan, mati dalam
arti lain adalah tidak berfungsinya potensi dalam kehidupan ini meskipun roh
masih lengket dengan jasad. “ Seorang politikus yang tidak lagi aktif dibidang
politik dapat dikatakan mati karier (politiknya). Seorang olahragawan yang
tidak lagi aktif dibidangnya entah sebagai pelaku, pengamat, atau penulis di
bidang olahraga, berarti juga telah mati profesinya,” ujar Abdurrahman.
Aisyatur Ridha, siswi Kelas IX A,
mengaku materi yang disampaikan agak berat juga. “ Namun hal ini membuat kita
sadar. Manusia tak ada yang sempurna. Tiap yang bernyawa akan mengalami
kematian. Untuk itu kita terus
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya,” ujar Aisyatur Ridha. (akhmad
husaini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar