Sabtu, 14 Juni 2014

Nini Randa Balu dan Ayamnya

Sabtu, 14 Juni 2014

            Di hilir rumah Intingan berdiam Nini Randa Balu yang banyak memelihara ayam. Ayamnya banyak, tidak terhitung. Nini Randa Balu tidak bisa berhitung. Di rumahnya dia sendirian saja. Makanya dia senang sekali bila dikunjungi. Apalagi sampai menginap, bisa-bisa diberinya ayam.
            Intingan berangkat berkunjung ke rumah Nini Randa Balu. Dia mau meminta ayam. Karena dirumah kehabisan lauk.
            ” Oooi Nini saya datang berkunjung, ikut menginap,” ujar Intingan.
            ” Oh cucuku, cepat naik, senang sekali aku kalau kamu datang,” ujar Nini Randa Balu menyambut. Terbungkuk-bungkuk dia berjalan membuka pintu.
            Nini Randa orangnya sudah tua. Rambutnya penuh uban. Bila tidur malam terbatuk-batuk sambil menyepakkan kaki ke dinding rumah.
            Setelah makan malam Nini Randa Balu dan Intingan mau tidur. Tempat tidur berada di ruang belakang.
            ” Saya tidur dimana, Ni?” ujar intingan.
            ” Kamu berbaring saja di hunjuran kakiku,” ujar Nini Randa menyahut.
            Lalu mereka tidur. Tak lama, Nini Randa terbatuk-batuk sambil menyepakkan kakinya. Intingan terpelanting jatuh ditendang kaki Nini Randa. Intingan terbangun, lalu berbaring kembali. Nini Randa mendengar Intingan datang dari luar.
            ” Datang darimana, cu?”
            ” Saya datang dari dapur,” ujar Intingan. Padahal ia jatuh terpelanting. Mereka melanjutkan tidur kembali. Tak lama kemudian Nini Randa batuk-batuk kembali. Ternyata ayam dikolong rumah menuruti batuk-batuknya. Mendengar diikuti oleh ayam, lantas Nini Randa marah. Diambilnya kayu, lalu disambitnya ayam yang mengikuti batuknya sampai kena, patah kakinya.
            Malam itu sampai lima kali Intingan jatuh kena sepak Nini Randa Balu. Besoknya pagi-pagi sekali Intingan mau pulang. Ia berkata kepada Nini Randa mau pulang.
            ” Kenapa kamu cepat-cepat pulang, cu? Tidak betah kah? Atau tidak bisa tidur karena mendengar aku batuk-batuk?”
            ” Tidak Ni. Ditempat Nini enak sekali tidurnya. Mungkin Nini sering batuk karena kebanyakan makan gula merah,” ujar Intingan.
            ” Ha, ha, ha .....aku banyak mempunyai gula merah.”
            Nini Randa cepat-cepat mengambil gula merah lantas diberikannya kepada Intingan.
            Intingan bersalaman dengan Nini Randa , lalu keluar ingin pulang. Dipandanginya dalam kandang ayam ada ayam yang kakinya pincang kakinya patah tidak bisa berjalan. Intingan kembali ke rumah Nini Randa lalu bertanya :
            ” Nini. Di kandang ada ayam patah kakinya. Kenapa Ni?”
            ” Itu ayam kurang ajar, biar saja di mati,” ujar Nini Randa Balu.
            ” Aku minta Ni lah?”
            ” Ambil saja.”
            ” Terima kasih Ni.”
            Cepat Intingan mengambil ayam yang patah kakinya itu, untuk dibawa pulang. Sesampainya dirumah ayam itu disembelihnya. Sementara Dayuhan adiknya tidak mau menolong, ia iri melihatnya.
            ” Besok aku ingin ke rumah Nini Randa juga,” ujar Dayuhan.
            ” Tidak usah Dik. Ayam ini saja yang kita nikmati bersama-sama,” ujar Intingan.
            Memang Dayuhan orangnya keras kepala, mau menang sendiri. Tidak menurut apa yang dikatakan kakaknya. Besoknya dia berangkat juga ke rumah Nini Randa Balu. Dimuka pintu rumah Dayuhan berteriak dengan nyaringnya.
            ” Nini, saya datang ingin menginap,” ujar Dayuhan.
            ” Oh, cucuku cepat naik. Senang sekali aku kalau dikunjungi,” ujar Nini Randa menyahut sambil terbungkuk-bungkuk berjalan.
            Setelah makan malam Nini  Randa Balu dengan Dayuhan mau tidur.
            ” Saya dimana tidur Ni?”  ujar Dayuhan.
            ” Berbaring kamu di hunjuran kakiku,” ujar Nini Randa.
            Dayuhan disuruh mengibas tempat tidur. Yang berdua itu lalu tidur.
            Tak lama Nini Randa Balu batuk sambil menyepakkan kakinya. Dayuhan terpelanting jatuh disepak kaki Nini Randa. Dia terbangun. Setelah itu berbaring kembali. Nini Randa mendengar Dayuhan terjatuh.
            ” Datang dari mana kamu, cu ?”
            ” Aku terpelanting disepak Nini,” ujar Dayuhan.
            ” Aku tidak menyepak,” ujar Nini Randa Balu menyahut, tapi dia terus saja berbaring.
            Tidak lama setelah itu dia batuk lagi, terpelanting lagi Dayuhan kena sepak.
            Ayam yang sering menuruti batuk Nini Randa Balu sudah tidak ada lagi. Yang kemarin dibawa oleh Intingan. Setelah tidak ada lagi terdengar ayam menuruti batuk Nini Randa Balu. Dayuhan lalu turun ke tanah. Masuk ke dalam kandang ayam.
            Terdengar kembali Nini Randa Balu batuk-batuk . Dayuhan menuruti batuk Nini Randa Balu. Mendengar batuk dari kandang ayam Nini Randa marah. Diambilnya kayu lalu disambitnya menuju ke arah kandang ayam. Ternyata kena kaki Dayuhan . Dayuhan kesakitan. Kakinya bengkak. Pelan-pelan dia naik ke rumah, tidur kembali dihunjuran kaki Nini Randa. Malam itu kurang lebih lima kali Dayuhan jatuh terpelanting kena sepak Nini Randa.
            Besok paginya Dayuhan hendak pulang. Dia berkata dengan Nini Randa.
            ” Kenapa kamu cepat pulang, cu?”
            ” Saya tidak karuan tidur . Apalagi Nini batuk-batuk terus, juga saya disepak,” ujar Dayuhan.
            ” Kalau seperti itu cepat kamu pulang,” ujar Nini Randa.
            Dayuhan turun dari rumah Nini Randa berjalan pincang lantaran kaki bengkak kena sambit kayu.
            Dalam kandang tidak ada ayam seekorpun, semuanya sudah keluar, tidak ada yang patah kakinya. Dayuhan pulang sampai ke rumah kelelahan berjalan. Namun Intingan tidak mau menyalahkan adiknya. Dicoleknhya janar, diberi garam sedikit lalu dioleskan ke kaki Dayuhan untuk mengurangi bengkaknya.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suasana di Sekitaran Bendung Batang Alai Labuhan HST

 Jumat, 29 November 2024 Pemandangan suasana sekitaran Bendung Batang Alai yang ada di Labuhan, Kecamatan Batang Alai Selatan, Kabupaten Hul...